Voment yaa^^
Biasanya, cara Genta mengatasi kejenuhan adalah dengan menghisap berbatang-batang rokok ditemani beer di balkon apartemen atau menghabiskan waktunya di dalam studio basecamp sampai June beraksi dengan menggelegarkan suara berisiknya dari luar karena takut dia mati didalam ruangan kedap suara itu saking lamanya dia mendekam disana.
Tapi hari ini Genta lebih memilih pulang ke rumah orang tuanya. Mengasingkan diri dari teman-temannya dan juga sang pacar. Genta juga memilih untuk mengabaikan panggilan juga keramaian grup chat yang menanyakan keberadaannya. Sampai roomchat menyentuh notifikasi ke 213, suara getaran ponsel Genta berhenti. Ada satu chat yang juga tidak Genta baca, tapi ia tahu apa isinya.
Re
Km dirumah mami, Ta?
14.23Pagi setelah emosi Genta yang meledak malam itu, ia pikir Aresha akan marah dan mendiaminya seperti sebelum-sebelumnya. Tapi ternyata Genta justru terbangun dalam keadaan berpelukan dengan ceweknya itu seolah tidak ada apapun yang terjadi. Aresha pun terlihat biasa-biasa saja, dan baru siangnya, cewek itu meminta maaf seakan perkataan kasarnya bukan sesuatu yang akan meninggalkan ingatan buruk pada cewek itu. Padahal sejujurnya, Genta cukup terganggu akibat ucapannya sendiri yang menurutnya sangat keterlaluan.
Itu sebabnya, Genta memilih mengintropeksi diri sejenak. Ia mencoba menenangkan diri agar barangkali, ia bisa menetralkan pikirannya yang mulai terkontaminasi efek keinsecurean pacarnya. Intensitas pertengkarannya dengan Aresha sejak dua bulan terakhir terhitung lumayan lebih sering, dan ia sedang mencoba menghidari hal buruk.
Genta menghela napas kasar, menyingkirkan laptop diatas paha dan menselonjorkan kakinya diatas kasur. Berjam-jam menonton anime dari layar laptop membuat matanya terasa panas. Sampai tiba-tiba, Genta mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar.
"Ta?"
Tanpa bangkit, kepala Genta mendongak dan bisa melihat kepala Aresha menyembul dari celah pintu yang sedikit terbuka. Cewek itu mengerucutkan bibir dan menegakkan tubuh saat melihat sosok yang dicarinya tengah membalas tatapannya seperti tak punya dosa.
"Tutup pintunya." kata Genta sembari meletakkan kepalanya kembali.
Aresha menutup pintu dan mendekati Genta sebelum melemparkan tubuhnya diatas tubuh cowoknya itu.
"Adoh!!"
"Kamu tuh kebiasaan!"
"Aaaadohhh~sakit sakit." protes Genta sembari menjauhkan mulut Aresha dari lengannya yang digigit kuat oleh cewek itu.
Setelah puas menggigit, Aresha menjauhkan kepalanya dengan tubuh masih setengah menindih Genta yang sibuk mengusap lengannya. Ada bekas gigi Aresha yang membuat kulitnya memerah. Tapi Genta tidak marah, itu sudah biasa dilakukan Aresha jika sedang gemas atau merajuk.
"Bentar, awas leptopku, Re."
Aresha menendang laptop Genta tampa tenaga sampai benda itu bergeser diujung kasurㅡnyaris terjun bebas. Cewek itu tidak perduli wajah galak Genta, maniknya justru balik melotot tak kalah garang. Lantas ia bangkit dan meraih bantal untuk dipukulkan pada wajah cowok itu secara brutal.
"Bego! Ditelpon gak diangkat, taunya nontonin anime hentai!" Aresha menendang pantat Genta sampai cowok itu kembali mengaduh. "Kelakuan kamu bobrok banget sih, Ta! Gak ngerti orang kepikiran sampe mumet apa! Kirain kamu hiking lagi, tauk! Baru mau aku omelin bang Edo kalo beneran lagi hiking sama kamu."
Sembari mengelak, Genta menjawab, "Salah sendiri gak dikasih."
Aresha melotot mendengar jawaban Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MorosisㅡKim Hanbin (Novel)
Teen FictionSome chapters are mature. Morosis (n.) the stupidest of stupidities "Re, gue mau kita selesai." "Tapi, Taㅡaku salah apa?" "Gue bosen." 190504 - 191214