LUCAS. ㅡKecewa, lagi.

561 83 39
                                    

Sekali ini kumohon padamu,
ada yang ingin kusampaikan.

.
.
.

Gue ngelirik ke arah jam tangan warna cokelat tua di pergelangan kiri gue. Salah satu kado dari Lucas.

Minuman gue udah tinggal setinggi kelingking dan Lucas belum nunjukkin batang hidungnya sama sekali. Padahal, menurut jadwal yang Lucas kasih ke gue, dia harusnya udah beres kelas.

Ya udah, mungkin lagi sibuk ngurusin calon-calon skripsinya kali ya. Positif thinking aja.

"Anaaaa!"

Gue hampir aja kejengkang ke belakang kalau gak pegangan ke meja. Sialan, Doyeon mau bunuh gue apa ya.

Doyeon ngelepasin pelukannya sambil cengengesan. Sedangkan, gue natap dia sinis dan rapihin baju gue.

"Sendirian aja, Na?"

"Menurut lo?" sewot gue.

Doyeon ketawa ngakak. Heran, nih cewek gak ada rasa berdosanya apa ya sama gue?

"Gak sama pacar lo? Yang namanya kayak kulkas itu," kata Doyeon sambil nyeruput minuman gue tanpa ijin.

"Nanti ke sini nyusul," jawab gue. "Lo sendiri sama siapa?"

Doyeon tiba-tiba senyum mesem-mesem gak jelas bikin gue ngeri. Ini anak kenapa anjir. Perasaan di minuman gue baik-baik aja kok.

"Gue belum cerita, ya? Ntar deh, ya kapan-kapan."

Gue ngangguk aja biar cepet. Lagian gue gak kepo-kepo amat sama ceritanya Doyeon. Mentok-mentok juga dia bakalan cerita tentang gebetannya atau tentang anjingnya di rumah yang suka ngencingin laporan dia.

"LUCAS! DI SINIII!"

Gue otomatis ngedongak dan berharap kalau yang Doyeon panggil itu bukan Lucas punya gue, tapi..

"Kok di sini?"

..itu Lucas beneran. Gue buru-buru nunduk dan ngelahap sepotong kue red velvet yang tinggal setengah lagi.

"Kita bareng lo gapapa, ya, Na? Itung-itung biar lo gak keliatan jomblo gitu."

Gue ngangguk tanpa ngeliat ke arah mereka. Udah dipastiin kalau gue gak bakalan kuat ngeliatnya.

"Ke meja lain aja, yuk. Kasian kayaknya temen lo gak mau diganggu."

Iya, gue gak mau diganggu. Mending kalian pergi aja.

Tapi, yang keluar dari mulut gue bukan itu. Gak mungkin gue ngusir temen gue satu-satunya.

"Gapapa, kok. Duduk aja, lagian gue bentar lagi selesai."

Doyeon langsung duduk, sedangkan Lucas ngehela napasnya.

"Tuh 'kan, kata gue juga apa," sewot Doyeon ke Lucas.

"Iya, iya."

Gue senyum kecil. Lucas selalu ngalah seperti biasanya. Mungkin karna udah biasa ngalah sama adek ceweknya, Yuqi. Ah, jadi kangen sama Yuqi. Udah lama gue gak main ke rumah Lucas semenjak gue dimarahin gara-gara jambak rambutnya.

"Oh, iya, Na."

Gue natap Doyeon sedikit malas. "Kenapa?"

"Si Lucas ini punya pacar namanya Ana juga, loh."

Gue ngeringis.

Iya, Doy, itu 'kan Ana tuh gue.

"Oh, gitu..."

Doyeon ngangguk semangat. "Iya, tapi kayaknya lagi berantem soalnya gue jadi diajakin bareng mulu nih sama si Lucas."

Bagus dong, Doy. Berarti Lucas udah nemuin pengganti gue sementara, eh atau selamanya, ya?

Gue senyum. Gak tahu juga mau jawab apa, Lucas juga cuman diem aja nikmatin sepotong kue brownies kesukaannya.

"Terus, pacar lo juga namanya mirip sama si Lucas 'kan, Na? Sama-sama dipanggil Lucas."

"Iya."

"Dia dimana sekarang? Kok enak banget ninggalin pacarnya sendirian di sini," sewot Doyeon.

Dia di sini, Doy. Di sebelah lo lagi anteng makan brownies.

"Gak tahu. Gue udah chat belum dibales."

Gue buru-buru ngambil ponsel gue dan ngebuka WhatsApp ngecek apa pesan gue kekirim ke Lucas atau gak.

"Doy, kalau ava WhatsApp nya kosong, terus pesannya cuman ceklis satu. Itu kenapa, ya?"

"Mana coba lihat."

"Eh, ini temen gue yang nanya."

"Oh, itu sih di-block namanya."

Gue shock. "Di-block?"

"He'em."

Gue ngelirik Lucas sambil ngeringis nyeri. Pantes aja gue tungguin dari jam tiga sore sampe maghrib gini gak dateng-dateng.

Kalau dipikir-pikir, gue salah apa, ya emang?

Masa iya karna ngejambak doang jadi kayak gini?

"Gue duluan, ya, Doy."

"Eh, mau kemana? Bareng aja, Na!"

"Ada urusan. Duluan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUCAS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang