VOMENT YA^^
Suasana sepi di apartemen Aresha membuat cewek itu merasa bosan. Padahal baru satu jam lalu dia menginjakkan kaki disana, diantar oleh Reza setelah sebelumnya mengakhiri sesi kerja kelompoknya dirumah Almira. Dia ingin pergi keluar, tapi bahkan tubuhnya malas untuk sekedar digerakkan.
Akhirnya Aresha memutuskan menghubungi Sea dan Bila lewat panggilan grup, barangkali para sahabatnya itu mau menemaninya menginap. Sebab, Aresha sedang merasa butuh teman bicara. Dia punya banyak pikiran yang random, dan otaknya butuh pencerahan.
Sembari menunggu panggilannya diterima, Aresha melangkah menuju dapur. Sebotol teh rasa markisa menjadi pilihannya melepas haus. Lantas ia kembali ke ruang tengah bertepatan dengan Sea yang menampakan wajah dilayar ponselnya.
"Woi, Re."
Dalam sekejap, wajah Sea berganti dengan wajah Yovin.
"Kenapa, Re?"
Kali ini wajah Bila ikut menampakan diri disana.
"Bang Yovin sama Sea?" Tanya Aresha yang segera mendapat anggukan dari cowok itu.
"Apa, Re? Iya, ini lagi sama Yoyo." Sahut Sea terkekeh garing. Pasangan ribut itu sedang berebut menampakan diri dikamera.
Aresha merenggut malas. "Yah, pada gak bisa ke sini ya? Bila, lo lagi dimana? Rame banget kayaknya?"
"Woi congek, dibeliin malah ninggalㅡeh, Re. Wassup! Kita lagi diangkringan, mau?!" Itu suara June yang meringis saat melihat wajah Aresha. Cowok itu tertawa sembari menampakan tusuk sate cingur sembari mengunyah makanan dimulut.
Ternyata teman-temannya sedang asik hangout. Suasana hatinya bertambah suram. Lagi-lagi teringat Genta.
"Bisa kok, Re. Kita ke sana ya?" Kata Sea menyanggah. "Ini udah selesai kok."
Bila kembali menampakan wajahnya setelah mengomeli June. "Iya, gue kesana nih bentar. Sama June."
Aresha mengangguk cepat lalu mengakhiri panggilan. Genggaman diponselnya mengerat saat satu nama paling akhir dibarisan history room chat menarik perhatiannya. Itu nama cowoknya yang sedang dia rindukan. Kenapa tiba-tiba gengsinya menjadi setinggi langit begini?
Biasanya dia merasa tidak punya beban untuk sekedar menyentuh ikon panggil pada nama Genta disana. Tapi mengingat ucapan Genta tadi siang yang seakan terekam dibawah alam sadarnya membuat tambahan kadar kegengsiannya untuk mengajak cowok itu bicara lebih dulu semakin kuat. Buru-buru ia menggelengkan kepala untuk menepis pikiran kusutnya. Dia sedang lelah, memikirkan hubungannya dengan Genta akan semakin membuatnya pusing. Lantas Aresha memilih untuk mandi sembari menunggu sahabat-sahabatnya datang. Barangkali, air dingin bisa membantunya menjernihkan pikiran.
Baru saja selesai membersihkan diri, suara ribut dari arah luar kamar membuat Aresha mendengus. Dia mengenal suara Sea dan Yovin dengan sangat baik. Entah mereka sedang meributkan apa.
"Buset, ngerampok restoran mana nih?"
Yovin tergelak.
"Nih perut gentong yang minta." Tunjuk Yovin pada Sea. "Kalo gak diturutin bisa kosel-kosel disono, kan repot."
"Eh, kayak kamu gak ikut makan aja! Ntar juga kamu semua yang ngembat." Sela Sea memprotes.
Yovin tertawa didepan kulkas, "Nih dalem kulkas hampa ya? Berasa liat hidup yang punya."
Aresha mendengus, "Kampret. Tapi emang sih."
Lagi-lagi Yovin tertawa dan duduk dikarpet sembari memakan pisang coklatnya. "Tumben lo gak bareng Genta? Gak ada lo makin sableng aja tuh bocah nangkring di studio gak keluar-keluar. Mana sensian kayak kucing mau lairan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MorosisㅡKim Hanbin (Novel)
Teen FictionSome chapters are mature. Morosis (n.) the stupidest of stupidities "Re, gue mau kita selesai." "Tapi, Taㅡaku salah apa?" "Gue bosen." 190504 - 191214