Kay menikmati setiap pemandangan ramai nan indah di setiap sudut kota Jogja dari dalam mobil Dimas. Sawah dan pegunungan merapi yang tentunya hanya ia dapatkan di kota pelajar, membuatnya sangat penasaran dengan Jogja dan budayanya. Dimas dan Naina ingin jalan-jalan ke pantai parang tritis dan tak menghiraukan pendapat Kay yang ingin ke tempat lain. Bagi Kay, pantai terlalu mistis dan menghanyutkan kalbunya untuk masuk dan berenang di dalamnya.
“Naina, Dimas kita ke malioboro saja. Perasaanku tidak enak.” Kay mengutarakan pendapatnya namun kedua temannya pura-pura tak mendengar. Kay mendengus kesal lalu memilih memejamkan mata dan terlelap.
Perjalanan dari rumah Kay menuju parang tritis memakan waktu sekitar 20 menit dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan, Dimas dan Naina benryanyi lagu india dengan semangat dan hanya Kay yang memilih tidur. Tidur adalah salah satu cara Kay meredam rasa kesalnya. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Dimas memarkirkan mobilnya di tempat parkir di sekitar bibir pantai. Suara gemuruh ombak sangat jelas terdengar. Naina bergegas membangunkan Kay yang tertidur lelap/
“Cowok Korea Indo, bangun. Kita sudah tiba di pantai.” Naina mengguncang pelan bahu Kay. Kay mengucek matanya lalu mendesah berat.
“Kenapa? Kok kayak berat hati gitu?” Dimas tertawa melihat tingkah Kay.
“Emang berat. Kan aku gak mau ke sini. Dimas, sadarlah energy di pantai ini tuh kuat banget. Bahaya buat Naina.”
“No problem Kay. Kita sudah dapat izin sang ratu kok.” Dimas tersenyum lalu menarik tangan Kay yang dari tadi masih didalam mobil dan enggan keluar. Dengan sikap malasnya, Kay berjalan lambat menuju pantai diikuti teriakan Naina dan Dimas yang berlarian kea rah ombak.
“Kaaaay ayo sini. Cepat. Jangan lelet.” Naina mulai berteriak nyaring sambil bermain air.
Kay menatap laut dengan tatapan cemas. Ada perasaan aneh yang dari tadi sangat menganggu pikirannya. Kay mencoba memejamkan mata dan mencari tahu apa yang harus dia lakukan. Kay melihat seorang anak kecil tenggelam tak jauh dari tempatnya berdiri. Anak itu berteriak minta tolong namun karena tingginya ombak membuat semua orang di pantai takut menuju laut. Tak ada satu orang pun yang berani.
Kay membuka matanya. “Ya Tuhan, semoga apa yang aku lihat salah. Semoga itu tak terjadi,” gumamnya pelan. Untuk menenangkan batinnya, Kay berjalan menuju warung yang menjual kelapa muda lalu memesan kelapa untuk langsung dia minum. Naina dan Dimas sibuk bermain air dengan baju dan celana yang sudah basah. Kay hanya mengawasi mereka dari kejauhan.
“Toloooong, toloooong.”
Terdengar suara teriakan dari laut. Semua orang terkejut dan banyak orang berdatangan ke dekat pantai. Kay yang baru saja meminum air kelapa langsung berlari menuju laut dan tanpa pikir panjang ia bergegas berenang untuk mencari sumber suara itu.
Naina dan Dimas terlihat khawatir namun tak berani mengikuti Kay karena tak bisa berenang. Kay terus berenang melawan arus yang cukup kuat dan langsung menarik tangan kecil yang tak bisa mengapung di laut. Kay menolongnya. Membantu berenang menuju pantai. Untungnya jarak anak itu tenggelam dengan pantai tak terlalu jauh. Kay beruntung. Anak itu selamat dan masih bisa bernapas.
Naina dan Dimas memeluk Kay bergantian. Kay memandang langit lalu terdiam.
“Lihat itu! ada awan berbentuk kereta kencana dengan naga di sampingnya.” Teriakan seorang pria paruh baya yang menunjuk langit membuat semua pengunjung pantai memerhatikan langit. Semua orang memandang takjub ke awan yang berbentuk kereta kencana dan naga
“Ya, itu aku. Lain kali datanglah lagi … Aku akan menyambut kalian langsung.” Suara lembut seorang perempuan berbisik di telinga Kay. Kay kembali memandang laut parang tritis dan menerawang jauh ribuan meter menembus batas yang seharusnya tak dia lakukan. Seorang perempuan berkemben hijau tersenyum ke arahnya lalu menutup penglihatan Kay. Kay tersenyum kecut lalu bergegas mengajak Naina dan Dimas untuk pulang. Hari ini adalah hari yang luar biasa untuk Kay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerbang Gaib
HorrorTerbukanya gerbang gaib yang bisa mengantar beberapa orang yang memiliki kemampuan melihat hal tak kasatmata ke alam gaib. Percayakah kamu kalau gerbang gaib itu benar-benar ada?