LUCAS. ㅡRahasia

535 69 8
                                    

"Nghh..."

Denger suara lenguhan, Lucas berhentiin gerakan tangannya di muka Ana. Tapi, setelah Ana tidurnya tenang lagi, Lucas lanjutin  nguyel-nguyel muka Ana.

Gemes Lucas tuh.

Udah lama gak nguyel-nguyel bapaonya Ana, jadi kangen.

Lucas ngelirik ke arah jam di atas nakas sebelahnya. Pukul empat sore.

"Baru dua jam. Tidur lagi ajee."

Dan, kemudian Lucas kembali tidur sambil meluk Ana lebih erat. Udah cocok jadi pasangan suami-istri.













"Sayang, bangun."

Sebenernya sih Lucas gak mau, ya bangunin Ana yang tidurnya nyenyak gini. Belum siap aja dia ngelihat Ana yang mungkin nanti bakal nangis lagi.

"Abang jangan ganggu. Adek ngantuk parah," racau Ana begitu Lucas lagi-lagi nguyelin pipinya.

Gak cuman dia tusuk-tusuk pipinya, tapi digigitin juga. Lucas belum berani buat gigit leher Ana, jadi untuk sekarang pipi dulu.

"Abang, ih! Jangan gang..gu." Suara Ana seketika menciut di akhir kala ia sadar bahwa yang sedaritadi mengganggunya bukan Bang Jun, tapi cowoknya.

Ana ngerjapin kedua matanya bikin Lucas pengen makan saat itu juga.

"Hai."

Ana diem. Bingung harus gimana di saat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Bukan takikardia kok, apalagi taki-taki, bukan.

"Bangun, yuk. Aku mau ngomong serius."

Bergeming di tempat tanpa bicara apa-apa, Ana cuman bisa mandangin Lucas yang pergi memasuki ruang kamar mandi.

Padahal Ana berharap diajak mandi bareng. Maksudnya, Lucas mandi di kamarnya dan Ana di bawah.

Kelamaan ngahuleng, Ana terkesiap begitu pintu kamar mandi terbuka. Rambut basah dan tubuh yang hanya dilapisi handuk.

Astaga, Ana masih mau hidup. Jangan dibuat tewas dulu, amalnya belum banyak.

"Loh, aku pikir kamu udah turun. Mau aku mandiin juga gak?" tawar Lucas yang sontak dibalas dengan gelengan Ana.

Lucas dengan gak tahu malunya ganti baju di depan Ana. Ana sih biasa aja, tapi jantungnya gak. Mungkin kalau ke dokter, Ana bakal didiagnosis kena takikardia.

"Mau ngobrol dimana?"

Ana ngegeleng. "Gak tahu."

"Di balkon aja, yuk." Lucas ngegiring Ana untuk ikut ke balkon kamarnya.

Lucas nyuruh Ana duduk di sofa bed yang berwarna cokelat selagi nunggu si cowok ngambil cemilan.

"Nih."

Es krim. Salah satu moodbooster Ana, tapi kayaknya untuk saat ini es krim gak cocok.

Ana terlalu takut sama apa yang bakal Lucas omongin sebentar lagi.

Lucas mah gitu, udah tahu Ana orangnya overthinking malah diginiin.

"Mau ngomong apa?" Akhirnya setelah diem cukup lama, Ana berani buka mulut selain untuk ngejilat es krimnya.

Lucas mendesah. Masih berperang dengan pikirannya sendiri, takut salah waktu dan salah ngomong.

"Kalau misalnya, kamu tiba-tiba denger rumor yang jelek tentang pacar kamu gitu. Kamu gimana?"

Ana diem, mikir. Masalahnya Ana baru pacaran kali ini, jadi dia gak bisa bayangin.

"Jelek gimana?"

"Pokoknya jelek aja."

"Biarin aja 'kan cuman rumor. Kecuali kalau rumornya udah kebukti bener."

Lucas negapin duduknya, natap Ana serius. Jarang-jarang dia serius gini.

"Kamu bakal gimana?"

"Tergantung. Kalau rumornya dia selingkuh, ya udahan."

Diem. Lucas udah cukup sama jawaban dari Ana. Ana sendiri bingung kenapa Lucas tiba-tiba nanya gitu.

"Kenapa? Ada rumor baru di kampus?" tanya Ana.

Lucas senyum tipis. "Gak kok."

Ana ngangguk. Udah biasa Lucas bakal rahasia-rahasiaan dari dia.

"Sini peluk." Ana menghambur dalam pelukan cowoknya, yah Ana juga gak bisa bohong kalau dia juga kangen berat.

"Kapan mau bilang semuanya ke Doyeon?"

"Nanti, ya."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUCAS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang