00:00
Aku terbangun dari mimpiku yang mengerikan. Rasa kebeletku membuatku terpaksa membuka mata dan menghentikan aktivitas mimpi indahku. Terakhir kali di alam mimpi, aku melihat orang-orang berlarian karena serangan virus yang mematikan. Virus yang membuat semua manusia menjadi makhluk ganas. Zombie. Aku menghela napas dan menyingkirkan sebagian rambut yang sedikit menutupi wajahku. Akhirnya, aku turun dari ranjang atasku dan bergegas ke kamar mandi untuk membuang rasa kebelet yang terus menggangguku."Zel?" panggil seseorang. Aku menoleh ke samping dan melihat seseorang sedang melambai-lambai ke arahku.
"Rara? Kamu belum tidur?" tanyaku. Rupanya itu Rara. Dia tidur di ranjang bawah. Sedangkan, ranjang atasnya adalah ranjang kosong. Jadi, kami menaruh barang-barang, seperti box container atau koper, di ranjang itu.
"Iya, aku lagi baca novelnya Kak Caca. Udah tiga kali aku membacanya, tapi novel ini membuatku jatuh cinta! Si El Kim bagaikan Kookie-oppaku dan Aleyna bagaikan diriku!" pekiknya yang begitu kegirangan.
"Shhh! Jangan ribut! Nanti si Tante marah!" seruku dengan suara kecil.
Rara menutup mulutnya dengan novel tebal berwarna biru-merah muda itu. Dia juga mengacungkan ibu jarinya pertanda dia mengerti, kemudian dia melanjutkan kegiatan membacanya. Aku hanya menghela napas dan berlalu ke kamar mandi. Aku masuk ke salah satu bilik kamar mandi dan membuang rasa kebelet yang telah menghantui. Begitu selesai, aku keluar dan melihat ke salah satu jendela di teras kamar mandi. Di luar jendela, tumbuhan-tumbuhan liar merambat dan menyikat jendela teras kamar mandi yang berdebu.
Angin berhembus cukup kuat membuatku sedikit menggigil. Telingaku sedikit menangkap suara petir kecil. "Sepertinya akan hujan," gumamku dalam hati. Aku pun keluar dari teras kamar mandi dan melihat Rara sudah tertidur dengan novel yang terpampang kelas di atas lantai.
Aku menghela napas dan melangkah mendekati novel itu. Begitu sampai, kuambil novel itu dan langsung menyembunyikannya dibawah kasurnya. Seketika bulu kudukku merinding. Entah kenapa aku teringat dengan mimpiku tadi. Mimpi makhluk ganas yang mengejar teman-temanku. Di akhir mimpi sebelum aku terbangun, aku dan Rara masuk ke dalam ruangan yang berwarna putih dan di dalamnya sudah ada makhluk ganas itu.
Makhluk itu tak lain adalah Bu Sukita, pengurus asrama yang paling kubenci. Dia terus mengejarku dan menggapaiku dengan tangannya yang penuh darah. Di saat aku sedang mengingat mimpiku, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamar. Aku beranjak dan sedikit mengintip dibalik gorden yang berwarna hijau tua. Di luar sana, terlihat seseorang menggunakan baju abu-abu yang compang-camping serta celana rombeng berwarna hitam.
Ya, sepertinya orang-orang dari rehabilitasi mulai mengganggu kami. Hal itu sudah biasa karena pengamanan kami masih terbilang minim, di tambah lagi lantai satu dari gedung asrama langsung mengarah ke teras. Jadi masalah keamanan, kami hanya mengandalkan pintu terkunci.
Aku pun segera naik ke ranjang atasku dan menutupi seluruh tubuhku dengan selimut putih polkadotku. Biasanya kalau aku ketakutan, aku menutupi seluruh tubuhku dengan selimut. Perlahan mataku mulai lelah untuk terbuka dan akhirnya tertutup dengan pelan. Kumulai mimpiku dengan unicorn terbang yang lucu.
*****
Lagi-lagi aku terbangun dari tidurku yang nyenyak. Aku melihat teman-temanku, beberapa baru dan beberapa sudah mandi. Bahkan, ada yang sudah belajar untuk pelajaran di jam aktif nanti. Salah seorang kakak berjalan menghampiriku.
"Zel? Baru bangun? Cepat mandi! Kamar mandinya lagi ada yang kosong. Setelah itu, baru belajar. Kudengar kelasmu akan ujian pelajaran Matematika sama Fisika," ucap kakak kelas itu. Aku hanya menguap sambil mengangguk.
"Kamar mandi berapa yang kosong?" tanyaku. "Kamar mandi 1 sama kamar mandi 2," jawab kakak kelas itu lagi. Aku pun turun dari ranjang atasku dengan sisa tenagaku.
"Kalau gitu, Zeline mau mandi di kamar mandi 2," ujarku sambil mengambil beberapa potong pakaian dari lokerku. "Hei! Jangan ada yang pakai kamar mandi 2! Zeline mau pakai!" teriak kakak kelas itu.
"Makasih, Kak Via," ucapku. Via hanya mengangguk dan berlalu dari hadapanku. Aku pun masuk ke bilik kamar mandi 2 dan memulai aktifitas mandiku dengan air yang sangat dingin.
*****
"Zeline Zakeiresha!" teriak Miss Leila saat meneriaki namaku.
"Hadir!" balasku dengan mengangkat tangan kananku.
Bu Leila berjalan ke arahku dengan ekspresi yang sering aku temui. Marah. Ya, sepertinya Miss Leila akan memarahiku karena telah menyoraki asrama laki-laki, walau pun sebenarnya itu bukan kesalahanku.
"Berdiri!" pinta Bu Leila sambil memukul mejaku dengan penggaris papan tulis yang besar.
Aku pun berdiri dengan ekspresi biasa saja. Aku memang sudah biasa dimarahi seperti ini, baik itu kesalahanku mau pun tidak. Aku melihat Aleeya, Rara, Michelle, dan Vey juga berdiri sambil melirik jahil ke arahku. Aku hanya menanggapinya denga menaikkan alis kananku. Vey menunjuk seseorang dengan dagunya, memintaku untuk memanggilnya. Aku menoleh ke arah yang dimaksudnya. Tidak salah lagi kalau bukan si Ney, kembarannya. Bu Leila sangat menyayangi Ney, tapi Ney sebaliknya. Dia sangat membenci Bu Leila.
Vey memberi kode kepadaku untuk menyuruh Ney melakukan sesuatu. Aku pun mengerti dan mengambil notebook kecilku. Aku merobek satu kertas dan menulis sesuatu di atas kertas itu. Setelah itu, aku melemparnya ke arah Ney. Kertas itu mendarat tepat di hadapannya. Ney langsung membuka kertas itu. Dia pun mengerti dan memberi kode tunggu.
"Bu Leila?" panggil Ney sambil mengangkat tangannya.
"Ya, ada apa? Ney?" tanya sekaligus jawab Bu Leila dengan menunjukkan ekspresi wajahnya yang baik. Seketika, Vey berdecak mengejeknya.
"Bu Leila, mereka tidak bersalah. Mereka sendiri yang menyaksikan kalau sebenarnya adik kelas yang melakukannya," jelas Ney. Bu Leila menggeleng.
"Enggak, Ney. Mereka yang bersalah. Adik kelas kalian yang melaporkan langsung ke Ibu," sanggah Bu Leila.
"Ibu dapat laporan itu dari siapa?" tanya Ney dengan menunjukkan ekspresi tidak suka.
"Ibu dapat laporan ini dari Nita, anak kelas 7-C," jawab Bu Leila.
"Hhh! Percaya sama Nita! Padahal dia suka *BC (buat cerita)!" sela Vey sambil memukul meja. Kami pun tertawa mengejek. Bu Leila seketika terbelalak.
"Keluar kalian dari kelas saya! Vey Deadlione! Ney Deadlione! Zeline Zakeiresha! Aleeya Maifira! Nara Putri Lastari! Michelle Kim! Keluar sekarang!" teriak Bu Leila dengan mengacungkan penggaris papan tulisnya.
Kami pun beranjak dan keluar dengan menunjukkan ekspresi bahagia, seakan-akan kami tidak melakukan apa-apa.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virus Z
Mystery / ThrillerMereka berlarian. Dengan baju yang berlumuran darah sudah terkoyak-koyak, celana robek yang tidak beraturan, kaki yang entah beralas atau tidak, mereka terus berlarian dengan teriakan yang keluar dari mulut mereka. Momen itu.. adalah momen yang pali...