LUCAS. ㅡGossip

573 71 26
                                    

Setelah hari itu, gue sama Lucas jadi biasa aja. Baikan sih udah, cuman kayak ada jarak aja gitu. Feeling gue doang kali, ya.

Yang gue perhatiin, Lucas makin deket sama Doyeon dan makin jauh sama gue. Sejauh jarak dari rumah gue ke matahari. Gak, gak selebay itu.

Gue udah jarang pulang bareng Lucas, mungkin ini juga karna jadwal pulang kita yang beda dan karna kesibukan masing-masing. Lagian gue juga gak jadiin dia supir, jadi gak harus selalu nganter jemput.

Kalau ditanya, kangen gak? Jawabannya, kangen BANGET LAH.

Yang biasanya gue suka makan siang bareng jadi gak pernah lagi. Resiko punya pacar anak BEM gini amat, ya.

"Heh!"

"Naon?"

Sambil nyuapin sotonya, Nita ngomong, "Gak capek?"

"Capek apa? Capek kuliah mah pasti lah, jangan ditanya lagi. Praktikum hampir tiap hari, laporan terus tu一"

Nita ngegeleng. "Lucas."

"Oh, gak tahu."

Gue ngedesah. Bingung juga sebenernya. Gue kira setelah baikan bakal kayak awal lagi, ternyata gak. Miris.

"Gak usah nangis. Gak pantes yang kayak Lucas ditangisin."

"Gak. Siapa yang nangis," elak gue. Padahal mah pengen nangis anjir HIKS.

Nita gak ngomong-ngomong lagi. Gue juga sibuk makan sambil mikirin cowok gue yang mungkin udah jadi milik orang lain.

Gue gak asal ngomong bisa bilang kayak gitu.

Gosip tentang Doyeon yang jadian sama Lucas adalah alasan gue bilang kayak gitu. Meskipun gue gak begitu percaya, tapi sikap mereka nunjukin kalau gosip itu tuh fakta.

"Doyeon suka sama Lukas.."

Gue natap Nita bingung. Gimana bisa dia ngomong gitu tiba-tiba?

"..begitu pun sebaliknya."

"Gak mungkin, Nit."

Nita nyeruput jus mangganya, lalu natap gue serius. Anjir, merinding kayak lagi disidang.

"Lo pasti tahu kalau persahabatan antara cewek sama cowok gak akan murni tanpa perasaan."

Gue ngangguk setuju sama kata Nita. Bener juga sih, tapi 'kan kalau sukanya sama Doyeon ngapain jadian sama gue? Masa iya salah alamat hati.

"Maaf, ya sebelumnya. Harusnya gue gak boleh baca diri kalian seenaknya gini, tapi gue juga gak tega aja sama lo, Na."

"Lo boleh anggep gue cuman sekedar temen kelas, tapi gue sayang sama lo, Na. Gue tahu lo butuh temen, butuh temen cerita, butuh sandaran 'kan?"

Gue ngangguk. "Maaf, gue cuman takut sama yang namanya sahabatan."

"Gak apa. Asalkan lo mau jadi sahabat gue hehehe..."

Kedua ujung bibir gue keangkat membentuk senyuman dan gue ngangguk. Akhirnya gue punya temen selain Doyeon.

Nita kembali natap gue serius. Kayaknya sidang bakal dilanjut.

"Lo harus ngomong serius sama Lucas, setelah itu lo tentuin pilihan lo yang paling tepat. Gue doain yang terbaik buat kalian bertiga."

Gue ngangguk dengan senyum kecil yang terukir. "Makasih, ya, Nit."

"Anytime, Darl."

Setelah Nita ngomong kayak gitu, gue langsung minta ketemu sama Lucas. WhatsApp gue udah gak diblokir kok sama dia hehe

LUCAS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang