01; same shit in different day

14.6K 1.3K 249
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadwalmu bagaimana hari ini?"

Suara serak seorang pria menembus keheningan yang tercipta di ruangan berlapis cat cokelat tua. Dirinya tengah sibuk menyusun berbagai lembaran kertas acak di atas meja, ditemani kopi setengah dingin serta cookies cokelat di atas piring dengan ukiran khas daun pohon zaitun di dua sisi.

Pria yang lebih muda yang duduk di seberang meja mengeluh, "Penuh sampai dengan minggu depan." Tangannya lalu terulur untuk memastikan kacamatanya bersih dari noda dengan lap persegi kecil. "Kunjungan ke museum akan naik drastis ketika liburan tiba."

"Kau menyesal bekerja disini? Begitukah, Wonwoo?"

Pria bernama Wonwoo itu mengernyit, mencoba menangkap maksud dari pria di hadapannya yang tersenyum samar. "Tidak sama sekali, Jeonghan. Aku kemari untuk belajar budayanya, bukan sekedar melancong seperti turis kebanyakan."

Keduanya tertawa kecil di kursi masing-masing lantas menyesap minuman berkafeina dengan satu kali tegukan. "Besok aku cuti, ada yang harus kukerjakan."

"Ya, maksudmu acara menonton pertunjukan Thargelia[1], kan? Aku tahu itu."

Jeonghan menarik napas berat, kepalanya mengangguk samar sebagai tanda apresiasi atas tebakan Wonwoo yang tepat sasaran. "Bingo. Datanglah di hari kedua, Wonwoo, mungkin saja kau bisa menemukan jodoh yang bisa kau bawa pulang kampung."

Hidung Jeonghan mengerut seiring tawanya yang membuncah. Dia puas karena aksi lemburnya selama dua minggu terakhir membantu petugas keamanan museum membuahkan hasil. Izin cutinya diterima tepat ketika ia berencana akan bersenang-senang memeriahkan festival yang diadakan antara bulan Mei hingga Juni tersebut.

Wonwoo mendesah dengan napas beratnya lagi, berdecak-decak lalu memijat pelipisnya pelan. "Besok ada jadwal rombongan universitas khusus putri. Apa itu berarti aku harus ambil alih tugasmu?"

"Tentu saja," Jeonghan merasa senang, dia tertawa lagi. "Lagi pula kau hanya harus menjelaskan detail dari artefak dan rangkuman sejarah Yunani kuno. Tidak ada yang sulit, kau sudah hafal di luar kepala."

Wonwoo mengangguk, menyetujui usulan temannya. Dia terlalu malas untuk bertele-tele jika tak segera menanggapi peralihan jadwal secara mendadak. Padahal jam kerjanya sudah bertambah tiga jam hari ini karena kunjungan museum membeludak oleh murid-murid dari lima sekolah yang berbeda dan besok ia akan mengambil sisa jadwal Jeonghan yang harusnya bisa ia gunakan untuk waktu istirahat.

"Kudengar hasil studi historiografi-mu[2] cukup bagus." Jeonghan membuka pembicaraan kembali sambil memutar bulatan globe yang ada di hadapannya dengan malas. "Mengapa kau tak berminat menjadi sejarawan dan bekerja di kantor pusat pemerintahan? Atau mungkin menemani arkeolog untuk survei tempat peninggalan sejarah?"

"Aku lebih suka memahami mitos dan legenda yang ada disini. Kota Athena menyimpan banyak sisi menarik dari banyak segi." Lalu punggung Wonwoo bersandar pada kursi putarnya, matanya menerawang langit-langit ruangan. "Menjadi pemandu tur di museum adalah pekerjaan yang menyenangkan."

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang