Part 17

7.5K 298 2
                                    

♡♡♡♡♡
"Tidak..."

Cinta pun berteriak ketakutan, ketika melihat om Danu mulai memainkan pisaunya di ujung jemari kaki Cinta.

Tidak menusuk namun cukup membuat Cinta terkejut. Otak cerdas Cinta pun blank. Ia bingung dengan cara apa membujuk om Danu mau menghentikab niatnya.

Tapi pantang bagi Cinta untuk berputus asa. Cinta yakin Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambanya. Setidaknya, sekarang ini Cinta berupaya menyelamatkan janinnya.

Cinta bertekad, meski itu harua menghilanfkan nyawanya, tapi ia akan sekuat tenaga menyelamatkan janin yang di kandungnya.

Bismillah.

"Om, Cinta mohon om, tolong jangan sakitin anak Cinta. Mereka tidak bersalah om, kalau om mau balas dendam kepada apa yang tidak pernah Cinta buat, tapi tolong jangan sertakan anak Cinta," ujar Cinta mencoba peruntungannya.

"Justru, karena kamu tidak pernah berbuat salah Cinta, om lebih senang menyiksa kamu," jawab om Danu dengan seringaian yang menakutkan.

Psikopat gila, Batin Cinta.

Bagaimana Cinta tidak menjuluki seperti itu. Sudah jelas-jelas Cinta tidak melakukan kesalahan, tapi psikopat ini dengan seenak jidatnya mau melampiaskan dendam.

"Om, adik om pasti tidak akan pernah setuju dengan rencana om ini," jawab Cinta.

"CHINTYA akan setuju, kamu dengar ya Cinta, Chintya adik saya pasti akan setuju, membalaskan dendamnya kepada ayah kamu,"  teriak om Danu.

"Om, Cinta yakin adiknya om akan sedih bahkan mungkin kecewa dengan tindakan om ini," ujar Cinta mulai melembut, berharap dengan memperlambat om Danu, Rega akan sadar bahwa ia telah di culik. Kemudian mencarinya, harapan Cinta.

"Chintya, akan senang sekali melihat kamu menderita Cinta. Sebagaimana menderitanya dia, di kecewakan olehbayahmu, lagi pula tau apa kamu tentang Chintya," ketus om Danu.

"Aku tau om, karena Tiara adalah orang baik," jawab Cinta lugas.

Cinta berusaha mengontrol emosinya. Apa pun hasilnya nanti, ia akan terus berusaha. Mengabaikan sakit dan kram di perutnya, perih di pergelangan tangannya.

Tekadnya cuma satu 'menyelamatkan anak-anaknya'.

"Jangan sok tau kamu," sinis om Danu.

"Kamu, tau Cinta saya sebenarnya tidak akan melukai kamu sejauh ini," lanjut om Danu.

"Maksud om?" Tanya Cinta dengan kebingungannya.

"Sebenarnya saya malas, mengotori tangan saya dengan darah dari kamu, anak laki-laki terbrengsek itu.

Kamu tau saya sengaja bikin kamu menderita batin, denga cara memanipulasi data medik kamu, yang tercatat sebagai pendonor ginjal untuk Rega.

Agar apa, agar Rega mencampakan kamu, tapi sayang kamu begitu tegar menghadapinya. Dan parahnya kamu bersedia di madu," kata om Danu santai. Tanpa peduli dengan wajah Cinta yang sudah memucat.

Karena memang itu yang di inginkan om Danu, menyiksa Cinta perlahan-lahan.

"Dan kemudian kecelakaan yang menimpa kamu pun, kamu masih bisa tersenyum. Huh, maka hanya dengan cara ini kamu pasti akan menderita," jelas om Danu.

Cinta pun mulai ketakutan, karena om Danu mulai mengarahkan pisaunya ke perut Cinta.

"Bersiaplah Cinta, aku akan membantu persalinanmu. Saya dengar anakmu kembar kan? Alangkah baiknya bukan saya Cinta, hendak membantu persalinanmu," kata om Danu sambil memainkan pisaunya.

"Om, please! Jangan sakiti anak Cinta om," mohon Cinta.

"Ck, kamu masih terlihat cantik Cinta, dan wajah ini selalu membuat saya benci, karena terlalu mirip dengan laki-laki brengsek itu," kata om Danu.

Dan langsung saja, om Danu mengarahkan pisaunya ke ujung rambut Cinta.

"Om, JANGAN..." teriak Cinta.

Helai demi helai rambut panjang Cinta di potong menggunakan Pisau. Dan Cinta pun menagis sesunggukan. Antara sakit di oerutnya dan rasa takut yang kian menjalar.

"Kenapa kamu masih terlihat cantik Cinta, oh sepertinya wajah cantik ini kita beri sedikit hiasan ya cantik," ujar om Danu.

Ahh..

Teriak Cinta. Darah segar mulai mengucur di pipi mulus Cinta.

"Wow, indah bukan wajahmu Cinta. Mari kita buat lagi. Mungkin di... ah... perutmu..."

Tatapan om Danu langsung mengarah di perut Cinta.

"Jangan, om. Please! Jangan sakiti mereka," rintih Cinta.

"Terlambat sayang!"

Dan om Danu mulai mengarahkan pisaunya ke arah perut Cinta. Tapi...

Brak...

"Om, JANGAN! Teriak Tiara.

"Owh, Tiara. Kamu mau lihat sayang anak dari laki-laki keparat itu mati. Oh, ada kamu Rega. Kamu membenci Cinta kan? Lihat nak, om akan membuat kalian hidup dengan bahagia tanpa penggagu ini," ucap om Danu. Makin ngawur.

"Mas, tolong jangan sakiti Cinta," kata seseorang yang menerobos masuk.

"Alex."

"Papa."

"Om."

Langsung serta merta om Danu mengambil posisi siaga. dan mengarahkan pisau itu ke arah Cinta tepatnya di leher.

"Jangan ada yang mendekat, atau saya tidak segan-segan membunuh Cinta sat ini juga!" Ancam om Danu.

"Om Alex, tolong Cinta om. Cinta takut," ucap Cinta sambil menatap kepada Brigjen Alex.

"Tenang, Cinta om akan menyelamatkan kamu," jawab Brigjen Alex.

"Om, kamu buta Cinta, itu ayah kamu, lihat itu ayah kamu," teriak om Danu. Berusaha meyakini Cinta.

"Bukan, om. Dia itu om Alex, saudara kembar ayah Cinta. Ayah Cinta bukan Alex, tapi papah Axel," terang Cinta sambil merintih kesakitan karena perutnya makin keram.

"Benar mas, saya Alex mas, saya mencari-cari Chintya. Tapi mas dan Chintya sudah tidak ada lagi di Bandung mas," terang Brigjen Alex.

"Bulshit, lo mau kibulin gua hah? Lo itu ayahnya Cinta kan. Gua lihat sendiri lo, sama mamahnya Cinta berangkulan mesra, di loby apartement lo di Jakarta," jawab om Danu.

"Yang mas lihat itu bukan saya mas, itu Axel, saudara kembar saya, sekarang tolong lepasin Cinta mas," bujuk Brigjen Alex.

"Tidak akan!" Seru om Danu sambil melayangkan pisaunya ke arah perut Cinta.

Dor.

Satu tembakan dilepaskan oleh anak buah Brigjen Alex, yang memang sudah di posisi bila sewaktu-waktu di butuhkan.

Jerit kesakitan om Danu menggelegar. Karena peluru tepat mengenai lengannya. Dan langsungBrigjen Alex meringkus om Danu. Dan mengamankannya.

Sedang Tiara, Rega, dan Clara langsung berlari menghampiri Cinta yang pingsan. Darah yang mengucur di pipi dan di pahanya pun terlihat.

Tanpa aba-aba Rega pun menggendong Cinta, untuk menyelamatkannya. Langsung Rega bergegas memacu mobilnya untuk membawa Cinta ke rumah sakit terdekat. Untaian doa terus menggema di sanubari mereka. Apalagi melihat kondisi Cinta yang mengenaskan.

Ya Allah selamatkan mereka...

Sedangkan Tiara, menatap nanar orang yang tadi meringkus om Danu. Orang yang selama ini ia rindukan setiap doanya. Dan hari ini ia bertemu dengan seseorang yang mana dari dirinyalah ia lahir.

Tanpa terasa, air mata kerinduan melelwh dengan deras si kelopak mata cantiknya. Mata yang sama persis dengan orang yang tadi mengaku mencari mamanya.

Kaukah itu papah? Batin Tiara.

Bersambung...

♡♡♡♡♡
Happy reading 😁
Mudah-mudahan dapet ya feelnya.
Dan miateri akan mulai terkuak.




Ketulusan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang