"Akhirnya... tak kusangka ini akan selesai dengan cepat..." ucap Ice.
"Aku juga tak menyangka akan selesai secepat ini. Ini semua berkat kalian, teman-teman," ucap Azuya sembari tersenyum.
"Aahh, jangan memuji berlebihan, Azuya. Kemenangan ini juga tak akan bisa kita capai tanpa kau, kok," ujar Blane sambil mengacak-acak rambut Azuya.
"Hei!!" Azuya tampak tidak senang dengan tindakan Blane, ia segera mengejar Blane yang kabur dari sampingnya.
"Hahaha. Mereka tidak pernah berubah, ya," ucap Roman sembari menonton adegan kejar-kejaran antara Blane dan Azuya.
"Ya..." sahut Huda sembari memakan sebuah bread dan menonton adegan kejar-kejaran itu juga.
"Tapi ini bisa jadi tontonan yang bagus..." sahut Eben sembari meminum milk bucket.
(Author: kalian kira ini bioskop, Huda, Eben?! :v)
Roman hanya terdiam dengan butiran keringat di keningnya saat melihat sikap Huda dan Eben yang seolah-olah sedang menonton film di bioskop.
Di suatu tempat di Minecraft Spaceworld...
Seorang pria paruh baya yang mengenakan jubah putih khas profesor sedang duduk di depan sebuah layar hologram. Matanya yang dihiasi oleh kacamata dan lipatan kantung mata menatap serius ke layar hologram yang berada di hadapannya. Ya, pria itu adalah dalang dari semua ini. Ia adalah pencipta sekaligus pengatur dari game ini, yang merancang seluruh sistem di Minecraft Spaceworld. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah sang game master.
"Illusioner sang boss ke-10 dikalahkan lebih cepat dari perkiraanku. Para remaja itu cukup kuat... ini akan menarik..." ucapnya sembari tersenyum dengan sangat kejam, layaknya seorang psikopat yang telah kehilangan akalnya.
Yah... sepertinya ia memang telah kehilangan akal sehat. Bayangkan saja, ia menciptakan sebuah permainan yang menentukan hidup dan mati... dan ia menganggap pertarungan antara hidup dan mati adalah permainan yang sangat menghibur. Ia benar-benar telah kehilangan akal...
"Tapi... pertarungan ini takkan selesai hanya dalam satu ronde!"
Ia mengambil sebuah kartu di laci mejanya dan meletakkan kartu tersebut di semacam slot untuk kartu yang juga merupakan bagian dari komputer miliknya ini.
*sruuutt*
Slot tersebut masuk kembali ke lubang berbentuk persegi panjang di meja milik game master, kemudian ia mengetik sesuatu di keyboard versi layar sentuh miliknya. Jari-jarinya bergerak lincah menekan tombol-tombol pada keyboard touchscreen tersebut. Tampaknya ia sedang melakukan coding.
*tiikk*
Bersamaan dengan suara alarm tersebut, senyuman jahat kembali menghiasi wajah sang game master.
"Habisi mereka, Supreme Boss Rein......"
Kembali ke Planet Zen
Sesosok kelelawar raksasa mendadak muncul di hadapan para animator, menghentikan aksi kejar-kejaran Azuya dan Blane serta mengagetkan para animator lainnya. Huda melempar bread miliknya secara tak sengaja dan Eben tersedak oleh milk yang sedang ia minum.
(Author: Rasain tuh, emang enak :p)
Mata dari kelelawar raksasa tersebut semerah darah dan aura kegelapan yang sangat kelam menyelimuti tubuhnya. Di nametag miliknya tertulis tiga kata:
Supreme Boss Rein
"Apa?! Pertarungannya masih belum selesai?!" ucap Azuya terkejut.
"Sudah kuduga, tidak mungkin pertarungannya selesai secepat ini," ucap Dilla sambil menatap serius ke arah Supreme Boss tersebut.
"Huh... masih belum selesai, ya?" ucap Asurya.
"Cih, merepotkan saja," gerutu Ice.
Para animator menyiapkan skill dan senjata mereka masing-masing, kemudian mereka bergerak maju.
"Kami tidak akan kalah... oleh kumpulan data sepertimu!!"
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Animator Indonesia Season 2: SpaceBattle
FanficPara animator mengira mereka sudah bisa keluar dari dunia virtual yang menjebak mereka. Namun ternyata itu hanyalah awal dari semuanya. Demi keluar dari dunia itu, para animator menjadi pejuang galaksi di dunia virtual tersebut. Berhasilkah mereka k...