16

329 92 11
                                    

Saat Alfa memasuki ruangan aula utama hari itu ia mendapati dirinya diliputi perasaan gugup. Entahlah, ia mempunyai firasat buruk tentang yang satu ini.

Dan firasat buruknya itu terungkap saat Eja dkk tampil diatas panggung. Cowok itu, Eja, tak henti-hentinya melihat kearah Alfa, bahkan tak mengalihkan tatapannya dari Alfa sedetik-pun!.

Alfa berkali-kali menghindari tatapan Eja sepanjang penampilan cowok itu diatas stage. Yang membuat Alfa kian kesal yaitu: murid-murid lain mulai ikut menoleh ke arahnya karena ulah Eja. Ingin sekali Alfa meninggalkan aula, namun jika ia melakukannya besok mungkin akan ada cerita baru lagi tentang Eja dengan dirinya. Dan ia sudah muak mendengar cerita-cerita bodoh seperti itu.

Alfa menarik napas dalam. Pada akhirnya, Eja mengetahui tentang perasaannya. Jika tidak, dia tidak akan berkata seperti itu pada saat penampilan mereka beberapa hari lalu di aula ini. Alfa sama sekali tidak menyangka, Eja akan mengatakan itu. Dia bahkan mengatakan di depan semua orang bahwa ia menyukai Alfa. Meski ia sudah meminta Alfa untuk berhenti menyembunyikan perasaannya, tapi Alfa bahkan tak sanggup membalas kata-katanya. Dasar pria itu!.

Alfa menyadari, semakin lama terlibat dengan Eja, ia justru semakin
terluka. Ia tidak ingin merasakan sakit seperti itu lagi, saat Eja meninggalkannya waktu itu di aula. Dan ia juga tidak ingin Eja merasakan sakit yang sama sepertinya. Meski begitu, pada akhirnya ia juga mengungkapkan perasaannya pada Eja, meski Eja tidak ada di sana untuk mendengarnya.

Namun tentu saja, Alfa tidak akan pernah mau mengakui perasaannya jika Eja masih ada di sana. Dia belum benar-benar gila sehingga harus melakukan hal bodoh seperti itu.

Setelah insiden kala itu, Alfa tidak lagi sanggup menatap Eja. Karena ia khawatir, jika menatap cowok itu, ia akan menangis saat itu juga. Berada sejauh mungkin dari Eja adalah pilihan terbaik yang diambilnya. Ia tidak ingin terluka lagi, dan ia juga tidak ingin melihat Eja terluka lagi.

Ia ingin segalanya kembali seperti semula, ketika hanya dirinya yang tahu tentang perasaannya, ketika Alfa tidak perlu terluka atau membuat Eja terluka karena menyukai cowok itu. Hanya itu yang ia inginkan sekarang ini. Sungguh.

Suara tepuk tangan di seluruh aula menutup penampilan Eja, Virgo dan Ryo. Alfa baru saja bernapas lega karena berpikir itu sudah berakhir ketika suara Eja kembali menggema di aula itu.

"Sorry," Eja berkata, membuat seisi aula bingung. Namun, Alfa tahu kata itu ditujukan untuknya karena Eja menatapnya lekat. Apa yang akan dilakukan pria itu?

Panik, Alfa bergegas bangkit dari duduknya untuk meninggalkan aula, tapi kemudian, ia mendengar suara pria itu lagi. "Maaf, Alfa."

Ia berbalik dan napasnya tertahan saat melihat Eja berlutut dengan kedua kakinya di depan sana. Tatapannya seakan memohon, dan sialan, sorot luka dimata cowok itu lagi-lagi mengusik ulung hati Alfa.

Tahukah Eja, Alfa menjauh darinya bukannya tanpa alasan? Mereka berdua akan semakin terluka jika Alfa menyatakan perasaannya. Tidak ada jaminan mereka bisa bersama selamanya, dan bahagia. Mereka justru akan menyakiti satu sama lain. Itu yang selalu Alfa lihat, dan belakangan ia rasakan. Ini bukan dunia dongeng. Apa yang Eja harapkan?

Tidak sanggup melihat hal menyakitkan itu lagi, Alfa berbalik, bergegas meninggalkan aula. Sekarang, apa yang harus ia lakukan?

***

Eja menurunkan gitar sebelum melompat turun dari stage dan mengejar Alfa. Cewek itu tampak terkejut ketika Eja menangkap lengannya tepat di luar aula. Cewek itu berbalik dan mendapati Eja disana. Sialan cowok ini!

"Sampai kapan lo mau ngehindarin gue?" Eja berkata.

Eja merasakan sakit yang sudah ketika Alfa memalingkan wajah, untuk kesekian kalinya dalam satu jam terakhir.

"Maaf kalo gue udah nyakitin lo selama ini. Dan maaf karena gue udah egois banget sama lo. Meski gue tau gue udah nyakitin lo, gue tetap nggak bisa ngejauh dari lo, Alfa." ucap Eja.

Alfa akhirnya kembali menatapnya, tampak terluka. Apa cewek itu tahu, itu juga menyakiti Eja?

"Jangan dilanjutin lagi, gue mohon, " ucap cewek itu putus asa. "Gue juga nggak mau liat lo terluka. Gue tau ini juga nyakitin lo. Karena itu tolong jauhin gue..."

"Jangan bilang lo ngehindarin gue karena nggak mau gue terluka," sela Eja.

Alfa hendak memalingkan wajah, tapi Eja menahan dagunya.

"Apakah itu sebuah lebenaran, nona?" Ken tak dapat menahan senyum.

"Gue serius, Ja. Gue nggak mau ..."

Eja tak memberikan kesempatan Alfa melanjutkan alasan tak masuk akalnya dan berkata, "Gue pengen menjadi pendamping hidup lo, Alfa."

Alfa terkesiap, dan menatap Eja---ragu?.
Eja mendengus pelan melihat itu. Bisa-bisanya Cewek ini ragu disaat Eja sudah jatuh terlalu dalam dalm pesonanya.

"Gue bakal jagain lo dan selalu ada buat lo, Alfa," janji Eja. Ia mengulurkan tangan, menyerahkan janjinya. "Maukah kau menjadi pendamping ku, Alfa?"

Alfa menatap tangan Eja, dan Eja yakin cewek itu akan menolaknya. Maka ia memutuskan meraih tangan Alfa dan menggenggamnya erat. Alfa seketika melotot kaget.

"Kalo gue janji, gue nggak bakal ngelepasin lo dan bakal nikah sama lo pas kita udah dewasa nanti, apa lo bakal nerima gue?" tembak Eja.

"Kalo nggak, lo boleh pergi. Nggak masalah. Tapi gue bakal terus ngejar elo. Sampai nanti kita kuliah, sampai nanti kita kerja. Yang mana pun pilihan lo, nggak masalah. Itu nggak bakal ngubah keputusan gue tentang elo," lanjut Eja.

"Apa lo nggak takut bakal terluka karena gue? Bahkan setelah kejadian kemarin?" sebut Alfa.

Eja tersenyum saat menggeleng. "Nggak masalah. Selama lo ada di samping gue," balas Eja. "Jadi, yes or no?" tuntutnya.

Alfa berdehem. "Tadi lo bilang, yang mana pun nggak masalah," ucapnya pelan.

Seketika senyum Eja merekah. "Ini hari pertama kita, ya?"

Alfa mencubit pelan pinggang cowok itu, "masih nanya?," cicitnya pelan.
"Tapi....gue nggak tau apa-apa tentang hal kayak gini. Gue mungkin akan bersikap biasa aja ke elo, dan mungkin bakal nyakitin elo, nggak bisa bersikap layaknya,,,,,ehem pacar. Yang gue tau gue suka sama lo. Itu aja," setelah berkata demikian Alfa kembali memalingkan wajah.

Eja menarik dagu Alfa supaya kembali menatapnya, dan memberikan senyum menenangkan saat berkata, "Gue tau. Tapi lo nggak perlu ngelakuin apa pun. Lo suka sama gue, itu udah cukup buat gue. Dan gue nggak peduli gimanapun sikap lo ke gue, lo cuma perlu berada di samping gue. Dan gue bakal nunjukin ke elo gimana perasaan gue ke elo supaya lo bisa belajar tentang perasaan lo. Karena kita ngerasain hal yang sama, Fah. Karena itu jangan pernah pergi dari gue dan percaya sama gue, oke?".

Alfa merasa lebih tenang setelah mendengar kata-kata Eja. Dia bahkan tak dapat menahan senyumnya saat mengangguk.

Ketika Eja hendak merengkuhnya, Alfa refleks berusaha menjauh, tapi Eja lebih cepat menangkapnya dan membawa gadis itu kedalam dekapannya. Saat Alfa mendongak, terkejut, Eja tersenyum, lembut. Saat itu, Alfa bersyukur memiliki Eja disisinya. Pria nya.

The End

-

-----

A/n:

Akhirnya sampe end juga. Selalu makasih buat tiap dukungannya. Apalah arti penulis tanpa pembaca. Love you all😚😚😚

Alfa & Eja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang