Kami juga melihat ada ponsel yang tergeletak di situ. Aleeya mengambilnya dan mencoba untuk menghidupkannya. Rupanya itu berhasil. "Kau sedang apa, Aleeya?" tanya Via. Aleeya menoleh dan menunjukkan ponsel putih yang di tangannya.
"Leeya nemuin ponselnya si Sukita," jawab Aleeya dengan nada pelan.
"Ada chargernya, enggak?" tanya Ozzy. "Ada!" sahut Alvan sambil menyambar sebuah charger putih dari kabel terminal.
"Oke! Ayo kita pergi! Keburu nanti zombie-zombie itu datang lagi!" pinta Vian sambil merogoh salah satu saku jaketnya.
"What the.." ucapan Vian seketika terhenti kemudian dia merogoh salah satu saku jaketnya lagi. Ziyad pun mendekatinya.
"Ada apa?" tanya Ziyad. Vian menoleh ke arahnya. "Kunci mobilnya hilang!" jawab Vian. Ziyad membulatkan kedua matanya.
"Apa?! Seriuslah! Vian, keadaan kita sekarang terdesak!" seru Ziyad. "Aku serius, Ziyad! Kunci mobilnya enggak ada di saku jaketku!" balas Vian.
"Oh, shit," umpat Kevin dengan suara pelan tapi itu masih kedengaran dengan Via dan Olive.
"Maksud Kak Vian, kunci mobil yang ada gantungan kunci Candi Borobudurnya, ya?" tanya Kay tiba-tiba. Seketika, Vian dan Ziyad menoleh ke arahnya, Kay hanya menunduk sambil memainkan kuku-kuku jarinya.
"Iya, yang ada gantungan kunci Candi Borobudur," jawab Ziyad. "Ada gantungan Monasnya yang berwarna kuning?" tanya Kay lagi. Vian dan Ziyad saling bertatapan. "Ya, ada juga," kali ini Vian yang menjawab.
"Seperti ini?" tanya Kay sambil menunjukkan sebuah kunci mobil yang dilengkapi dengan gantungan kunci Candi Borobudur dan gantungan kunci Monas yang berwarna kuning. Seketika, Vian dan Ziyad terbelalak. Kay menoleh ke arah mereka sekilas.
"Gimana? Kaget, ya?" tanya Kay dengan tatapan matanya yang membuatku kesal. "Ya, aku kaget. Kok bisa kunci mobil itu sama kamu?" tanya Ziyad. Kay tersenyum kecil.
"Tadi, kan, aku terpeleset. Setelah itu, Kak Vian menolongku. Tak sengaja kurogoh saku jaketnya, eh, ada kunci mobil. Yaudah, kuambil daripada aku tidak bisa kabur dari sini," jelas Kay dengan gayanya yang memuakkan.
"Memangnya kau bisa menyetir?" tanyaku yang tidak mau kalah dengannya. Kay menoleh ke arahku kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Aku menghela napas mencoba lebih bersabar lagi.
"Hahaha.., Zeline sayang, tidak mungkin aku menyetir," jawab Kay dengan nada yang meremehkan. "Tentu saja, Kak Caca yang akan menyetir. Dan, aku akan duduk di sampingnya," lanjutnya.
"Makanya, tadi Kak Caca tadi sengaja berteriak supaya salah satu zombie datang nerkam teman-temannya Kak Vian, tapi, si Rara yang sialan itu malah berbuat sebaliknya," katanya lagi.
Kevin yang mulai gusar mendekati Kay. Kay pun lantas mundur melihat Kevin yang mendekatinya. Tanpa diduga, tiba-tiba, Kevin mencekik Kay tanpa ampun. Melihat hal itu, Caca pun menghentikan aksinya. "Kau gila, ya?!" seru Caca sambil melepaskan tangannya Kevin. Kevin menoleh ke arahnya dan melemparkan tubuhnya Kay ke arah Caca. Seketika, Caca dan Kay pun ambruk bersamaan.
"Ada, ya, orang yang menjadi kakak kelas patuh sama adik kelasnya?" sindir Kevin. Kay mulai menangis. Caca menoleh ke arah Kevin.
"Lebih baik begitu, daripada ikut dengan kelompok sialan seperti kalian," desis Caca. Kevin mendekati wajahnya ke wajahnya Caca. Kemudian, dia menarik rambutnya Caca tanpa ampun sehingga Caca berteriak cukup keras. Melihat hal itu, Ozzy pun menarik tangannya.
"Apa yang kau lakukan?! Dia ini perempuan!" seru Ozzy dengan suara pelan. Kevin hanya menghela napas. Tiba-tiba, Kay berdiri.
"Aku akan pergi dari sini sama Kak Caca!" teriaknya tiba-tiba. Lantas, Kevin dan Ozzy menoleh ke arahnya. "Apa kau bilang?" tanyaku ke Kay. Kay hanya menatap remeh ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Virus Z
Mystery / ThrillerMereka berlarian. Dengan baju yang berlumuran darah sudah terkoyak-koyak, celana robek yang tidak beraturan, kaki yang entah beralas atau tidak, mereka terus berlarian dengan teriakan yang keluar dari mulut mereka. Momen itu.. adalah momen yang pali...