Chapter 29: Chaos Berhasil Menyusul

105 8 44
                                    

07:00 WIB (Waktu Planet Terra)






Demeter Greenfield, Pulau Mikujiranix, Planet Terra.






"Uh-hoaahmm ...."

Roman terbangun karena tak tahan dengan cahaya matahari pagi yang amat menyilaukan. Ia menguap sembari mengucek-ucek matanya.

"Uhm ... sudah pagi, ya."

Roman menatap teman-temannya yang masih tertidur pulas, seolah tak peduli dengan cahaya matahari pagi yang menyilaukan. "Hahh ... dasar kalian ini .... Mau pertama kali atau kedua kalinya berkemah sama saja ...."

"WOY BANGUN SAHUR!!!"

Seruan Roman sukses membangunkan para animator. Mereka terlonjak kaget.

"Apa-apaan, sih, man. Untung aku gak jantungan," ucap Azuya dengan wajah gusar.

"Habis, kalian masih malas-malasan saja. Udah pagi begini." Roman beralasan.

"Jadi, sekarang kita akan melakukan apa?" tanya Ice.

"Kita akan berlatih supaya kekuatan kita meningkat, lalu pergi dari planet ini supaya Chaos tidak menyusul kita," ujar Roman.

"Ya, ya. Baiklah. Tapi sebelum itu, kita sarapan dulu. Lapar, nih," ucap Ice sembari memegangi perutnya.

"Hu-uh dasar kau ini!! Tidak ada yang lebih penting daripada perut!!" ujar Brian.

"Latihan penting, tapi makanan ,'kan, juga penting, hehehe." Ice berucap sembari terkekeh. "Otak, 'kan, tidak bisa bekerja tanpa glukosa, dan sumber energi itu adalah lemak."

"Jangan ceramah biologi di sini," ujar Azuya.

"Lagipula, makanan di dunia virtual ini, 'kan, tidak nyata." Blane menimpali.

"Setidaknya bisa membuatku kenyang ketika berada di dunia virtual ini, hehehe." Ice kembali berucap sembari terkekeh.

"Sudah, sudah. Ucapan Ice memang ada benarnya. Mari kita sarapan dulu," ujar Roman sembari mengeluarkan 21 buah steak, kemudian ia membagi rata kedua puluh satu steak itu kepada seluruh animator dan partner berwujud AI atau Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan).

(Note: yang dimaksud partner berwujud AI di sini adalah Husky dan Enderika)

"Selamat makan!!" ucap seluruh animator.

Mereka pun menyantap steak masing-masing.







Di luar atmosfer planet Terra ....





Sebuah pesawat luar angkasa berwarna kemerahan tampak sedang melesat mendekati sebuah planet yang mirip dengan bumi. Ketika telah berada di dekat atmosfer planet tersebut, pesawat itu berhenti.

"Lapor, master. Aku sudah berada di dekat atmosfer dari planet yang merupakan tempat persembunyian para animator. Apakah aku boleh masuk ke dalam atmosfer sekarang?" Pilot dari pesawat tersebut menghubungi seseorang yang dipanggilnya 'master' lewat headphone yang terpasang di telinganya.

Pilot itu memiliki rambut seputih salju, mata kanan semerah batu rubi, dan mata kiri berwarna putih bersinar.

"Masuk saja ke dalam atmosfer, dan habisi seluruh animator sekaligus. Aku sudah benar-benar bosan dengan permainan yang memiliki alur lambat ini." Sebuah suara terdengar dari dalam headphone. "Lakukanlah dengan baik, dan jangan sampai gagal seperti waktu itu lagi, karena kini kau bukan lagi Chaos, tapi kau adalah Majestic Chaos."

"Baik, master. Aku akan berusaha dengan sekuat tenaga," ucap sang pilot yang ternyata merupakan Universe Boss ke-11, Majestic Chaos.













Kembali ke Demeter Greenfield

Ketika sedang menikmati sarapan, para animator dikejutkan oleh bola api yang melesat dan meledak sekitar tiga block di depan mereka, membuat mereka terpental ke belakang dan menabrak dinding rumah yang didesain oleh Azuya, kemudian terjatuh ke tanah.

"Sial!!" umpat Azuya.

"Siapa itu?!" tanya Roman dengan perasaan gusar bercampur panik. Ia memiliki firasat buruk tentang bola api itu.

Sebuah pesawat luar angkasa berwarna kemerahan mendekati mereka dan mendarat di rumah yang didesain oleh Azuya, mengakibatkan rumah tersebut hancur lebur. Para animator segera menjauh dari rumah yang kini tinggal puing-puing itu.

"Hei!! Itu karya seniku!!" Azuya berseru dengan gusar.

"Sabar, Azuya!" Roman berujar. "Sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu! Ada hal yang lebih penting.

Pintu pesawat luar angkasa tersebut terbuka perlahan. Firasat buruk yang dirasakan oleh Roman semakin kuat.

"Jangan-jangan ...."

Firasat buruk Roman bukan tanpa alasan. Kini telah terbukti bahwa firasat itu menandakan bahaya.

Pintu pesawat tersebut kini telah terbuka sepenuhnya, menampilkan sosok seorang pemuda dengan rambut seputih salju, mata kanan berwarna merah menyala, dan mata kiri berwarna putih bersinar.

"Kau ... Majestic Chaos!!" Azuya berucap dengan wajah yang menampilkan keterkejutan yang hebat.

Sosok itu menampilkan seringainya yang khas.

"Kau benar, Azuya Surya. Aku adalah Majestic Chaos," ucapnya sembari memunculkan beberapa portal sekaligus di belakangnya. Sepasang sayap phoenix berwarna biru dengan cepat terbentang dari punggungnya. "DAN KALI INI KUPASTIKAN KALIAN SEMUA AKAN KUHABISI SEKALIGUS!!!"









To be continued...

Animator Indonesia Season 2: SpaceBattleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang