Bagian 7

110 16 0
                                    

Sementara itu, ambulans yang sedang membawa Miranda tengah sibuk karena menenangi Miranda yang matanya tiba-tiba berubah menjadi putih.

"Suntikkan dia obat penenang!" teriak salah suster yang sedang membungkam mulutnya Miranda. Sedangkan, Miranda semakin meronta-ronta.

Di luar dugaan, Miranda menggigit tangan suster itu. Suster itu pun kesakitan dan melepaskan tangannya dari mulut Miranda. Miranda yang sudah bebas mulai menggigiti orang-orang yang di sekitarnya. Dua orang yang berada di depan melihat kejadian tragis itu lewat kaca spion tengah. Salah satu dari mereka, ada yang menggigil ketakutan. Sepertinya, dia mulai tidak tahan. Akhirnya, dia membuka pintu yang di sampingnya dan keluar membantingkan dirinya sendiri. Sedangkan, temannya lebih memilih melanjutkan perjalanan untuk sampai di tujuan.

Orang itu pun terjatuh dengan terguling-guling sehingga kepalanya bocor berdarah. Dia mengambil secarik kertas dari dalam kantong celananya dan membukanya sambil menangis. Rupanya itu, foto yang menggambarkan seorang wanita tua sedang tersenyum bahagia. "Maafin Agus, Bu," lirihnya di sela-sela tangisannya.

Dia pun berlari melewati trotoar dan melihat seorang gadis yang berseragam sama dengan Miranda sedang menggigiti lengan seorang nenek tua. Tidak salah lagi, gadis itu adalah Marie, sepupu Miranda sendiri. Nenek tua malang itu hanya bisa berteriak kesakitan dan pasrah lengannya digerogoti.

Agus yang tidak tahan melihat itu, langsung mengambil sebuah sebatang kayu besar yang di dekat situ. Dia berlari dengan berteriak dan langsung memukul Marie begitu dia di hadapannya. Marie yang hilang keseimbangan hanya bisa ambruk dan membiarkan kepalanya hancur melebur.

Setelah memastikan Marie telah mati, Agus menghela napas. Sepertinya dia kelelahan karena terus mengangkat sebatang kayu yang besar. Dia pun melepaskan kayu itu dan berbalik. Tiba-tiba, nenek tua itu menggigit lehernya dan selang berapa menit kemudian muncullah makhluk-makhluk aneh yang mulai menyantap badannya. Dia juga mendengar bunyi tabrakan.

Sebelum matanya memutih, Agus melihat mobil ambulasnya tadi sedang terperonggok di sebuah pohon. Pintu belakang ambulans itu terbuka dan menampakkan makhluk-makhluk aneh yang di dalamnya. Makhluk-makhluk ganas yang bisa membuat bulu kudukmu merinding. Zombie.....

*****

"Aaaah!" teriak Yamato. Tangannya mulai di santap habis dengan Ney.

Vey yang baru tiba di kelas hanya bisa terbelalak melihat kembarannya menggigit tangan kakak kelasnya. Aku hanya bisa terdiam melihat pemandangan yang begitu mengerikan di depan mataku. Aleeya menangis ketakutan di belakangku, begitu juga Rara dan Michelle. Michelle berteriak ketakutan dan langsung berlari keluar begitu saja. Via dan Olive hanya terdiam tidak percaya.

"Ney! Jangan lakukan itu! Lepaskan!" teriak Vey. Dia berlari mendekati kembarannya. Vey mengambil alih dan membungkam mulut Ney dengan tangannya sendiri. Alhasil, Ney mulai menyantap tangannya. Tangan Vey mulai mengeluarkan darah. Vey hanya bisa meringis kesakitan.

Aku mengalihkan perhatianku ke Yamato. Tubuh Yamato mulai menegang dan erangan mengerikan mulai terdengar dari mulutnya. Yamato pun bangkit dalam keadaan aneh. Tiba-tiba, mulut Yamato mengeluarkan darah. Matanya pun mulai memutih. Seketika, aku teringat dengan cerita anjing yang menggigit tetangganya Marie.

"Zeline! Awas!" teriak Aleeya yang di belakangku. Aku tersadar dari lamunanku. Rupanya Yamato mau menyerangku.

Aku terlambat bergerak. Tiba-tiba, ada yang menahan mulutnya Yamato dengan tongkat sapu dari belakang. Aku sedikit menoleh ke belakang. Rupanya itu Stefan. Dia sedang menahan Yamato dengan tongkat sapu, sedangkan, Aldo membukakan jendela yang di sampingnya. Stefan langsung melempar Yamato ke bawah. Seketika tubuh Stefan ikut terlempar, tapi Aldo langsung menahannya.

"Ayo! Cepat! Keluar!" teriak Stefan sambil menarik tanganku. Aleeya yang di sampingku, langsung kutarik begitu saja.

Kami berhimpitan keluar dari kelas. Aku berhasil keluar dari dengan Stefan dan Aleeya, begitu juga Via, Olive, dan Rara. Kami melihat beberapa murid yang mulai menjadi korban karena si Kembar yang sudah menjadi makhluk aneh.

"Tutup pintunya!" jerit Olive. Aldo yang terakhir keluar langsung menutup pintu kelasnya. Tapi sayangnya, Ney malah menahan pintu itu.

Tak hanya itu, Vey, yang sudah senasib dengan kembarannya, malah menarik tangan Aldo dan menyantapnya habis-habisan. Aldo pun berteriak kesakitan.

"ALDO!" pekik Stefan. Dia mengambil seruk sampah yang berbahan besi yang berada di dekat situ dan memukuli kepalanya Vey membabi buta. Darah pun terciprat di wajahnya, tapi Stefan tidak peduli.

"Udah! Stefan! Lindungi saja adikmu!" seru Aldo sambil menahan tangannya Stefan. Stefan menoleh ke arahnya.

"Enggak, Aldo! Kau harus ikut denganku!" balas Stefan dengan melepaskan tangannya Aldo, tapi Aldo kembali menahannya.

"Enggak, Stefan! Enggak ada gunanya lagi! Virus ini sudah menjalar ke tubuhku!" teriak Aldo. Dia mendorong Stefan hingga Stefan tersungkur dan masuk ke dalam kelas. Aldo pun menutup pintu kelasnya dan menguncinya kemudian dia membiarkan tubuhnya di gerogoti oleh si Kembar.

Aku mendekati Stefan. Bulir benih bening terlihat di ujung ekor matanya. Aku tertegun. Kuusap darah yang di wajahnya dan air mata yang akan keluar mengalir dari ujung ekor matanya. Stefan menoleh ke arahku dan memaksakan sebuah senyuman yang di wajahnya. Aku pun tersenyum dengan ragu-ragu. "Kak?" panggilku dengan suara pelan. Stefan mengangguk.

"Makasih, ya, Kak, udah nyelamatin Zeline tadi," ucapku dengan suara bergetar. Stefan pun kembali mengangguk.

"Ada apa ini?!" teriak seseorang dari belakang. Kami pun menoleh. Rupanya itu Pak Robert dan beberapa guru lainnya. Aku dapat melihat Bu Leila sedang menatapku dengan penuh amarah.

"Zeline! Aleeya! Kalian membuat onar lagi!" teriak Bu Leila sambil melangkah gusar ke arah Aleeya.

Beliau langsung melayangkan tamparan keras ke wajah Aleeya dan menjambak rambutku dengan kasar. Aku hanya bisa meringis kesakitan. "Kau selalu membuat keonaran dikelasku! Kau selalu membuat wajahku malu di depan guru-guru lain!" teriak Bu Leila lagi.

Tiba-tiba, ada yang melepaskan tangannya Bu Leila dari rambutku dan langsung memasukkanku ke dalam pelukannya. Aku menengadahkan kepalaku. Rupanya itu Stefan. Aku dapat mendengar gertakan giginya yang begitu kuat dan merasakan amarah yang meluap-luap di gejolak dadanya.

"Kau tahu, apa hukumannya seorang guru menganiaya muridnya?" desis Stefan. Bu Leila terkejut mendengar perkataannya.

"Dasar tidak sopan! Kau berbicara dengan sikap yang tidak patut di contoh! Siapa ibumu yang membesarkanmu hingga seperti ini?! Di mana perannya yang benar?!" teriak Bu Leila. Stefan mengeratkan pelukannya. Aku sedikit tidak bernapas karena pelukannya begitu kuat. Kelihatannya, Stefan marah mendengar teriakan Bu Leila barusan.

"Aku memiliki beberapa kata untukmu..." Stefan memberi jeda atas bicaranya. "MATI SAJA KAU, DASAR JALANG!!" teriak Stefan. Bu Leila terbelalak mendengarnya.

"Bu Evelyn!" teriak Rara tiba-tiba sambil menunjuk ke depan.

*****

The Virus ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang