08

384 134 11
                                    

Tatapan Eja terjatuh kedepan ketika Alfa berhenti di depan pintu kelas. Cewek itu berhenti karena mendapati hanya Eja di kelas mereka pagi itu.

Eja mengamati cewek itu menunduk, dan refleks tersenyum ketika cewek itu masuk ke kelas tanpa menatapnya tentunya.

Kadang Eja selalu heran, Alfa bukan murid pemalas atau semacamnya, ia juga rajin mengerjakan tugas dan juga tidak bodoh, tapi kenapa ia memilih tempat duduk di deret paling belakang?.

Alfa hendak keluar kelas begitu meletakkan tas. Melihat hal itu, Eja langsung bangkit dari duduknya dan melompati kursi sebelahnya untuk menghalangi jalan Alfa. Hal tersebut tentu saja membuat cewek itu tersentak kaget.

Alfa mulai panik ketika melihat bahwa Eja-lah yang menghalangi jalannya. Alfa diam beberapa saat, dan menunduk menggumamkan kata maaf seraya menggeser langkah ke kiri, tapi Eja juga ikut bergser, menutup jalan Alfa.
Ketika cewek itu bergeser ke kanan, Eja juga mengikutinya.
Eja tak dapat menahan senyum saat melihat Alfa semakin panik.


Wajah Alfa yang memerah, kepanikannya yang luar biasa, ia bahkan tidak bisa menatap Eja saat ini, dan bagaimana bisa Eja tidak yakin tentang perasaan cewek ini padanya?. Ia memang harus mengakui kehebatan cewek ini menyembunyikan perasaannya dari semua orang, dan malah membuat teman-teman sekelasnya berpikir bahwa Eja lah yang menyukainya.

"Eja!"seruan di pintu kelas Eja menolehkan kepala.

Melihat ada kesempatan, Alfa bergeser dan melewti Eja.
Melihat itu, entah kenapa Eja mengulurkan tangan, menahan lengan Alfa agar tidak jadi pergi.

Dua orang di depan pintu sana terkejut, dan tiba-tiba terbatuk dengan lebai nya.

Eja mendesis sebal. Tau itu batuk yang di buat-buat.

Melihat itu Ryo dan Virgo tersenyum geli.
"Lo berangkat subuh dan ninggalin kita berdua cuma buat nembak Alfa?." Ejek Virgo. Tak mau melewatkan kesempatan untuk menggoda temannya yang satu itu.

Eja tak menyahut dan justru menarik Alfa, memaksa cewek itu berdiri di depannya. "Lo juga tau kan mereka pada mikir kalo gue suka sama lo?,"Eja bertanya pada Alfa.

Alfa menghindari tatapan Eja"mereka toh nggak tau apa-apa. Dan lo tenang aja, gue nggak bakal salah paham kok,"jelasnya."Gue juga tau lo nggak mungkin suka sama gue. Jadi......tolong lepasin gue...."ucapannya seraya berusaha menarik diri.

Eja tertegun.
Disaat semua orang begitu yakin bahwa Eja menyukainya. Cewek itu justru dengan yakinnya berkata bahwa Eja tidak mungkin menyukainya.

"Ja......"Suara Alfa penuh permohonan, membuat Eja refleks melepaskan pegangan.

"Maa---" Sebelum Eja sempat meminta maaf, cewek itu sudah berlari keluar kelas.

Eja melongo melihat itu.

Tiba-tiba saja Virgo bertepuk tangan"cara nembak lo unik,,,Bro."

Eja mendengus kasar menanggapi itu
"Kayaknya dia bakal ngeheindarin gue lagi deh."ujarnya."Thanks guys"lanjutnya penuh serkasme.

"Sorry ya Ja. Tapi ngapain juga lo ngomong gitu ke Alfa? Kesannya lo marah gara-gara gosip itu. Kalo emang gosipnya gak bener, yaudah sih, gak perlu juga ngomong gitu ke dia. Lo berharap Alfa ngomong apa?"ucap Virgo seraya masuk kedalam kelas Eja. Tidak lupa dengan Ryo yang mengekorinya di belakang.

Eja menggeram, memaki dirinya sendiri dalam hati. Ia sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Yang sebenarnya, dia hanya ingin mengajak cewek itu bicara. Meski jika dipikir-pikir, caranya berbicara tadi emang sedikit aneh. Jawaban apa yang ia harapkan dari Alfa?.

_nggak pa-pa. Toh gue juga suka sama lo_??????

Jawaban yang seperti itu kah?.

Yang benar saja!. Eja pasti sudah gila.

Eja berdehem, mengusir imajinasi mistisnya,"tadinya gue mau ngomong baik-baik ke dia, ngejelasin kalo gosip itu cuman salah paham. Tapi tiba-tiba kalian datang dan ngacauin semuanya."cibir Eja. Kembali menyalahkan kedua temannya.

"Ada ya, orang yang ngajak ngomong serem gitu,"sindir Ryo dengan santai nya.

"Lagian ngapain juga lo ngehalangin jalan dia segala? Kaya orang yang mau ngajak ribut."kata Virgo.

Eja mengumpat pelan. Ia tak tahu jika duo kunyuk ini sudah ada di depan pintu tadi. Ia terlalu fokus memperhatikan Alfa.

"Tapi lo yakin itu cuma salah paham?"Ryo kembali angkat suara.

"Harus berapa kali gue ngomong kalo.........."

"Terus, apa maksudnya lo ngelihatin Alfa kayak tadi?"potong Ryo"lo udah kayak buaya yang mau nerkam mangsanya."

Eja melengos kasar.
"Terserah kalian deh mau pikir apa"ucap Eja akhirnya.

Selama beberapa saat Ryo dan Virgo tak mengatakan Apa pun. Hingga kedua teman Eja yang lain, Isti dan Listia, masuk ke kelasnya.

"Alfa lo kenapa lagi, sih? Udah kayak di kejar hantu aja, sampai gak lihat jalan di depannya."Listia berkata seraya menghampiri ketiga temannya.

"Dia nabrak lo lagi?"keluh Eja.

"Nggak..."

"Terus?"tuntut Eja tak sabaran.

"Dia nabrak Gara anak kelas sebelah yang tampan itu."jelas Listia dengah menekankan kata tampan.

Mimik wajah Virgo tiba-tiba mengeruh. Ia melirik tajam Listia yang hanya cengengesan menjawab tatapannya.
Sedangkan Eja,entah kenapa dia tidak suka mendengarnya. Ia tidak suka cewek itu begitu ceroboh. Ia tidak suka Alfa sembarang menabrak orang sembarangan. Ia tidak suka kalo.........

"Kalo di film-film Korea nih ya, biasanya abis nabrak gitu bisa suka, lho."celetuk Isti.

Eja menatap cewek itu tajam"itu cuman film, SITI."kesalnya.

"Ya biasa aja kali ngomongnya. Kayak nggak tau Isti aja lo."Ryo berbicara.

Kali ini Eja menatap Ryo dengan kesal.

"Lo kenapa sih? Pagi-pagi udah bad mood gitu?"Listia mulai penasaran.

"Salah dia sendiri, sih."dengus Virgo."Nembak cewe caranya aneh gitu....."

"Gue gak nembak dia!,"desis Eja makin kesal.

"Oke, lo nggak nembak dia,"Virgo mengalah,"tapi kesal kan, denger Isti bilang, cewek lo bisa suka sama Gara gara-gara nabraaaa......."

"DIA BUKAN CEWEK GUE DAN DIA BUKAN CEWEK YANG SEMBARANGAN SUKA SAMA ORANG."bentak Eja tak sabar.

"itu dia,"Virgo menjentikkan jari.
"Dia bukan cewek lo sih, makanya lo langsung bad mood."

Terkadang Eja benar-benar luar biasa kesal, pada teman-temannya ini. Ia masih sering bertanya-tanya, bagaimana ia bisa bertahan dengan anak-anak ini?.

Namun ia mendapatkan jawabannya ketika Ryo berkata"udah.....udah, ngapain sih bahas itu mulu? Kemarin kan Eja udah bilang, dia nggak suka sama Alfa. Gak usah ngedesak dia lagi, lah. Pagi-pagi udah nggak enak gini suasananya. Lagian kalo Eja emang jadian sama cewek itu, dia pasti bakal cerita sama kita."
Dan begitulah, percakapan tentang Alfa pagi itu berakhir. Betapapun keras kepalanya teman-temannya, mereka toh akhirnya menghargai keputusan Eja. Bahkan meskipun itu keputusan terbodoh sekalipun. Pada akhirnya mereka juga yang akan membantu Eja memperbaikinya.

Eja berharap, yah hanya berharap, ini bukanlah salah satu dari sekian banyak keputusan bodohnya.

*********

😪😴


Alfa & Eja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang