17. I'm your hell and heaven

2.6K 190 84
                                    

"Aku adalah bunga matahari yang selalu melihat ke arahmu, meski kau dengan kejam mengabaikanku."

The Psycho POV :

Kau adalah matahari bagiku dan aku adalah bunga matahari yang selalu melihat ke arahmu, memalingkan pandanganku darimu berarti adalah kematian untukku, tak ada kata adil bagiku, karena tanpaku kau tetap baik-baik saja.

Kyung Hee adalah hidupku, selama ini aku selalu berusaha ada di dekatnya, melindunginya, menjadi penopangnya ketika rapuh, namun tetap saja kehadiranku tak pernah teranggap olehnya.

Tapi pria sialan itu selalu berhasil mendapatkan perhatianmu, dan aku tahu kamu perlahan juga jatuh hati dengan keberadaannya, padahal kamu milikku dan selamanya hanya milikku, itulah yang membuatku marah, aku ingin membuatmu tahu sebenarnya kamu milik siapa.

Aku merasa puas melihatnya tak berdaya dibawah tubuhku, seperti ini memang seharusnya, Kyung Hee harus ada di bawah kendaliku karena dia milikku.

"I can't breath,"ujarnya susah payah saat aku dengan kuat mencengkram lehernya.

Aku melepaskan cengkraman tanganku pada leher Kyung Hee, dengan cepat ia mengambil udara sebanyak-banyaknya, dan aku menatapnya dengan tatapan puas.

"Kamu pengkhianat, sayang!Aku begitu mencintaimu, aku selalu melihat ke arahmu, tapi kamu tidak pernah menganggapku ada."

"Semua ini pasti karena pria sialan itu, aku akan melenyapknnya dan kamu akan menjadi milikku selamanya, Choi Kyung Hee."

Aku melihatnya tersenyum remeh, senyum yang selalu membuatku tertantang untuk menakhlukkannya. Kyung Hee adalah gadis cantik yang tidak berotak bolong, ia bukan tipe gadis yang suka menggoda pria dengan wajah cantiknya, singkatnya dia sangat serasi denganku.

Aku melepas penutup matanya, kedua mata kami saling bertemu, untuk sekali lagi aku merasa mata hitam legam yang anehnya begitu bersinar di mataku itu memerangkap jiwaku, mata itulah yang selama ini menyanderaku dan selalu berhasil menjadikanku gila.

"Jadi apa kamu mencintaiku?"tanyanya dengan tatapan tajam.

Aku menunduk, mengangkat sedikit topengku dan mencium bibirnya yang manis itu. "Ya, aku begitu mencintaimu, Choi Kyung Hee."

"Kau tahu apa yang kamu rasakan itu bukan cinta tapi obsesi, kamu hanya begitu menginginkanku."

"Diam, jangan berusaha menceramahiku!"ujarku dengan geram.

Dia tertawa. Sejak awal mencintainya aku sudah tahu Kyung Hee memang bukan gadis yang akan dengan mudah kutakhlukkan.

"Bagiku kamu tak lebih dari pria bodoh yang begitu terobsesi denganku,"ujarnya sarkastik.

"Diam!Aku tidak peduli apakah itu obsesi atau cinta, yang jelas kamu itu milikku, Choi Kyung Hee!"ujarku penuh penekanan.

"Dasar gila!Pantas saja kau jomblo dan tidak laku-laku, caramu mencintai saja membuatku merinding."

"Tutup mulutmu!"Dengan murka aku mencengkram rahangnya. "Atau aku akan membuatmu diam selamanya!"

"Apa kamu akan membunuhku?Baiklah lakukan saja jika kamu berani!"tantangnya tanpa rasa takut.

Baiklah, akan ku kabulkan permintaanmu.

Wajah Kyung Hee berubah ngeri saat melihatku mengeluarkan benda yang kusembunyikan di kantong jaketku, aku memamerkan jarum suntik yang sudah kuisi dengan racun cair tepat di hadapan wajahnya.

"Apa itu?"

Aku tertawa melihat wajah ngerinya, jika kau berfikir aku hanya main-main dengan kalimatku kau salah besar, Choi Kyung Hee. Hari ini aku akan membuatmu mengerti siapa aku sebenarnya.

"Ini racun, sayang."Seketika saja raut wajahnya berubah menjadi ngeri.

"Jika kamu benar-benar mencintaiku kamu tidak akan mungkin mampu menyuntikkan racun itu padaku,"ujarnya meragukkanku, namun sayangnya kali ini aku lebih ingin menunjukkan bahwa aku tidak akan pernah main-main dengan kata-kataku.

Tanpa menunggu apa-apa lagi aku menancapkan jarum suntik tepat di lengan kanan Kyung Hee, dengan cepat aku melihat racun itu bereaksi pada tubuh Kyung Hee, aku melihat gadis itu mulai kesusahan bernafas dan juga bergerak.

Aku menggunakan racun yang berasal dari tumbuhan acnotium, racun ini bekerja dengan cepat dan sulit untuk dikenali penggunaannya dalam jumlah yang tepat, membuat korban yang terkena racun menjadi lumpuh dan berakhir dengan mati lemas, aku sengaja menggunakan racun ini dengan dosis yang telah ditakar dengan baik agar tidak membahayakan Kyung Hee, dia memang benar aku begitu mencintainya hingga tidak ingin membuatnya terluka.

"Apa kau mulai merasa putus asa sayang?"tanyaku sarkastik saat melihat air mata luruh dari matanya. Aku tersenyum dan mendekatkan wajahku padanya. "Katakan kau mencintaiku, Choi Kyung Hee!Maka akan kupertimbangkan apakah aku akan memberikanmu obat penawarnya atau tidak."

Dengan susah payah Kyung Hee membuka mulutnya, aku yakin saat ini pasti dirinya tengah berdebat dengan dirinya sendiri apakah ia mampu mengalahkan egonya dan mengatakan bahwa ia mencintaiku, dan Kyung Hee bukanlah wanita bodoh yang rela untuk mati ditanganku.

"Apa yang ingin kau katakan, sayang?"

"A-a-a-....ku.."ujarnya dengan tersendat-sendat dan air mata yang membanjir melewati pipinya.

Aku menghapus air mata di pipinya dengan lembut. "Ayolah jangan menangis sayang!Ayo katakan bahwa kamu mencintaiku, Choi Kyung Hee!"

"A-a-a...ku..Men-cin...ta..i..mu.."ujarnya dengan susah payah yang kuhadiahi dengan kecupan lembut di bibirnya.

Aku menyuntikkan obat penawar yang telah kupersiapkan pada lengan Kyung Hee. "Setelah ini kamu harus ingat bahwa aku adalah satu-satunya pria yang kau cintai, kamu milikku dan selamanya akan jadi milikku."

-TBC-


The Psycho Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang