07; inside the flower shop

4.3K 729 59
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sudah? Hanya ini?"

Emily memandang sekitar, ia berharap menemukan bunga jenis lain yang menarik minatnya untuk dibawa ke pemakaman. Anyelir putih sudah ada pada genggaman, ditambah sentuhan gladiol yang disatukan dan dililit dengan flower wrapping. Kerumunan orang memadati ruang kosong yang diapit oleh rak, membuat pengunjung toko bunga menjadi saling berhimpitan ketika memilih bunga yang mereka inginkan.

Wonwoo menggeleng, "Kita akan ke pemakaman, bukan ke pesta pernikahan, tidak perlu terlalu mencolok."

Emily memutar bola matanya. Wonwoo tiba-tiba merubah sikapnya menjadi aneh dan temperamen. Alisnya terus tertekuk dan pandangan matanya menjadi awas. Ia terus memperhatikan tangga yang menghubungkan dengan lantai dua, pun dengan harpa milik Dokyeom yang ada di ruang kosong di bawah tangga. Ketika pria pemetik harpa itu hilang ditelan dinding pembatas tangga, Wonwoo mendapati kepalanya semakin terisi penuh dengan dugaan.

Joshua berdiri di balik mesin kasir, senyumnya terus-menerus mengembang kepada setiap konsumen yang selesai memilih jenis bunga. Hal itu membuat Wonwoo berpikir kembali mengenai pertanyaan yang terus-menerus melintas dalam benak.

"Em, apakah ada pelayan toko yang punya semacam mahkota? Atau pegawai restoran, pedagang koran, polisi... siapapun itu." Tanya Wonwoo sembari melanjutkan langkah menuju kasir untuk membayar. Buket bunga yang ia pesan sudah selesai dalam kurun waktu kurang dari sepuluh menit oleh salah satu pegawai wanita Joshua bernama Leaㅡnama itu ada di pin yang tersemat di sisi kiri pakaiannya.

"Tidak ada. Orang yang kau sebut barusan tidak memilikinya. Tapiㅡ" Emily mendekatkan mulutnya ke telinga Wonwoo dengan sedikit berjinjit, suaranya menjadi pelan. "ㅡpria di depanmu itu, si pemilik toko dan tukang kasir, dia punya."

Wonwoo mendesis lalu mengumpat dalam hati. Secara otomatis matanya memandang garis wajah Joshua yang kini tengah menghitung total belanjaan Wonwoo dengan cekatan. Bunyi printer nota terdengar jelas dan detik berikutnya Joshua menyapa Wonwoo di pertemuan kedua, "Kau sungguh datang kemari, Tuan. Aku memberimu diskon lebih banyak karena sudah membantu temanku barusan."

"Itu bukanlah hal besar, aku memang akan datang kemari sebelum bertemu dengan Dokyeom."

Joshua mengangguk perlahan sementara tangannya sibuk memasukkan buket bunga milik Wonwoo ke dalam kantong plastik. "Kau membeli bunga tanda berkabung, siapapun itu aku turut berduka cita."

"Terima kasih banyak," ujar Wonwoo, ia memberikan beberapa lembar euro dan menunduk, namun matanya masih belum bisa lepas dari tangga dan harpa yang ada di bawahnya. "Ngomong-ngomong, lantai atas sepertinya gelap sekali. Aku melihat Dokyeom masuk ke sana, apa tidak apa-apa?"

Reaksi yang diberikan Joshua justru di luar dugaan. Pria itu tersenyumㅡlagi, entah sudah yang ke berapa kali. Dia juga memandang Emily yang sibuk meneliti tangkai mawar yang dipajang di meja depan tanpa suara. "Lantai dua hanya gudang yang berisi beberapa alat musik dan perlengkapan buket. Dokyeom seringkali iatirahat di sana sampai toko ini tutup lalu kami akan kembali ke rumah bersama."

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang