Lucas mendengus. Ia sudah hafal suara siapa barusan yang berteriak sangat keras hingga seisi kantin melihat kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Ana?
Cuman Ana seorang yang manggil Lucas dengan sebutan Lulu. Lucas awalnya sebel, sih. Gak suka dia tuh dipanggil Lulu, serasa jadi cewek, katanya. Dan juga, Lucas gak mau disama-samain sama Luhan dari boygroup Korea itu sama Ana. Tapi, sebagai pacar yang baik, Lucas iyain aja maunya Ana. Daripada Ana ngamuk 'kan Lucas yang ribet.
Tanpa ada anggun-anggunnya sama sekali, Ana duduk di depan Lucas sambil nyengir. "Aku abis praktikum sama mencit, lohh!" pamer Ana.
Lucas senyum kecil dengan kedua tangannya terulur untuk mencubit kedua pipi tembam gadis di hadapannya. "Ga takut emang?"
Mengerucutkan bibirnya, Ana memegang kedua tangan Lucas yang masih berada di kedua pipinya. "Lebih ke kasian, sih aku. Mereka kecil-kecil banget, kasian," ujar Ana.
"Resiko jadi apoteker, Sayang."
Ana mengangguk setuju. "Iya, sih."
"Udah beres kelas?" tanya Lucas.
"Udah. Mau ngajak aku pergi, yaaa?"
Lucas mendengus, lagi. Pacarnya ini percaya diri sekali. Sama, sih kayak Lucas yang pede abis.
Lucas ini penggemar berat komik. Komik apapun itu. Hentai juga. Wajar, Lucas udah dewasa, kok.
Lucas seneng koleksi komik di rumahnya. Bahkan, di rumahnya dia punya satu lemari kecil yang isinya komik dari jaman dia punya gigi susu. Dari Doraemon sampai komik Detective Conan, Lucas punya.
Kalau butuh, bisa hubungi Lucas langsung. Dengan senang hati Lucas bakal minjemin. Mau pas dibalikinnya udah sobek atau kelipet, Lucas mah seneng-seneng aja walaupun dalem hatinya misuh-misuh. Kalau udah gitu, Ana langsung ngajak Lucas ke toko buku buat ngeborong komik biar mood dia baik lagi.
"Aku ke rak novel, ya, Kak." Ana langsung melesat ke rak novel, sedangkan Lucas sibuk mencari komik yang isinya menarik dan tentunya murah.
Lucas ini orangnya hemat banget, bisa dibilang nyerempet ke pelit, sih.
Mereka berdua sibuk sama kegiatannya masing-masing. Setelah satu jam berada di dalam toko buku, Lucas sudah membawa tas belanja berisikan komik-komiknya yang banyak itu.
"Na," panggil Lucas. "Aku udah beres. Kamu ada yang mau dibeli?"
Ana menoleh sekilas pada Lucas, kemudian menunjukkan satu buku padanya sambil nyengir. "Aku boleh beli ini?" tanyanya.
Lucas mengangguk. Biar cepet, batinnya.
Mata Ana berbinar melihat anggukan Lucas. Gak biasanya pacarnya ini langsung setuju.
Dengan gerakan seribu langkah, Ana menarik Lucas menuju kasir dan mengantri. Tangan kanan Lucas menjinjing tas belanja dan tangan kiri Lucas merangkul pinggang Ana. Alasannya supaya Ana gak melipir kemana-mana lagi.
Ana ini kalau di toko buku susah banget diajak pulang. Sekalinya masuk toko buku, Ana bakal kelilingin setiap rak buku bikin Lucas yang liatnya jadi pusing.
"Hahaha..." Ana tertawa keras dengan mainan yang ia pegang sekarang.
Mainan dalam genggaman Ana bergerak terus menampar kecil hidung mancung Lucas membuat sang pelaku tertawa. Sedangkan sang korban hanya mampu menghela napas dan tersenyum kecil.
"Silahkan, Mas."
Lucas menyerahkan tas belanjanya dengan Ana yang masih sibuk memainkan mainan di tangannya. Ana masih saja tertawa hingga suara penjaga kasir menghentikannya.
"Mainannya sekalian, Mas buat anaknya."
Ana berhenti menekan tombol pada mainan tersebut dan menatap Lucas. Lucas yang mengerti pun langsung menggeleng.