“Tolong keluarkan aku dari tempat ini. Aku hanya jiwa yang tersesat. Bantu aku. Aku takut.” Seorang perempuan muda mengenakan baju dan celana serba putih berteriak minta tolong kepada Kay di dalam sebuah ruangan sempit dengan teralis besi. Perempuan muda itu menatap Kay dengan tatapan sedih.
“Aku mohon bantu aku. Aku ingin hidup. Aku tak mau mati. Waktuku tidak banyak, Kay. Tolong keluarkan aku dari sini.” Perempuan muda itu kembali menatap Kay dengan tatapan memelas, berharap untuk dibebaskan.
“Kaaaaay, Kaaaaay. Subuh. Kamu harus bangun dan salat.” Teriakan dan tepukan lembut Albert di bahunya membuat Kay terbangun dengan kaget. Kay reflex duduk lalu berusaha mengumpulkan kesadaran dengan mata masih sangat mengantuk.
“Tadi itu siapa? Apa hanya mimpi?” Kay bergumam sendiri mengingat semua hal yang ia lihat saat tidur. Sebuah mimpi namun terasa sangat nyata.
Setelah sarapan, Kay membersihkan halaman rumah. Hari ini sekolah libur karena guru dan staf sekolah ada rapat penting. Sambil menyapu dedaunan kering, Kay terus memikirkan perempuan itu. Apa benar dia jiwa yang tersesat atau jiwa dan raganya dibawa ke alam lain lalu ditahan? Dimana tempat itu? Seperti sebuah kerajaan kecil? Bagaiman cara menemukan tempat itu? Bagaimana caranya menyelamatkan perempuan tanpa nama itu? Semua pertanyaan itu terus bergejolak dalam diri Kay.
“Hai Kay.” Sapaan Naina yang datang sendirian di halaman rumah Kay membuat Kay berhenti menyapu sejenak. Kay terdiam sejenak.
“Naina? Ada apa ke rumahku? Ayo masuk dulu ke rumah.” Kay menatap Naina dengan bingung namun mempersilakan masuk dengan sopan. Ada rasa kaget dan tak percaya di hari ini dia bisa melihat Naina datang sendirian ke rumahnya.
“Ayo ikut aku. Dimas sudah menunggu.” Naina menarik tangan Kay dengan cepat dan mengajaknya pergi ke sebuah tempat dengan berjalan kaki. Kay tak bisa menolak dan hanya pasrah dengan menggenggam tangan Naina erat. Naina balas menggenggam erat tangan Kay sambil menariknya menuju tempat yang letaknya tak jauh dari rumah Kay. Setelah berjalan beberapa menit tanpa berbicara sepatah kata pun, Naina dan Kay tiba di sebuah bukit di dekat pertokoan. Bukit kecil yang menghijau lebat dengan banyaknya pohon besar dan semak-semak rimbun.
“Akhirnya… ini dua orang, suami istri datang juga. Lama banget sampainya. Hampir kram kaki gue nunggu kalian berdua.” Dimas langsung mengomel dan hanya disambut tawa renyah dari Kay dan Naina.
“Ayo cepet buka gerbangnya. Waktu kita gak banyak. Kita harus menyelamatkan perempuan itu.” Dimas kembali.
“Tunggu dulu, jelaskan dulu apa maksud kamu? Perempuan siapa?”
“Aline bilang kamu mimpi perempuan yang minta tolong itukan?” Dimas mulai menginterogasi Kay. Inilah ciri khas seorang Dimas, selalu to the point pada lawan bicara tanpa adanya basa-basi.
“Kamu tahu dari Aline?” Kay menatap heran Dimas. Dimas menatap Naina dan Kay bergantian lalu menghela napas.
“Iya, Aline datang ke rumahku setelah subuh lalu bercerita tentang perempuan muda itu. Dia juga mendatangiku lewat mimpi. Tadi malam, aku berusaha menemukan lokasinya dan gerbang gaib di dekat sini bisa menghubungkan kita ke tempat gadis itu disekap. Ayolah Kay, hanya kamu yang bisa membukanya. Tapi waktu kita terbatas. Hanya 30 menit. Kerajaan yang akan kita datangi adalah kerajaan beraliran sihir hitam. Bunda Ratu Parang Tritis dan Mahesa tak akan bisa membantu kita jika ada sesuau hal yang terjadi saat kita masuk ke dalamnya. Jadi ini semua tergantung kita, Kay. Are you ready?”
“Oke. Tapi Naina? Apa tidak berbahaya jika dia ikut?” Kay menatap Naina dengan tatapan khawatir.
“Jangan khawatir, Naina jauh lebih hebat dari apa yang kita kita. Dia akan baik-baik saja. Percayalah.” Dimas terlihat bijak dengan menenangkan Kay. Naina mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gerbang Gaib
HorrorTerbukanya gerbang gaib yang bisa mengantar beberapa orang yang memiliki kemampuan melihat hal tak kasatmata ke alam gaib. Percayakah kamu kalau gerbang gaib itu benar-benar ada?