Voment ya^^
Jam tangan digital yang dipakai Genta sudah menunjukan pukul 23.12 saat tangannya membuka pintu apartemen milik Aresha. Sudah lamaㅡsekitar sebulanㅡGenta tidak menginjakan kaki disana. Dan, ia juga tidak lupa, sudah empat hari dirinya dan Aresha tidak bertatap muka.
Latihan untuk persiapan perform membuat Genta tidak ingin membuang-buang waktunya. Dia adalah orang perfeksionis yang ingin segala yang dilakukannya berjalan dengan sempurna. Termasuk masalah manggung dan karirnya.
Tapi sejak dua hari terakhir, pikiran Genta diganggu oleh eksistensi Aresha. Biasanya cewek itu akan menyusulnya ke basecamp jika mereka tidak bertemu, atau mungkin sekedar merecokinya dengan pesan dan panggilan mengganggu yang sudah Genta anggap biasa. Tapi anehnya, selama empat hari ini, Aresha sama sekali tidak menghubungi ataupun menanyakan kabarnya.
Itu sebabnya, setelah latihan dari Basecamp, Genta berinisiatif menghampiri Aresha diapartemennya. Cowok itu bisa mendengar musik melalui speaker yang berasal dari ruang tengah. Berarti Aresha belum tidur.
"Belum tidur?"
Genta bisa melihat Aresha melotot saat melihatnya. Sepertinya Aresha sedang berkutat dengan tugas-tugas. Dilihat dari penampilannya yang sama berantakannya dengan keadaan sekitarnya, pasti cewek itu sedang menikmati fase frustasi karena tugas yang terpampang dilayar laptopnya.
"Kamu ngapain kesini malem-malem?"
"Emang gak boleh?" Genta mendudukan dirinya disofa dan menyadarkan kepalanya sembari terus melihat wajah terkejut Aresha. "Aku males pulang."
Aresha menghela napas. Meski terkejut, tidak dipungkiri bahwa dia senang bisa melihat Genta seperti sekarang. Apalagi, kali ini Genta yang menghampirinya lebih dulu karena sungguh, itu jarang sekali terjadi. Dia rindu, tapi sesuatu menahannya agar tidak mengungkapkan perasaan menyiksa itu. Ya, kecanggungan karena pertengkaran mereka tempo hari lah penyebabnya.
"Habis dari basecamp?"
Genta hanya menukikan kedua alisnya. Lalu dia berdiri, melangkah menuju kulkas, tapi pergerakan tangannya terhenti saat melihat westafel yang dipenuhi beberapa piring dan cangkir bekas pakai.
"Habis ada siapa, Re?"
Rere menoleh ke arah Genta, lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Temenku. Kerja kelompok."
"Siapa?"
"Regi."
Genta tidak asing dengan nama itu, lalu melanjutkan niat untuk meraih botol minum mineral dan meneguknya beberapa kali. Dia kembali duduk disofa dan menatap belakang kepala Aresha yang memunggunginya. Sudah jelas, cewek itu mengabaikannya sekarang.
"Kalian berdua disini? Jam berapa pulangnya?"
"Iya, sejam lalu." jawab Aresha tanpa menoleh.
"Cakep bener. Cowok-cewek diapart berdua, malem-malemㅡ"
Aresha menoleh cepat dan membuat Genta menghentikan perkataannya barusan. Ekspresi kesal pada wajah Aresha membuat Genta bungkam. Tapi perasaan tidak senang itu masih ingin ia suarakan.
"Cuma ngerjain tugas, Genta. Kamu mandi-mandi kek sana, biar setan yang nempel kamu dari jalan balik pulang." ujar Aresha menahan kekesalan.
"Lagian tumben banget sih malem-malem kesini." Aresha bangkit dan menarik lengan Genta agar berdiri dari sofa. "Mandi, Ta. Bau kamu tuh."
Genta bangkit dengan enggan. Lengannya menarik pinggang Aresha sampai menempel badannya. Bibirnya mendarat didahi dan bibir Aresha bergantian.
"Bawel."
KAMU SEDANG MEMBACA
MorosisㅡKim Hanbin (Novel)
Teen FictionSome chapters are mature. Morosis (n.) the stupidest of stupidities "Re, gue mau kita selesai." "Tapi, Taㅡaku salah apa?" "Gue bosen." 190504 - 191214