"Ayo, kita harus segera pergi dari sini," ucap Roman. Dia berusaha untuk terlihat tegar, tetapi air matanya terus mengalir.
Dengan hati yang hampa dan dipenuhi oleh kesedihan, para animator pun berlari menuju spaceship.
"Jangan harap kalian bisa lari!!!" seru Majestic Chaos sembari bersiap melakukan serangan lagi.
"Hentikanlah, Majestic Chaos."
Suara tersebut membuat Majestic Chaos segera membatalkan serangannya. Sebuah layar hologram muncul di hadapan Majestic Chaos, menampilkan wajah seorang pria paruh baya dengan latar belakang ruang laboratorium. "Ada apa, master?"
"Cukup untuk hari ini, kita lanjutkan lagi di lain hari."
"Baik, master." Bersamaan dengan berakhirnya ucapan Majestic Chaos, layar hologram itu pun lenyap.
"Kalian sedang beruntung hari ini, tapi jangan harap kalian bisa lepas dari cengkeramanku," ucap Majestic Chaos sebelum akhirnya lenyap bagaikan kabut yang ditiup angin.
Para animator pun memasuki spaceship dengan hati yang kacau. Air mata terus mengalir, membasahi wajah mereka. Hati mereka sangat terpukul karena melihat dua sahabat yang berharga tewas di depan mata mereka sendiri.
Meski hatinya sedang kacau, Roman memaksakan diri untuk mengemudikan spaceship demi menjauh dari bahaya.
Demi keselamatan dirinya sendiri,
dan demi keselamatan seluruh anggota Animator United.
Jet Machine pada spaceship tersebut menyala, menyemburkan api biru yang sangat panas. Daya ledak dari pembakaran tersebut menyebabkan spaceship meluncur ke luar angkasa, menembus atmosfer Planet Crystal.
"Biar aku saja yang mengemudi," ucap Azuya. Tampaknya hatinya telah lebih tenang.
"Baiklah ..." ucap Roman sembari bangkit berdiri dari kursi kemudi spaceship dengan wajah tak bersemangat.
Azuya segera duduk di kursi kemudi dan mengemudikan spaceship tersebut menuju sebuah planet yang sama sekali tak memiliki Universe Boss maupun Supreme Boss, sebuah planet yang memiliki rupa mirip dengan bumi dan bernama Planet Terra.
10:30 (waktu Planet Terra)
Demeter Greenfield, Pulau Mikujiranix, Planet Terra.
Normal POV
Suara bising mesin mengejutkan rusa-rusa bertanduk empat yang sedang merumput. Mereka segera berlari tunggang langgang, mencari tempat persembunyian. Beberapa ekor kelinci dan tupai turut bersembunyi di semak-semak dan liang pohon.
Sebuah titik kecil muncul di langit yang berwarna biru bagaikan batu turquoise dan berhiaskan awan-awan yang putih bagaikan kapas. Lama-kelamaan, titik itu semakin membesar, dan wujud aslinya pun tampak dengan jelas. Titik tersebut adalah sebuah pesawat luar angkasa.
Pesawat luar angkasa itu mendarat dengan mulus di padang rumput yang hijau. Tak lama kemudian, pintu pesawat tersebut terbuka, menampilkan sosok seorang pemuda berambut hitam legam dengan mata berwarna merah bagaikan batu ruby. Ia memakai pakaian berwarna putih bernuansa hitam. Sebuah sarung pedang berwarna putih terpasang di punggungnya.
"Planet yang cukup bagus." Pemuda itu berucap sembari memandangi padang rumput yang hijau, kemudian ia membalikkan tubuhnya.
"Bangunlah semuanya!! Kita sudah sampai!" seru pemuda tersebut.
Teman-teman sang pemuda yang berada di dalam pesawat pun terbangun.
"E ... eh? Kita di mana, Azuya?" Salah satu dari mereka bertanya sembari mengucek-ucek kedua matanya. Ia memiliki rambut berwarna coklat dan memakai jaket hitam.
"Kita berada di Planet Terra," ucap sang pemuda bermata ruby yang ternyata bernama Azuya. "Untuk sementara, kita akan tinggal di sini."
To be continued ...
A / N:
Author mau izin hiatus selama 3 minggu. 2 minggu lagi author UTS, jadi weekend minggu depan sama weekend 2 minggu lagi author gak bisa update. Doain supaya nilai author bagus-bagus ya!
Sampai jumpa di chapter berikutnya!!
-Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Animator Indonesia Season 2: SpaceBattle
FanficPara animator mengira mereka sudah bisa keluar dari dunia virtual yang menjebak mereka. Namun ternyata itu hanyalah awal dari semuanya. Demi keluar dari dunia itu, para animator menjadi pejuang galaksi di dunia virtual tersebut. Berhasilkah mereka k...