"Bu Evelyn?!" teriak Rara tiba-tiba sambil menunjuk ke depan.
Kami pun melihat ke arah yang ditunjuknya dan terbelalak. Rupanya, itu Bu Evelyn yang sedang tertatih-tatih dengan lehernya yang berdarah.
"Laurent!" teriak Pak Robert. Ya, Bu Evelyn adalah istrinya Pak Robert.
"Robert... tolong aku...," lirih Bu Evelyn kemudian beliau terjatuh setelah itu memuntahkan darah dari mulutnya. Tubuhnya mulai menegang dan bergerak dengan aneh, sedangkan mulutnya mulai mengeluarkan erangan yang mengerikan.
"LAURENT!" teriak Pak Robert lagi. Kemudian beliau berlari mendekati istrinya dan menangis sekeras-kerasnya.
"Huhuhu... Laurent...," Pak Robert menangis sambil memeluk istrinya, sedangkan Bu Evelyn terus mengeluarkan suara yang aneh.
Tiba-tiba, Bu Evelyn terdiam dan menggigit pundaknya Pak Robert. Pak Robert hanya bisa berteriak kesakitan. "Lari kalian! Mereka juga ada yang terjangkiti!" teriak Pak Robert. Dan, muncullah Bu Sukita, Bu Nari, Pak Larry, dan security kami yang sudah menjadi zombie. Para zombie itu pun menatap kami dan mulai berlari menuju tempat kami. Aku hanya terdiam tidak percaya dengan pemandangan yang sangat mengerikan itu. Samar-samar, aku mendengar teriakan Aleeya yang memanggil namaku. Aku tersadar dan mendapati zombie Bu Sukita yang sudah berada di hadapanku untuk siap melahapku. Aku hanya terdiam pasrah dan menerima zombie Bu Sukita untuk melahapku.
"Lari! Zeline!" teriak seseorang sambil mendorong tubuhku hingga terjatuh. Aku tersungkur dan melihat siapa yang telah mendorongku. Rupanya itu Michelle.
"MICHELLE!" teriak Rara. Michelle hanya meringis kesakitan akibat gigitan Bu Sukita yang begitu ganas.
"LARI KALIAN! CEPAT!" seru Michelle. Aku hanya terdiam, tanpa sadar air mataku mulai keluar di ujung ekor mataku.
"Zeline! Ayo kita lari!" teriak Stefan sambil menarik tanganku. Aku langsung menarim tanganku dan menggeleng.
"Bagaimana dengan Michelle?" tanyaku yang masih melihat ke arah Michelle. Stefan terdiam mendengarku.
Tiba-tiba, zombie Pak Larry menyerang Stefan. Stefan pun berusaha mati-matian untuk menahannya. Aku hanya mundur sambil berteriak ketakutan. Zombie Pak Larry melihat ke arahku dan bergantian mencoba menyerangku. Aku yang tidak memiliki apa-apa hanya terdiam pasrah sambil menutup mataku.
Tapi, aku tidak merasakan sesuatu semacam gigitan atau lainnya. Kuberanikan diri untuk membuka mataku. Alangkah terkejutnya diriku. Di hadapanku kini ada Misa yang membiarkan lehernya di gerogoti oleh zombie Pak Larry dengan ganas.
"Kak Misa?! Apa yang kau lakukan?!" teriakku dengan tatapan tidak percaya. Misa hanya menoleh dan tersenyum dengan mulutnya yang berlumuran darah.
"Kau tau, sebenarnya, selama ini aku dan Michelle selalu mencegahmu untuk tidak mencari penyebab virus zombie," ucapnya dengan pelan. Aku mengerutkan kedua alisku.
"Maksudnya?" tanyaku yang tidak mengerti."Pikirkanlah sendiri... sekarang.. lebih baik... kau... PERGI DARI SINI!!!" teriak Misa diiringi dengan erangan yang mengerikan.
Belum sempat aku berkata-kata lagi, Stefan sudah menarik. Kami berdua pun berlari diikuti dengan Olive, Via, Aleeya, dan Rara yang dibelakang kami. Ketika kami berada di lantai 1 (lantai 1 kami langsung mengarah ke lapangan), kami melihat begitu banyak zombie yang mengenakan seragam olahraga. Stefan melepaskan tanganku dan langsung memegang kedua pipiku.
"Zeline, sekarang kamu ikut dengan teman-temanmu pergi ke asrama. Aku akan mengecoh zombie-zombie itu," kata Stefan dengan pelan.
"Kau mau kemana?" tanya Olive dengan napasnya memburu. Stefan menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virus Z
Mystery / ThrillerMereka berlarian. Dengan baju yang berlumuran darah sudah terkoyak-koyak, celana robek yang tidak beraturan, kaki yang entah beralas atau tidak, mereka terus berlarian dengan teriakan yang keluar dari mulut mereka. Momen itu.. adalah momen yang pali...