Dua hari telah berlalu semenjak kejadian di aula waktu itu. Sejak kejadian itu, Eja hampir tidak pernah bisa melepaskan pandangan dari Alfa. Sementara cewek itu sama sekali tidak memedulikannya. Sepertinya ini yang terbaik baginya. Setidaknya sekarang, bukan Alfa yang terluka.
Murid-murid di sekolah ini tak henti-hentinya membicarakan Eja dan Alfa. Cerita yang menyebar setiap harinya selalu saja berbeda-beda. Jadi, untuk hari ini Eja tidak akan terkejut jika mendengar cerita baru lagi.
"Yang bener menurut gue sih, Eja salah paham sama Alfa. Eja kira Alfa tuh suka sama dia, tapi nyatanya enggak."
Eja tertawa pelan mendengar cerita itu. Entah mengapa mendengar cerita-cerita itu justru menghiburnya.
"Kalian bisa nggak sih jangan ngarang cerita sembarangan gitu?" Eja mengernyit, mengenali suara itu. "Kalo kalian nggak tau apa-apa mending diem deh. Emang kalian nggak mikir perasaan orang lain hah!?"
Eja nyaris tak percaya dengan apa yang didengarnya. Namun, saat ia tiba di depan pintu kelas dan melihat sendiri cewek itu berdiri di depan sana, berhadapan dengan orang-orang yang membicarakannya.
"Yang sebenarnya tuh gue yang suka sama Eja, bukan sebaliknya. Jadi dia nggak salah paham sama sekali. Lagian kalian tau apa tentang perasaan dia hah?. Mau dia suka sama gue, kek. Mau gue suka sama dia, kek. Apa urusannya sama kalian? Tapi sekarang gue sama dia udah nggak ada apa-apa. Jadi, tolong,
berhenti buat cerita nggak jelas kayak gitu. Atau gue laporin lo semua ke guru BP." Sembur Alfa, "Dasar pengganggu," cibirnya pedas.Eja meringis. Jadi, sekarang sudah tidak ada apa-apa lagi di antara mereka? Tentu itu salah. Cewek itu mungkin sudah tidak lagi melihat Eja, tapi Eja tidak pernah sekali pun memalingkan tatapan darinya. Bahkan pikirannya selalu tertuju pada cewek itu. Miris sekali.
Eja tersenyum kecil ketika Alfa berbalik dan melihatnya. Eja sempat melihat keterkejutan cewek itu sebelum memalingkan wajahnya dari Eja. Rasa sakit yang Eja rasakan karenanya, tidak lagi membuat Eja mengeluh.
Ia sudah terbiasa.Saat Alfa melewatinya untuk meninggalkan kelas, Eja menggapai tangan Alfa, tapi segera di tepis cewek itu bahkan tanpa menoleh kearahnya.
Eja tersenyum getir. Kekosongan yang sudah akrab menghinggapi hatinya saat cewek itu berlalu sangat menyakitkan.
Eja menghela napas berat ketika memasuki kelas, mengabaikan tatapan murid-murid yang tadi membicarakannya.
Saat duduk di kursinya Eja mengangkat alis ketika melihat Ryo dan Virgo memasuki kelasnya.
"Lo sama sekali nggak mau berusaha buat deketin dia lagi?" Virgo bertanya.
Eja mendengus. "Lo nggak liat? tadi dia bahkan udah nggak mau ngeliat gue lagi."
Virgo terkekeh sinis, "Ngegas dong anjing, lempeng amat lo jadi cowok."
Ryo mendecakkan lidah melihat kelakuan Eja. "Gue baru tau kalo lo sebodoh ini, Ja."
Eja mengedikkan bahu. Ia juga baru tahu itu.
Ryo dan Virgo saling pandang, "pasrah amat teman lu nyet," omel Virgo tampak kesal.
Ryo menghembuskan nafas berat, "Biasa, jantung lemah." Katanya.
"Ck, Kek banci aja lu setan," Umpat Virgo.
Eja mendelik ta terima, "Bacot."
Virgo terkekeh sinis ingin sekali menabok kepala temannya itu, tapi syukurlaj Jin baik lagi berpihak kepadanya. "Nih, hadiah dari gue buat lo," Virgo kembali berkata seraya meletakkan ponselnya di ameja Eja. "Empat hari lagi peresmian untuk semua anggota Ekskul yang baru. kita semua disuruh tampil di Aula utama. Bukan cuman kita, tapi anak ekskul lainnya juga ikut serta dalam acara ini. Tapi kalo lo sama sekali nggak bisa konsen pas latihan gara-gara mikirin Alfa, gimana penampilan kita nanti?. Pokoknya, abis lo liat hadiah dari gue ini, penampilan lo harus bagus. Awas aja kalo lo bikin kacau penampilan gua ama Ryo. Tewas lo." Setelah mengatakan itu, Virgo meninggalkan kelas Eja, dan diikuti Ryo dibelakangnya.
Ken mendengus geli saat melihat Ryo dan Virgo yang keluar dari pintu kelasnya terus dihadang para cewek-cewek disana. "Siapa suruh nggak bawa Nenek lampir dua," dengusnya geli.
Namun saat memikirkan perkataan Virgo tadi, Eja jadi berhenti terkekeh. Ia tidak akan mengacaukan penampilan Ryo ataupun Virgo. Bahkan meskipun ia masih tidak bisa menyingkirkan Alfa dari kepalanya, ia tidak akan membuat temannya mendapat masalah karenanya. Bahkan meskipun ia nyaris gila karena Alfa, tapi ia tidak akan membuang band dan persahabatannya begitu saja.
"Apa-apaan coba, anak manja satu itu benar-benar menyebalkan! " dengus Eja kesal seraya mengambil ponsel Virgo di mejanya. "Dan ini apa coba? Si buaya satu itu ..." Kalimat Eja terhenti saat ia melihat gambar Alfa di layar ponsel Virgo.
Video apa ini?
Eja memutar file video itu dan ia dibuat tak sanggup berkata-kata karenanya. Itu adalah video rekaman penampilan Eja dan Alfa saat tugas conversation dan kesenian di aula beberapa minggu lalu. Hanya saja, ini adalah adegan yang tidak ada di naskah drama mereka, dan Eja juga tidak melihatnya. Ini adalah kejadian setelah Eja meninggalkan aula. Ini adalah jawaban Alfa untuk pernyataan gilanya waktu itu. Melodi River Flows in You.
"Dasar bodoh," gumam Eja ketika melihat Alfa mengusap pipinya yang basah oleh air mata ketika cewek itu berjalan ke seat belakang, menghindari perhatian teman-teman sekelas mereka.
"Kenapa lo nangis lagi cuman gara-gara gue?" gumam Eja sedih. "Mau separah apa lagi lo nyiksa gue, Alfa?"
******
a/n:
Sampai Alfa puas bang Ja mwehehe XD

KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Eja [END]
Teen FictionIni cerita tentang Alfa dan Eja. Alfa, gadis yang kerap kali di panggil Siwe itu, lebih suka menyembunyikan perasaannya. Karena sejak awal ia menyukai Eja, ia ingin menyimpan perasaannya sendiri. Hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan Eja, pemuda i...