=====
_Cinta POV_Tok tok tok
Terdengar pintu di ketuk, Cinta melirik jam tangannya.
Huft, sudah masuk jam makan siang. Siska pasti akan bertanya aku akan makan apa.
"Masuk!" Aku, pun mempersilahkan Siska masuk, tanpa menoleh ke arah pintu.
Terdengar langkah kaki yang mendekat ke depan meja.
"Hari ini saya puasa Sis, jadi kamu tidak perlu menyiapkan makan siang saya."
Beritahuku kepada Siska, tanpa menoleh kepada yang bersangkutan.
"Gua, bukan Siska Ta." Sambil meletakan bekal makan siang yang dia bawa ke atas meja.
"Lah, Cla, sory, gua kira tadi Siska. Tumben banget lo masuk ruangan gua ketok pintu dulu, kesambet jin sopan dimana lo?" Aku pun tertawa dan mengabaikan Clara yang mencibir.
"Dasar lo ya, sahabat laknat, gua nyelonong aja lo komplen, sekarang gua ketok pintu lo komplen jg." Ketus Clara, makin membuat aku ketawa nyaring.
"Ekh, lo bawa apa Cla? Kan tadi gua bilang, gua puasa Clara, jadi percuma aja, lo bawa makanan, gua ga bakal makan."
"Ekh, sahabat laknat, lo itu puasa apaan? Ramadhan belom dateng. Itu muka lo pucet begitu kaya mayat. Gua yakin, lo ga sahur kan malem." Sembur Clara, tidak tega lihat sahabat oroknya seperti mayat hidup.
"Gua, emang mual si Cla. Tapi ga pa pa ko. Nanti juga sembuh." Aku pun berusaha menolak.
"Apaan sembuh si Ta. Emang, lo puasa apaan si? Lo kan tahu, puasa itu bagi orang yang sehat Ta, bukannya penyakitan kaya lo."
"Anjir, tuh mulut, doain gua biar sakit ya." Aku sendiri jadi sewot, siapa yang tidak akan swwot coba, kalau dikatain penyakitan.
Sebenarnya aku pun bingung, akhir-akhir ini aku mulai sering lemas, sering pusing juga, terkadang juga mual-mual dan terkadang emosi tidak terkontrol.
"Udah, sekarang buka mulut lo. Gua suapin. Puasa wajib aja, memperbolehkan ko buat buka, kalau kita lagi sakit. Nah, lo, puasa sunah, tapi muka kaya mayat hidup."
Mau tidak mau, karena paksaan Clara, aku pun membuka mulutku, sebenarnya ada alasan tersendiri, kenapa aku sering puasa sunah. Tapi, tidak aku beritahu saja ke sahabatku ini.
Iya, aku memang sering puasa, untuk meredam hasrat biologisku. Aku hanya manusia biasa. Setelah 3 bulan yang lalu, aku menyerahkan mahkota berhargaku untuk suamiku. Aku merasa, tak bisa meredam hasrat biologisku.
Dan tidak mungkin meminta ke Rega, kalau Rega tidak meminta kewajibannya. Tapi, setelah kejadian itu, Rega hanya sesekali menyentuhku. Ya, karena waktu untuk aku terbatas.
Hanya 1 hari dalam 1 minggu, aku tidak mungkin menelephone Rega, hanya untuk menuntaskan hasratku saja. Aku bukanlah wanita yang seberani itu. Aku masih canggung untuk memintanya.
Aku pun tidak mau melakukan yang tidak diperbolehkan oleh agama, maka, jalan satu-satunya untuk meredam hasrat yang ku punya, aku berpuasa.
Author POV.
Cinta, tidak memberitahukan perihal itu ke Clara. Dia tidak mau, Clara murka, dan ujung-ujungnya debat, yang pasti akan di menangkan oleh Clara.
Yang pasti, Clara akan selalu bilang bahwa ia adalah 'bucin' terbodoh sejagat raya. Bolehlah mereka mengatakan Cinta bodoh.
Ia, akui, ia memang bodoh, bodoh mencintai suami yang tak mencintai istrinya. Tapi, ia hanya mau melayani suaminya lahir batin.
Bahkan ia rela menjadi Robiyatul Adawiyah, untuk mendapat ridho suami. Bukankah surga istri ada pada ridho suaminya? Tapi Clara pasti akan membantah dan berkata :
"Laki yang kaya gimana dulu Ta, yang modelan si Rega mah jauh dari surga."
Huft, nasib punya sahabat yang mulutnya ga bisa ngerem setiap katanya, apa yang ada di pikirannya ya pasti akan ia keluarkan, apalagi untuk kebaikannya.
Namun, baru 3 sendok makanan masuk ke mulut Cinta, Cinta merasa perutnya bergejolak. Akhirnya ia belari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya. Tapi, sayang, setelah makanan yang ia makan keluar, hanya cairan bening saja yang keluar.
Cinta pun merasa tubuhnya tidak bertenaga. Dan entha kenapa merasa kepalanya pusing luar biasa, dan pandangannya pun terasa kabur.
Akhirnya, Cinta pun tersungkur tak sadarkan diri. Membuat Clara panik, langsung memanggil Siska, untuk meminta bantuan. Dan, tujuan utamanya, membawa Cinta ke klinik yang ada di gedung perkantoran Cinta.
"Dok, sahabat saya sakit apa dok?" Tanya Clara tidak sabaran, setelah tadi dokter memeriksa Cinta.
"Menurut gejala yang anda sebutkan, saya hanya menyarankan, agar sahabat anda di rujuk ke dokter spesialis kandungan."
"Maksud dokter?"
"Dari, gejalanya, sepertinya sahabat anda sedang hamil. Untuk lebih memastikan, setelah sadar, bisa di lakukan testpeck, atau langsung ke dokter kandungan saja."
Clara, bingung, jangan bilang anak yang di kandung Cinta adalah anak laki-laki brengsek itu.
Iya, siapa lagi kalau bukan 'Raja Tega'.
"Awas aja tuh orang, kalau sampai Cinta masih di dzolimin. Gua ga akan tinggal diam, gua bakal aduin tuh laki ke orang tuanya." Batin Clara geram.
Akhirnya, walau masih belum sadar, Clara membawa Cinta ke rumah sakit.
======
Di sisi lain, Rega sedang menemani Tiara ke rumah sakit, untuk menjenguk pamannya Tiara, yang katanya sedang di rawat.Setelah, menikahi Tiara, entah mengapa ia merasa muak dengan hal yang menyangkut dengan wanita ini. Tapi, ia tidak akan memoerlihatkan ke Tiara.
Rega merasa kosong, serasa Tiara bukanlah tujuan hidupnya. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak. Tiara adalah janjinya, karena Tiara adalah orang yang ia cari, Tiara adalah orang yang memberikan hidup untuknya.
Karena, Tiaralah yang mendonorkan ginjalnya untuk kelangsungan hidup Rega. Maka, Rega tidak bisa meninggalkan Tiara. Rega benar-benar gamang dengan hatinya, batin dan otaknya seperti berperang. Entah mengapa bukan Tiara lagi tujuan hidupnya.
Hatinya, seperti bertautan denga Cinta. Ya semenjak kejadian 3 bulan yang lalu. Cinta, selalu memenuhi isi otaknya.
Setiap di dekat Cinta, jantungnya seperti bertalu-talu, ia seperti seorang remaja yang kasmaran.
Tapi, ia hanya punya 1 hari dalam seminggu untuk menemui Cinta. Perjanjian yang menurut dia benar kala itu, namun membuat ia stres sekarang.
Karena, ia tidak bisa memadu kasih dengan Cinta. Sampai, dari awal pernikahan ia dan Tiara, Rega tidak pernah menyentuj Tiara.
Akh, bodohnya kamu Rega. Kalau kamu tau, efek Cinta sebesar ini, kenapa tidak dari dulu saja kamu menggauli istrimu. Batin Rega berkecamuk.
Sesaat, Rega melihat bayangan Clara sedang berada di loby rumah sakit, terlihat pula Siska, sekretaris Cinta.
Deg.
Seperti punya firasat. Rega pun berlari ke arah Clara, memastikan, bukan Cinta yang sedang di urus oleh Clara.
Tapi, naas, doa Rega tidak di jawab oleh Tuhan, sekilas ia, melihat seseorang yang amat dirindukannya, sedang terbaring si brankar memasuki lift, menuju ruang perawatan.
Seketika, tubuh Rega lemas tak bertenaga. dan mengejar Cinta menggunakan lift yang satunya, setelah ia memastikan lantai berapa Cinta akan di rawat. Dan melupakan bahwa ia sedang bersama Tiara, di rumah sakit yang sama.
Mudah-mudahan tidak akan terjadi apa-apa ya Allah. Batin Rega.
Bersambung...
♡♡♡♡♡♡♡
Happy reading!
Jangan lupa vote and komen 😁Maaf ya teman-teman saya telat postingnya. Belum dapat pencerahan soalnya.
Mudah-mudahan part ini. bisa mengobati penasaran teman semuanya.
Minta krisannya ya teman 😁🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Cinta (Completed)
RandomCinta Andini seorang wanita yang tegar. Mandiri dan baik hati. namun kebaikannya tidak pernah terlihat di mata suaminya. Bahkan suaminya menduakannya dengan sahabatnya sendiri. Namun, Cinta tetap bertahan, bertahan di sisi suaminya. tak pernah membu...