Motor matic Lucas berhenti tepat di depan rumah bercat putih yang ditinggali oleh Ana. Ana turun dari motor dan melepas helm biru dari kepala mungilnya.
"Makasih, ya," ucap Ana sambil menyerahkan helm biru pada Lucas.
Lucas mengangguk dengan tangannya terulur untuk membelai lembut kepala Ana. "Dah, sana masuk."
Lucas ngangguk kemudian nyengir dengan cengiran khasnya. "Siap, Bun."
Ana tertawa. "Dikira aku tuh bunda kamu apa, ya."
"Abis kamu bawelnya mirip sama bunda."
"Ya, maap. Udah sana pulang, keburu hujan nanti."
Lucas nyalain motornya kemudian membunyikan klaksonnya. Memperhatikan hingga motor Lucas gak keliatan lagi, Ana menghela napasnya dan memasuki rumahnya.
***
Nyatanya Lucas gak matuhin perintah dari Ana yang baru aja dibilang limabelas menit lalu. Kini, Lucas udah berada di depan kamar kos sahabatnya.
Tepat pukul tujuh malam, Lucas sampai di sini dengan tangan kanan menenteng kantong plastik berisi martabak keju.
Tok! Tok! Tok!
"Iya, sebentar!"
Lucas tersenyum kecil mendengar teriakan itu. Ah, padahal baru saja bertemu kemarin, tapi rasanya Lucas sudah rindu saja.
Pintu terbuka menampakkan seorang gadis dengan celana pendek dan kaos kebesaran yang Lucas yakini bahwa itu adalah miliknya. Senyum Lucas semakin lebar kala gadis itu memeluknya dengan erat.
"Di depan pintu, loh ini," ucap Lucas yang membuat gadis itu melepaskan pelukannya.
Mengerucutkan bibirnya, tangan gadis itu menarik Lucas agar masuk ke dalam kamar kosnya. "Maaf, ya berantakan."
Lucas terkekeh. "Halah, sok banget ngomong gitu. Kamar lo 'kan emang selalu berantakan gini," ucapnya.
"Gue 'kan berusaha jadi tuan rumah yang baik," balas gadis itu.
Kantong plastik dalam genggaman Lucas diambil alih dengan cepat membuat Lucas berdecak kesal. Sahabatnya itu emang gak pernah berubah kalau ada makanan.
"Wah, asyik martabak kejuu!"
"Gue hafal kali sama kesukaan lo, Doy."
Dengan mulut penuh, gadis yang diketahui namanya Doyeon itu mengangguk-mengangguk sambil mengacukan ibu jarinya. "Baek bener sahabat gue ini. Beruntung si Ana bisa dapetin lo," ucapnya.
Kedua daun telinga Lucas seketika menjadi merah mendengar lontaran Doyeon. "Pasti! Mana gue ganteng gini," ucapnya pede.
Memutar kedua bolamatanya, Doyeon menatap Lucas malas. Sahabatnya ini terlalu over pede.
"Tumben lo ke sini malem-malem, pake bawain martabok segala."
Lucas meluruskan kakinya menjadi di atas paha Doyeon membuat gadis itu kesal bukan main.
"Gak sopan lo, anjir! Ada makanan ini," pekik Doyeon sambil berusaha mendorong kaki panjang Lucas dari pahanya.
Sayang, tenaga Lucas lebih besar. Dengan hati gondok, Doyeon menghela napasnya dan tetap melahap martabaknya.
"Gue abis pergi sama Ana tadi, terus mampir ke sini," ucap Lucas yang Doyeon ketahui bahwa sahabatnya ini berbohong.
"Gak usah bohong lo sama gue."
Lucas menoleh, menatap Doyeon yang sedang melahap martabak keju dengan nikmatnya. "Yah, ketahuan, ya gue?"
"Cerita aja, sih."
Bukannya bercerita, Lucas malah menyandarkan tubuhnya pada sofa dan memejamkan matanya. Pikirannya perlu beristirahat sebentar.
"Males. Gue lagi capek mikir."
"Halah. Lo 'kan jarang mikir, masa capek?"
Lucas berdecak. "Heh, gue pacaran sama Ana aja pake mikir, ya!"
"Kalau sayang sama gue mikir gak lo?"
Lucas menyentil dahi Doyeon dengan gemas membuat sang korban berdecak kesal. "Gak, lah. Lo 'kan sahabat gue."
"Oh, sahabat doang nih?"
"Lo mau jadi pacar kedua gue emang?" tanya Lucas dengan menaikkan salah satu alisnya.
Doyeon menggeleng tegas. "Gak, lah. Yakali gue jadi selingkuhan."
Lucas tergelak dengan tangan kanannya membelai kepala Doyeon. "Nanti, ya. Kalau gue sama Ana udah selesai, gantian gue sama lo."
"Seenak jidat lo ngomong," ketus Doyeon. "Gue mending sama Kak Hanbin, anjir daripada sama lo."
Lucas tergelak. Sahabatnya ini memang senang melawak. Sudah jelas Hanbin menolak Doyeon, masih saja gadis itu mengejarnya. Padahal ada Lucas di sini. Eh, gak, Lucas udah punya Ana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.