"Jadi, kita akan pergi ke mana sekarang?" tanya Eben.
"Kalian semua pasti kelelahan setelah menghadapi Chaos dan merasa sedih karena kematian empat teman kita, jadi kurasa kita akan beristirahat dan menenangkan diri di Planet Xero," sahut Roman.
"Semuanya setuju?" tanya Naffy.
"Setuju."
"Baiklah. Kalau begitu, kita berangkat menuju Planet Xero!!"
"Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan para penduduk Planet Xero dan diperlakukan seperti bangsawan lagi," ujar Huda.
"Halaahhh ... kau ngincer itu toh ternyata!!!" Blane berujar sembari mengacak-acak rambut Huda.
Beberapa jam kemudian.
Planet Xero.
"Kita hampir sampai, teman-teman." Roman berucap sembari memandang Planet Xero yang telah terlihat dari balik kaca depan spaceship.
Mereka pun mendekati Planet Xero. Semakin lama, Planet Xero tampak semakin membesar. Mereka melewati Chronic Belt, kemudian menembus atmosfer Planet Xero.
"Aktifkan barrier anti gesekan!!" seru Roman.
"Iya, iya. Aku tahu," ujar Naffy.
Karena Roman kelelahan, maka Naffy-lah yang menggantikannya. Ia mengemudikan spaceship milik mereka setelah menerima kuliah singkat dari Roman.
Naffy pun segera mengaktifkan barrier anti gesekan yang melindungi spaceship milik mereka dari gesekan dengan atmosfer. Setelah beberapa menit berlalu, mereka pun tiba di bagian atmosfer paling bawah, yakni bagian di mana terdapat kehidupan, atau biasa dijuluki troposfer.
(Kok malah jadi pelajaran geologi yak :v)
Spaceship milik mereka pun mendarat dengan mulus di sebuah gurun pasir. Para prajurit kerajaan yang tengah berpatroli di gurun pasir tersebut memasang sikap waspada.
"Kau yakin kita takkan dicurigai?" tanya Brian.
"Kurasa sekarang saja kita sudah dicurigai. Lihat, mereka sudah memasang sikap waspada." Blane menimpali.
"Jangan khawatir, mereka tak mungkin melupakan wajah kita," sahut Roman. "Jika ada sekelompok orang yang menyelamatkanmu, apakah kau akan melupakan wajah mereka semua setelah beberapa hari berlalu?"
"Tentu saja tidak," sahut Brian.
"Pasti para penghuni planet ini juga tak melupakan wajah kita, sama denganmu," ujar Roman.
"Umm ... maaf menyela ..., tapi bisakah kita segera keluar dari spaceship ini? Jika tidak, mungkin mereka akan menyerang kita karena mengira kita adalah penyusup," ucap Naffy.
"Kau benar," sahut Roman.
Seluruh animator pun segera keluar dari pesawat luar angkasa milik mereka. Para prajurit yang berpatroli terkejut. Seketika, sikap waspada mereka digantikan oleh sikap hormat.
"Maaf, tuan-tuan. Apakah kami menakuti kalian?" Salah seorang prajurit membuka pembicaraan. "Kami harus melakukan patroli di sini untuk mengusir pesawat luar angkasa penyusup, dan bodohnya, kami mengira kalian adalah penyusup."
"Tidak masalah. Kesalahpahaman adalah suatu hal yang wajar terjadi." Roman berujar sembari tersenyum ramah.
"Mari, tuan-tuan. Kami akan mengantar kalian menuju kerajaan." Prajurit tersebut berucap dengan ramah. Tampaknya, ia merupakan pemimpin dari regu patroli ini.
"Terima kasih," sahut Naffy.
Sebagian dari regu patroli tersebut memandu para animator, sementara sisanya melanjutkan patroli. Setelah berjalan cukup lama, akhirnya para animator beserta para prajurit yang membantu mereka melihat dinding kerajaan.
"Kita sudah dekat," ucap salah seorang prajurit.
Mereka terus berjalan, dan dinding kerajaan yang tampak kecil itu semakin membesar. Akhirnya, mereka tiba di pintu gerbang kerajaan. Kedua penjaga gerbang mengenali wajah para animator dan segera membuka jalan bagi mereka semua.
"Semoga kunjungan kalian menyenangkan, tuan-tuan!!" Kedua penjaga gerbang itu berseru sembari menundukkan kepala dengan penuh hormat dan menghentakkan tombak milik mereka ke tanah.
Setelah melewati gerbang kerajaan, keramaian dan kebisingan menyambut mereka. Villager dalam jumlah banyak berlalu lalang di jalan. Para pedagang berteriak-teriak menawarkan dagangan mereka. Ada pula prajurit patroli yang berjaga di beberapa titik. Ini benar-benar tampak seperti suasana kota abad pertengahan di dunia nyata. Sang Game Master memang jenius.
Setelah berjalan agak lama, para animator akhirnya tiba di istana yang megah. Mereka memasuki istana tersebut dan menuju ruang tahta. Karena seluruh prajurit dan penjaga mengenali wajah para animator, maka tak ada satupun dari mereka yang mencegat Roman dkk.
Mereka pun tiba di ruang tahta yang megah dan luas, dengan interior yang sangat mewah. Di keempat sudut ruangan, terdapat empat buah air mancur. Sebuah karpet merah membentang dari pintu kembar berbahan kayu spruce yang merupakan pintu masuk dari ruang tahta. Air mengalir di keempat sisi ruangan dan dibatasi oleh glass block, membentuk dinding air. Beberapa prajurit berjaga di sepanjang karpet merah hingga ke kursi tahta.
Roman dan para animator lainnya pun berjalan menuju kursi tahta bersama para prajurit yang memandu mereka. Setiap prajurit yang mereka lewati menundukkan kepala dan menghentakkan tombak mereka ke lantai sebagai sebuah lambang penghormatan. Tak lama kemudian, mereka pun tiba di hadapan sang raja. Para prajurit yang memandu mereka segera menundukkan kepala dan menghentakkan tongkat mereka ke lantai. Para animator pun turut menundukkan kepala mereka serta berlutut dengan satu kaki.
"Angkat kepala kalian. Tidak perlu menghormatiku dengan berlebihan seperti itu," ucap sang raja. "Akulah yang seharusnya memberi hormat kepada kalian, karena kalian telah menyelamatkan kerajaanku."
Para animator pun berdiri dengan tegap dan mengangkat kepala mereka.
"Selamat datang kembali, para pahlawan."
To be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Animator Indonesia Season 2: SpaceBattle
FanficPara animator mengira mereka sudah bisa keluar dari dunia virtual yang menjebak mereka. Namun ternyata itu hanyalah awal dari semuanya. Demi keluar dari dunia itu, para animator menjadi pejuang galaksi di dunia virtual tersebut. Berhasilkah mereka k...