Vote dan Komen.
"Ko, minggir dulu bego, malah ngejogrok depan pintu!" teriak June sebal.
Dika tertawa, lalu membantu mengarahkan June dan Chakra yang mengangkat meja untuk dipindahkan ke rumah kontrakan Aresha. Jadi para member Konic minus Genta memang sepakat untuk membantu Aresha memindahkan barang ke rumah kontrakan barunya. Dan mereka juga sepakat, dengan permohonan Aresha sendiri untuk tidak memberi tahu Genta perihal kepindahannya.
"Awas, miringin aja biar bisa masuk." Arahan Dika dituruti oleh June dan Chakra.
"ADADAHH~TANGAN GUE TANGAN GUE! KEJEPIT WOI!" pekik June heboh yang malah mendapat tepukan oleh Bila dikepalanya.
"Biasa aja kenapa sih! Belum juga copot, berisik lo! Didenger tetangga ntar."
"Belum copot pala lo gendut! Sakit oneng! Masa ya kudu jempol gue copot duluㅡ"
"Bacot sampe kapan lo Jun, berat nih sial?!" maki Chakra ikut kesal.
Aresha terdiam melihat semua keramaian disana. Ada riuh suara canda, ada juga suara makian jenaka yang membuat Aresha tidak merasa menghadapi masalahnya sendirian. Hatinya tersentuh karena merasakan kebaikan para sahabat pacarnya itu. Tapi sebenarnya, juga terbesit rasa nelangsa disudut relung hatinya, seandainya saja Genta juga ada disana untuk mengobati sedikit perasaan sakit yang sedang meradang dihatinya, mungkin Aresha akan merasa jauh lebih baik dari sekarang.
Tembok pemisah dirinya dan Genta semakin membentang lebar diantara mereka berdua. Kurang dari seminggu, Genta akan berangkat ke Tangerang untuk pelaksanaan KKN. Itu berarti, semakin besar peluang perpisahan yang bisa terjadi mengingat cowok itu berada jauh darinya. Mungkin perasaan Genta padanya akan memudar dengan perlahan dan untuk ituㅡsekali lagi, Aresha harus mempersiapkan diri untuk kehilangan orang yang dia sayang.
"Siapa yang beli ini?" tanya Aresha menunjuk beberapa perabotan baru yang masih tersusun berantakan didalam rumah. "Kan gue udah wanti-wanti, jangan ada yang berani beli-beli ginian."
Jay mencebik, "Lo cuma bawa koper, nih bebek-bebek kuning sama badan doang Re. Lo kira kita bakal ngebiarin lo tidur dilantai kayak keset welcome bekas pakai, gitu?!"
"Tau nih!" celetuk June menimpali, "Gak usah mikir duit-duitan, gak demen gue. Kita ikhlas bantuin. Lo bisa sakit kalo tidur gak pake alas, yang paling penting sekarang tuh lo sehat terus, Re."
"Buset," Bila menepuk pipi June dengan ekspresi bangga yang dibuat-buat, "Tumben congornya bener."
Sejujurnya Aresha ingin menangis karena terharu. Perasaannya sedang sensitif. Dia bersyukur sekali karena setidaknya, dibalik semua amsalah yang sekarang dia hadapi, Tuhan masih sangat baik dengan mengirimkan manusia-manusia dihadapannya.
"Makasih, gue bakal ganti ini semua kalo tabungan gue cukup nanti." kata Aresha diakhiri senyuman.
"Jangan terlalu dipikirin, mending kita beresin ini sekarang. Biar malam nanti lo bisa istirahat." balas Dika memberi saran.
"Sea, beliin makanan dong. Biar ini kita yang urusin." kata Yovin sembari menyerahkan kunci mobil dan ATM pada Sea, cowok itu mendekatkan kepalanya untuk berbisik, "Sama buat stok Aresha. Jangan sampe dia tahu, pokoknya beliin ajaㅡjadi kalo dia nolak kan yang penting udah kebeli."
Sea mengangguk mantab, "Siap!"
Saat para cewek sudah meninggalkan rumah, Viko terdiam memikirkan seseorang. Sebenarnya Viko tidak setuju dengan ide Aresha yang melarang mereka untuk menyembunyikan kepindahan ini dari Genta. Tapi dia juga tidak punya hak untuk mengubah keputusan Aresha tentang itu.
"Ko, pegangin kabelnya mau gue paku." pinta Yovin membuyarkan lamunan Viko.
"Ini gue feeling gak enak kalo kita gak ngasih tau Genta." kata Viko tiba-tiba. Semua mata terarah padanya, "Dia dimana sih? Gue gak ketemu dari kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
MorosisㅡKim Hanbin (Novel)
Fiksi RemajaSome chapters are mature. Morosis (n.) the stupidest of stupidities "Re, gue mau kita selesai." "Tapi, Taㅡaku salah apa?" "Gue bosen." 190504 - 191214