"Ma, udah sore nih. Mau sampai kapan nahan Alfa disini?" Eja mengingatkan mamanya, jengkel juga karena sang mama terus merangkul Alfa seakan tak ingin cewek itu pergi. Dan kali ini untuk ketiga kalinya mama Eja melepas rangkulannya dan mengusap pipi Alfa lembut.
Eja bahkan belum sekalipun menyentuh pipi gadis itu, pikir Eja getir.
Mama Eja menghela nafas saat melepaskan Alfa. Wanita paruh baya dengan umur sudah mencapai kepala empat itu meboleh kepada Eja. "Kamu hati-hati bawa mobilnya." Pesannya.
Eja mendengus, tapi maju juga untuk mencium pipi mamanya sebelum menuruni undakan teras bersama Alfa dan masuk ke mobil.
Mama Eja melambai kearah Alfa, dan ia tersenyum saat mendapati gadis itu membalas lambaiannya dengan senyum hangat yang tersungging di bibirnya. Dan mobil Eja pun melaju meninggalkan rumah.
"Ja," panggil Alfa tiba-tiba dengan tatapan lurus ke depan.
"Hm?," sahut Eja dengan alis terangkat dan melirik, menunggu apa yang akan di katakan gadis itu? Apa ia menyesal karena telah pergi ke rumah Eja hari ini?
"Gue naik taksi aja," lanjut gadis itu.
Hening.
Eja melengo beberapa saat tapi kemudian mengerjap menyadarkan diri sepenuhnya karena serangan tiba-tiba gadis di sampingnya ini, "Kenapa?," tanya nya penasaran kenapa tiba-tiba Alfa mengatakan itu.
"Kasian nyokap lo sendirian di rumah," jawab Alfa. Tampak merasa khawatir.
Eja tersenyum geli mendengarnya, "Kalo gue gak nganterin elo, gue bakal diusir ama nyokap kali Fah."
Alfa tak urung berhenti khawatir juga. "Tapi kasian nyokap lo. Lagian ngapain sih lo setuju-setuju aja disuruh ngatar gue pulang?. Kan gue masih bisa pesan taksi."
Eja tersenyum geli. "Mama khawatir kalo lo naik taksi. Takut lo diapa-apain sama orang katanya."
"Tuh kan.....gue jadi tambah nggak enak nih." Katanya panik, "Gue turun disini aja deh, lo balik aja dan-----"
"Nyantai aja kali Fah." Sela Eja dengan kekeham geli.
"Tapi kan......."
"Husssst......." potong Eja lagi.
"Gue lagi nyetir, jangan diajak ngomong ntar gue nggak konsen. Lagian gue harus hati-hati karena bawa tuan putri." Dan ia mengakhiri ucapannya dengan dengusan.Tak ayal Alfa mengumpat pelan. Dan itu didengar oleh Eja karena jarak mereka cukup dekat, cowok itu tersenyum geli saat melihat raut wajah merengut Alfa. Menggemaskan.
******
Ketika Eja dan Alfa meninggalkan toko bunga yang dikunjungi Alfa, Eja tidak bertanya alasan gadis itu membeli dua buket bunga. Namun sesampainya di mobil Eja tiba-tiba mendapatkan heart attack saat Alfa dengan santainya menyodorkan sebuket bunga mawar kearahnya.
Apakah gadis ini mau mengungkapkan perasaannya terhadap Eja? Tapi bukankah itu terlalu cepat?----maksudnya Eja baru mendekati gadis ini beberapa pekan terakhir karena tugas yang di berikan dua guru mereka. Tapi untuk confess dadakan seperti ini........ di luar pemikiran Eja. "Ini apa?," akhirmya hanya itu yang bisa ditanyakan Eja setelah hanyut dalam pikiran mengenai gadis Bima-nesia ini.
"Bunga," dengus Alfa. "Buat nyokap lo." Lanjutnya membuat Eja lega sekaligus.......kecewa?.
Dalam hati Eja mengomeli diri sendiri."Why?," suara Eja terdengar ketus, meski ia sama sekali tidak meniatkannya.
"Karena lo nggak bisa bikin kue buat nyokap lo, seenggaknya beliin bunga bukan hal yang sulit, kan?." Balas Alfa enteng. Iya, enteng. Padahal ia saat ini tengah berusaha melawan rasa gugupnya karena berani memberi bunga pada cowok yang ia sukai selama ini.
Eja mengerutkan kening. Gadis ini tidak ingin Eja memberikan bunga itu atas namanya, melainkan atas nama Eja?.
Melihat raut wajah Eja yang seperti itu, Alfa jadi ragu apakah mama Eja menyukai bunga atau tidak?.
"Nyokap losuka bunga kan? Tadi gue lihat di rumah lo banyak bunga-bunga, itu tanaman nyokap lo kan? Maksudnya... dirawat ama nyokap lo kan?" Cewek itu bahkan tidak bisa menyembunyikan kecemasannya memikirkan kemungkinan mama Eja tidak menyukai bunga.Eja tersenyum menenangkan, "Iya itu punya nyokap gue. Dan yah, nyokap gue yang ngerawat bunga-bunga itu karena dia suka banget sama bunga."
Alfa menghela nafas lega, "Syukur deh kalo gitu," ucap Alfa seraya menaruh buket bunga itu di atas pangkuan Eja.
"Dan untuk hari ini terima kasih banyak. Gue nggak tau gimana balasnya tapi kalau lo butuh bantuan apapun itu, lo bisa minta bantuan ke gue. Gue mungkin bisa bantu elu semampu yang gue bisa." Alfa mengucapkan kata-kata itu dengan meringis, tampak ragu dengan ucapannya sendiri.Eja menatap Alfa, hanya satu bantuan yang Eja inginkan dari gadis ini. Tapi Eja ragu Alfa akan sanggup membantunya ketika Eja meminta bantuannya nanti. Toh saat ini Eja hanya ingin mendengar sendiri dari Alfa bahwa dia menyukai Eja. Dan alasan dia menyukai Eja. Saat meminta bantuan seperti itu, Alfa pasti akan mendorong Eja menjauh, bahkan mungkin cewek itu akan berusaha menjauhi Eja, lebih dari saat ini, dimana menatap Eja adalah hal yang paling sungkan ia lakukan.
"Hm,,,,,,kapan-kapan gue minta bantuan lo." Jawab Eja akhirnya meskipun dengan tatapan menerawang.
Alfa tersenyum, "yah,,,,harus." Balasnya kemudian kembali menatap kedepan.
Eja melihat itu. Meskipun hanya sebentar tapi ia tidak bisa berkompromi dengan jantungnya yang berdegup kencang.
Alfa tersenyum dengan tulus?..................jujur, Eja baru melihatnya.**
Kapan abang eja sadar ama perasaan sendiri:"""((((
T_T

KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Eja [END]
Teen FictionIni cerita tentang Alfa dan Eja. Alfa, gadis yang kerap kali di panggil Siwe itu, lebih suka menyembunyikan perasaannya. Karena sejak awal ia menyukai Eja, ia ingin menyimpan perasaannya sendiri. Hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan Eja, pemuda i...