"Siapa?
siapa wanita yang duduk dikursi kebesarannya itu?"
Mikha menunjuk kearah wanita paruh baya, sambil menajamkan penglihatannya yang terlihat samar."Amora,,akhirnya kau datang juga, kami menunggumu."ujar wanita itu suaranya terdengar lembut namun penuh penekanan disetiap kata katanya.
Siapa lagi Amora,?kenapa dia memanggil amora? Mikha mengernyit bingung.
Seringaian wanita itu membuat Mikha tersentak kaget,keringat dingin mengucur dipelipisnya,Pria Jangkung itu berjalan mendekati Mikha,wajahnya tak begitu jelas karena temaramnya ruangan ini,entahlah ruangan apa? kenapa ia bisa berada ditempat asing dengan orang yang asing.
Mikha melangkah mundur ketika pria itu semakin mendekatinya,jantungnya berpacu dengan kecepatan tinggi,tangan pria itu berusaha menggapai tangannya, Mikha berlari melewati pintu yang terbuka lebar,hanya lorong gelap yang menyambutnya kini,kasarnya lantai ruangan temaram ini membuat kaki telanjang gadis itu terasa perih,namun ia terus berlari mencari pintu keluar ruangan ini.Lorong itu begitu jauh belum ada titik terang yang tampak jelas,sesekali Mikha menoleh memastikan pria itu tak mengejarnya lagi, namun sesuatu yang keras menghantam kakinya,
"Bughh,,
Mikha terjatuh sebuah balok menghentikan langkah cepatnya,lututnya perih dan memerah, pria itu semakin mendekat menyambar dan menarik tangan mikha dengan kasar,Mikha terus meronta ronta melepaskan genggaman tangan pria itu dipergelangan tangannya, mungkin pergelangan tangannya saat ini memar,karena kuatnya cengkraman pria yang menariknya kini,Mikha berteriak berharap akan ada yang menolongnya.
"Aaaaaaa,,lepas, lepassskan!!"
Bibi Carlot berlari tergopoh gopoh,untung saja mikha tidak mengunci kamarnya."Mikha,ada apa?heii,,"
Bibi Carlot menepuk wajah mikha berulang kali membangunkan mikha dari mimpi buruk yang dialaminya.Keringat mengucur dipelipisnya,nafasnya memburu,jantungnya seperti habis berlari maraton,Mikha memeluk bi Carlot erat,menumpahkan tangisan yang memekakkan telinga,meraung seperti anak kecil yang direbut mainannya.
"katakan pada bibi apa yang terjadi?kali ini kau meraung seperti anak kecil saja?."
Bibi Carlot berusaha menenangkan Mikha yang menangis tersedu sedu."Aku tidak mau teridur lagi,semuanya terasa menakutkan bibi."Akhirnya mikha meredakan yang tangisannya dan mulai berbicara.
"sudahlah,kau itu terlalu banyak berhalusinasi. "bibi Carlot mengusap rambut blonde mikha lalu melanjutkan masakannya yang tertinggal didapur.
💕💕💕💕💕
Mikha sudah siap dengan seragam sekolahnya,pagi ini hari sangat cerah matahari begitu semangat terbit diufuk timur,gadis itu mengikat asal rambut blondenya beberapa helai masih menguntai didekat pelipis,gadis itu bergegas pergi karena akan mengikuti ujian akhir yang menantinya kini, ia menyambar tas dan roti lapis yang telah disiapkan bibi lalu meneguk susu hingga tandas dan melakankah pergi.
Mikha berlari dikoridor sekolah,perasaan cemas bergemuruh didadanya,berkali kali ia melirik arloji putih yang melingkar dipergelangan tangannya.
Mikha berhenti didepan kelas 12B,temannya yang lain telah melansungkan ujian sastra pagi ini,keterlambatan 15 menit gadis itu menghilangan reputasinya sebagai siswa berprestasi dan teladan.
"setelah ujian berakhir lansung kekantor saya."ujar Pak Daniel yang tengah mengawas ujian.
"Maaf kan saya pak,hanya kali ini saja saya terlambat."Mikha membungkuk hormat.
"kali ini saya maafkan,tapi kamu masuk nanti setelah ujian pertama ini usai,dan jangan terlambat juga keruangan saya."
Mikha memutar bola matanya,dia benci sekali belajar sastra apa lagi dengan guru sok misterius itu,ia beralih pergi ketaman samping sekolah tempat favoritnya, dipohon mangga yang rindang itu tempat ia sering bercerita bersama Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated
Fantasy"Datang."siapa yang datang? kata kata itu begitu jelas namun serak entah laki laki atau perempuan yang mengatakannya,suaranya seperti bisikan seperti hanya aku yang mendengarnya disetiap sepertiga malam mimpi itu datang lagi dan lagi memanggil nama...