Terluka

2 0 0
                                    

"AAARRRGGGHHH!!!" Itu suara ayah. Iya yang itu. Suara ayahku menggema sampai ke tempatku, depan kamar babu istana.

Penjaga dan Babu istana terkejut dan berlari ke taman belakang. Aku tidak kalah dengan mereka. Aku dan Ken berada dibaris terdepan, melihat kondisi ayahku yang mengenaskan dengan hiasan mayat prajurit kesayangan ayah kurang lebih 10.

"APA YANG TERJADI ?!?!" Suaraku melengking diantara kerumunan banyak orang.

Wajah ayahku mendapat hiasan luka sobek dibagian jidat dan pipi kanan kiri. Tangan kiri ayahku dihujam pedang yang kadang kadang membuat air mancur darah. Di perut ayah, luka besar menganga sambil mengeluarkan darah. Kaki ayah banyak kena luka.

Aku jatuh dan mulai menangis.

"Bubar! Bubar semua!" Kata Ken.

Ken memelukku LAGI. Dia mengelus kepalaku dengan lembut membuatku tenang sekaligus terkejut. Apa yang kulakukan?

"Tumpahkan semuanya Lala. Ini salahku, maafkanlah aku."

"Yang berlalu biarlah Hiks! Berlalu." Jawabku pilu.

"Maafkan kami putri Lala. Mari kita antar ke rumah sakit. Paman tidak terlalu menghukumnya kok!"

Dengan cepat, kami menuju rumah sakit terdekat.

Star Hospital

"Bagaimana dok?" Paman Ares bertanya pada dokter yang keluar dari I.C.U.

"Raja harus di - opname. Sekitar 7 - 14 hari, Raja boleh kembali ke Dinasti Samudra. Saya ada urusan, permisi." Penjelasan dokter belum jelas. Dokter itu tidak memberitahukan semacam luka luka yang besar, parah, kecil, ringan, atau apalah. Singkat saja,menurutku.

"Ugh!" Kurasakan pipiku panas, aku kembali duduk sambil memegang jidatku.

"Apa yang kau lakukan selanjutnya Lala?" Tanya Ken.

"Aku tidak tahu." Jawabku enteng.

Syok berat nih batinku.

"Bagaimana kalau kamu menginap di dinasti milikku. Kan tidak jauh juga. Apalagi hari semakin malam."

Paman dan Bibi Ares mengangguk tanda mengiyakan.

"Ta-"

"Tidak ada tapi tapi. Ibu ayo bantu aku kemasi barang barang milik Lala." Tukas Ken.

Apa yang sedang Ken pikirkan? Batinku.

"Oke ayo! Berarti yang jaga ayahnya Lala itu kamu ya!" Bibi Ares menunjuk suaminya.

Paman Ares hanya menunjukkan jempolnya.

Dinasti Cindya

Sudah 6 tahun aku tidak kesini. Para pembantu juga sepertinya mengenaliku dan tersenyum ramah. Ada beberapa yang menggosipku.

Para bodyguard membukakan pintu besar yang membuatku ingin segera ke sana. Ya, kasur! Kamar tamu ukuran queen size ini benar benar empuk. BTW, Pak Hans bagaimana ya?

"Lala! Kamu belum beres beres!" Pekik Ken. Dia tak menyangka aku semalas ini.

"Males ah! BTW kasurnya empyuk!" Cengirku.

"Pemalas! Sudah dikasih kamar tidak bersyukur." Ketus Ken.

Aku tahu kalau aku dan Ken bercanda. Wajah marahnya membuatku luluh.

"Argh! Hiya hiyaa!"

Dengan malas, semua baju dikoper kutata rapi dilemari yang ada pada kamar tamu ini.

"Aku ketempat lain sebentar!" Kata Ken. Emang apa urusanku?

Missed 6 Year (On Going & Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang