LUCAS. ㅡBaikan

608 85 41
                                    

Gue berangkat ke kampus dengan semangat hari ini. Walaupun di rumah gue habis berantem sama Bang Jun gara-gara dia gak mau bikin sarapan, tapi pesan dari Lucas semalem gak bikin senyum gue hilang.

Gue udah gak diblokir dong sama dia. Seneng banget, kayak ada yang main drum di dada gue.

Sebucin itu, ya gue.

"Turun, Na buruan. Gue mau tidur lagi ini."

Gue berdecak dan buru-buru turun dari motor vespa warna cokelat kesayangan Bang Jun.

"Maㅡ"

Sialan. Baru aja gue mau bilang makasih, udah ngegas pergi.

Yang mau tukeran abang sama gue, silahkan kirim CV ke alamat e-mail gue.

Gak mau kesel lama-lama, gue langsung ngelangkah masuk ke gedung fakultas gue yang hampir tiap lantai ada laboratoriumnya bikin eneg.

Beruntung, hari ini gue cuman ada dua kelas sampai jam satu siang.

Begitu masuk kelas, gue lihat kursi-kursi masih banyak yang dilipat. Gue ngecek lagi jadwal di buku binder gue, tapi bener kok ada kelas Fisika Farmasi pagi ini.

"Woy!"

Gue terlonjak kaget. "Asu. Ngangetin mulu."

Cowok depan gue malah ketawa. Sialan memang, untung ganteng nih kating gue.

"Malah ketawa pula. Untung lo kating gue, kalau bukan mah udah gue sat-set dah."

Dia ketawa lagi. "Ada Nita, gak di dalem?" tanyanya.

"Gak."

"Ey, galak bener ceweknya Lucas."

Gue mendelik. "Lucas mana?"

"Kantin kali," jawabnya lalu sibuk sama ponselnya. "Eh, kata Nita dosennya gak masuk yang kelas pagi ini."

Asu.

"Diganti kapan?" tanya gue masih kalem. Padahal mah udah pengen ngumpat.

"Jumat siang, katanya."

Gue ngangguk lemes. Padahal gue udah semangat banget buat ikut matkul pagi ini.

"Lo gak ada kelas, Kak Jae? Biasanya anak tekkim 'kan rajin."

"Ada sih, tapi nanti jam sepuluh."

Gue otomatis ngelirik jam tangan. Sekarang masih jam setengah delapan.

"Kantin aja, yuk, Na. Mau ketemu Lucas 'kan?"

Gue ngangguk semangat. "Mau, lah!"

Kak Jaehyun ketawa. "Dasar bucin."

Gue senyum malu-malu anjing.

Emang kelihatan, ya bucinnya gue?
















"KAK LUCAAAAASSSS!!!"

Gue langsung nubrukin badan gue ke punggung kerasnya Lucas. Kangen banget gue sama manusia satu ini.

Bisa gue denger Lucas ketawa kecil. Kemudian narik tangan gue biar duduk di sebelahnya.

"Kok bisa ke sini? Bukannya ada kelas pagi ini?"

Gue manyunin bibir terus geleng. Abis itu ndusel di dadanya Lucas HEHEHEHE

"Dosennya gak masuk. Nyebelin banget emang," adu gue.

Lucas ngusap lembut kepala gue. Jadi, bikin ngantuk dong anjir.

"Udah sarapan?" tanyanya.

Gue ngangguk. "Udah, tapi cuman roti selembar."

"Kok dikit banget?"

"Bang Jun gak mau bikin sarapan. Padahal aku bangunnya kesiangan, jadi aja makan roti selembar gak pake apa-apa."

"Ya, udah makan bubur depan Alfa aja, yuk."

Gue langsung ikut berdiri begitu Lucas berdiri dan ngikutin tarikan dia. Gak lupa gue pamit dulu ke temen-temennya Lucas.

Udah lama rasanya gue gak boncengan sama Lucas huhu jadi sedih.

Lucas bawa motor kayak pembalap, untung gue udah pegangan. Kalau gak, udah terbang kali gue.

"Kayak biasa 'kan?"

Gue ngangguk dan segera ambil posisi di bagian ujung meja.

Begitu buburnya datang, gue langsung nuangin sambel dua sendok, merica bubuk sama potongan daun bawang terus diaduk. Nikmat.

"Gak takut sakit perut?"

Gue ngegeleng dengan mulut penuh bubur. Laper banget gue maaf, ya, Cas.

"Pelan-pelan. Aku gak akan ninggalin."

Lucas lanjutin makan buburnya yang tinggal setengah. Sedangkan gue lagi masukin suapan terakhir.

Namanya juga kelaperan. Mohon maklum.

Selesai makan bubur, Lucas ngajak gue pergi ke alun-alun kota. Katanya di situ ramai banyak yang jualan.

Kita duduk di salah satu bangku dengan tangan kanan gue megang es krim, dan tangan kiri gue digandeng Lucas HEHEHEHE

"Maafin aku, ya. Marah gak jelas sampai jaga jarak sama kamu. Padahal mah aku kangen banget sama kamu."

Gue senyum kecil. "Gapapa. Mungkin kamu bosen, wajar aja."

Lucas mandangin wajah gue dari samping. Gue yang risih sekaligus malu, langsung nawarin es krim.

"Mau?" tawar gue. "Lain kali kalau bosen bilang, ya. Biar aku gak bingung."

Dia ngangguk kemudian ngebawa gue ke pangkuannya terus meluk gue erat banget.

"Aku berat loh, Kak dipangku gini."

"Gapapa. Aku suka yang berisi gini, lucu, gemesin."

Karna malu, gue langsung nenggelamin kepala gue di lehernya.

"Aku mau coba es krimnya, dong."

Gue nyodorin es krimnya ke mulut dia, tapi dia malah diem gak buka mulut. "Kok diem? Katanya mau."

"Mau dari sini aja, lebih manis pasti."

O-oke.

BANG JUUUNN, BUNDAA BIBIR ANAKMU INI UDAH GAK PERAWAN HUHUHU

Gue cuman diem dengan mata yang hampir keluar.

Kayak ada ulet bulu gerak-gerak di bibir gue dong ini huhu

Gak lama kemudian, Lucas ngejauhin mukanya dan senyum nakal.

"Tuh 'kan bener. Lebih manis. Manis banget malah."

Gue malingin muka ke kanan dan malah gak sengaja kesiram air sama yang lagi nyiramin bunga.






















"Bangun, Dek!"

Gue ngerjapin mata dan ngernyit bingung. "Kok ada Bang Jun?"

Mana dia pake bawa gayung segala lagi. Pantes gue mimpi kesiram.

"Emang lo ngarepinnya siapa, hah? Lucas?" tanya Bang Jun, sewot. "Buruan bangun udah mau jam tujuh ini."

Ah, sial.

Jadi, yang barusan cuman mimpi?

Jadi, yang barusan cuman mimpi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baikan jangan?

LUCAS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang