Prolog

65 25 19
                                    

"Nggak! Ini nggak mungkin! Aku pasti salah lihat aja kan? Nggak mungkin dia kaya gitu!"

Amira melihat foto mesra dihandphone pacarnya yang bernama Ardi. Ia sangat terkejut melihatnya, tiba-tiba Ardi pun datang menghampirinya dan menanyakan barang tersebut yang masih terpegang oleh Amira.

"Kenapa kamu pegang handphone ku?"

"Nggak papa kok, aku cuma mau ngecek aja."

"Kenapa sih sampai di cek segala? Nggak ada apa-apa kok disitu."

"Siapa tau kan ada pesan atau telepon gitu dihandphone kamu makanya aku cek."

"Ya nggak usah di cek segala! Jadi pacar ngeselin banget sih!"

"Aku minta maaf sudah terlalu over ke kamu, maaf ya."

"Kamu tuh ya bisanya cuma nyusahin aja, bikin bahagia juga enggak, aku nyesel tau nggak pacaran sama kamu!"

"Kok kamu jadi gini sih sifatnya?"

"Terus aku mau bilang apa lagi? Kenyataannya begitu kok."

"Stop Ardi! Jangan dilanjutin lagi!"

"Kenapa? Eh, tau nggak kenapa aku sampai sekarang mempertahankan hubungan ini? Karena aku hanya menjadikanmu sebagai pelampiasan saja, nggak lebih! Aku sebenarnya nggak ada rasa sayang sama sekali sama kamu dan oh iya kamu tuh bodoh banget ya sudah terlalu percaya sama aku."

"Stop Ardi stop! Kamu tuh bicara apa sih? Aku nggak salah dengar?"

"Iya, kamu nggak salah dengar. Sekarang kita putus!"

"Ardi, aku mohon Ardi jangan putusin aku. Jangan tinggalin aku kaya gini!"

"Aku tetap mau putus sama kamu, mengerti!"

"Kamu putus karena wanita itu kan?"

"Eh, kamu tau soal itu darimana?"

"Aku lihat semuanya dihandphone mu, Ardi."

"Baguslah, kamu sudah tau semuanya. Iya! Aku putusin kamu karena aku sayang sama dia!"

"Tega kamu Ardi, kamu tega!"

"Terserah kamu mau bilang apa, aku nggak peduli!"

"Kamu memang nggak punya hati, Ardi!"

"Kamu berani bicara sama aku kaya gitu!" Teriak Ardi dan tiba-tiba tangannya memukul wajah Amira dengan kerasnya.

"Oh, jadi gini sifat kamu sebenarnya. Ok, kita putus!"

"Silahkan! Aku malah bahagia bisa putus sama kamu, Amira."

"Cepat pergi dari rumahku sekarang!"

"Ok, aku pergi!"

Ardi pun pergi dan Amira tak bisa menahan kesedihannya. Dia sebenarnya kesal atas sikap pacarnya selama ini tetapi Amira berusaha mempertahankan hubungan tersebut dan pada akhirnya kejadian itu tidak bisa terelakan lagi. Ia pun kemudian menangis tiada henti sambil meratapi mimpinya yang tak pernah terwujud, yaitu hubungan berlanjut sampai ke pernikahan yang dia impikan.

*****

Situasi Hati (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang