M.4ㅡMenghindar

1.8K 338 46
                                    

Voment ya^^

"Yah, lo gak ikut ke Anyer, Re?"

Aresha menggeleng menjawab pertanyaan Sea barusan. Dia memang memutuskan untuk tidak ikut jadwal manggung Konic kali ini. Selain karena banyak tugas, dia memang sedang tidak berminat untuk mengikuti jadwal band cowoknya itu. Pasti sangat melelahkan, dan dia sedang tidak berselera melelahkan diri untuk sekedar melihat Gentanya di kerumuni para penggemarnya yang mayoritas cewek macam lalat hijau yang menghinggapi ikan asin.

"Gue kira ikut, Re. Kenapa? Tugas pak Edi kan masih bulan depan. Bisa lah liputan habis manggung." tutur Bila setengah membujuk.

"Lagi gak pengen ikut. Kalian aja."

"Tumben sih, Re. Biasanya juga paling excited kalo ikut ginian. Gak dibolehin Genta?"

Gak dibolehin gimana? Diajak aja enggak.

Kepala Sea mengangguk mantab, "Kan ntar bisa main dipantai, Re. Ada masalah lagi sama bang Genta?"

"Enggak. Ah elah, bawel lo pada. Dibilangin, gue lagi males."

"Kemarin Genta jadi nyamperin lo, gak?" tanya Bila penasaran. "Kemarin habis latihan dia gak ikut ke kosannya Viko, mau nyemperin lo katanya."

"Iya, dia kemarin dateng. Kaget ya gue, malem-malem tuh cowok tiba-tiba Mongol didepan gue. Untung aja Regi udah balik." dumal Aresha mengingat kejadian malam itu. Aresha tidak ingin membahasnya lebih banyak karena dia tidak mau teman-temannya tahu bahwa malam itu, dia dan Genta kembali terlibat perselisihan.

Ngomong-ngomong, mereka berduaㅡAresha dan Gentaㅡmasih tidak saling menghubungi. Aresha sendiri tidak sedang dalam perasaan yang bagus untuk menghubungi Genta lebih dulu. Lagipula, sepertinya Genta juga sedang sibuk sekali. Cowok itu akan lebih sensitif jika sedang sibuk mengerjakan sesuatu, dan daripada masalah mereka semakin runyam, Aresha lebih memilih untuk diam sementara.

"Eh, bang Jay."

Jay hanya mengedikan dagu mendapat sapaan dari Sea. Mata sipitnya melirik Bila yang melengos saat melihatnya datang lalu beralih menatap Aresha yang tersenyum kecil.

"Kelar kelas, bang?"

"Yoi. Eh, pada langsung diem nih pas gue dateng." Jay memicingkan mata sipitnya. "Ngomongin gue ya?"

"Pede mampus." Olok Bila dengan menunjukan ekspresi jijik. "Nganggur banget ngomongin bonsai berjalan."

Jay terkikik. "Ya santai aja dong, gak usah ngegas."

"Bang, kok gak bareng Yoyo?"

Jay berdiri hendak memesan gado-gado. Dia menoleh kearah gedung fakultas Ekonomi yang ada diseberang fakultas Fisip. "Bentar lagi juga pada kesini, lagi ngobrol sama Rendi tadi."

"Kayaknya sama Genta juga." Lanjut Jay sembari berjalan menuju kios mbak Sumi.

Aresha menegakkan tubuhnya mendengar ucapan Jay. Bukankah itu berarti Genta juga akan kemari? Mendadak, perasaan Aresha menjadi gamang. Dia tidak ingin menghindar, sungguh. Karena sebetulnya, dia ingin sekali melihat wajah cowok itu.

Tapi rasa takut itu tidak bisa Aresha bohongi. Rasa takut bahwa Genta lah yang akan lebih dulu menunjukan keengganan melihatnya. Itu akan sangat menyakitkan baginya. Sebenarnya pun Aresha kesal pada dirinya sendiri sejak menyuruh Genta mencari cewek lain malam itu. Bukan maksudnya begitu karena, siapa juga yang ingin pacarnya bersenang-senang dengan cewek lain?

Orang gila pasti.

Hanya saja, malam itu, hatinya sudah terlanjur sakit mengetahui sikap posesif Genta berdasar karena cowok itu sedang ingin meminta sesuatu darinya. Bukan karena cowok itu merindukan atau sekedar mengkhawatirkannya. Ya, bukan seperti ekspetasi berlebihannya.

MorosisㅡKim Hanbin (Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang