25; a total mess

3.5K 591 424
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[ Part ini mengandung konten "mature", dimohon pembaca bisa menyikapinya dengan bijaksana. ]


Sudah belasan menit berlalu dengan sia-sia. Rasa penasaran yang tadinya membuncah kini semakin tak bisa ditahan. Hendak melangkah namun ragu karena tak siap dengan kenyataan yang akan semakin membuat pikiran gelisah. Tetapi berdiam diri mematung juga tak bisa dianggap sebagai sikap yang benar karena membuang kesempatan untuk tahu lebih dalam.

Wonwoo dilema.

Haruskah aku mengikuti Emily dan Jeonghan?

Haruskah aku tahu lebih jelas apa yang hendak mereka lakukan?

Haruskah aku...

Terlalu banyak pertanyaan dan itu membuat Wonwoo tidak memiliki kemajuan akan bertindak seperti apa kali ini. Meskipun pikirannya sempat membeku sesaat karena keterkejutan yang melanda mengenai pengakuan Emily, Wonwoo tak bisa menahan diri ketika kakinya mulai melangkah pelan memasuki area museum yang tengah direnovasi. Ponselnya berbunyi terus-menerus yang mana Wonwoo sendiri tidak tahu siapa yang menggebu-gebu untuk berbicara dengannya di saat seperti ini.

Beberapa undakan telah dilalui Wonwoo dengan perasaan setengah hati. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Jeonghan dan Emily masih tidak bisa diterima, padahal secara harfiah Wonwoo juga tak memiliki hak apapun untuk merasa marah atau tersinggung. Mereka berdua tidak melewati batas karena Wonwoo sendiri juga memiliki posisi sebagai orang biasaㅡorang asing lebih tepatnya, sehingga akan terasa salah jika dia menghardik Jeonghan hanya karena Emily menyukai pria itu.

Entah mengapa Emily dan Jeonghan memilih museum sebagai tempat bertemu. Bangunan itu belum rampung dan pastinya di bagian dalam juga dipenuhi dengan debu. Koleksi museum diamankan di ruangan khusus untuk mencegah terjadinya kerusakan. Jadi yang tersisa hanyalah ruangan kosong berlantai keramik dengan pencahayaan yang minim.

Tanpa arahan Wonwoo mengikuti instingnya untuk berjalan menuju ruang kerjanya, karena ia pikir hanya itu satu-satunya tempat yang layak sebagai tempat bicara. Berkas-berkas dan perlengkapan lainnya tidak dipindah karena lokasinya lumayan jauh dari titik renovasi, selain itu tempatnya juga tertutup karena terpisah dari ruangan utama tempat koleksi dipajang.


"Sampai kapan?"

"Apanya?"

"Kita akan bersembunyi."

Sayup-sayup Wonwoo mendengar suara Jeonghan dan Emily ketika hendak membuka pintu ruangan kerjanya sendiri. Mereka sungguh ada di sana.

"Aku... tidak tahu."

Setelah kalimat barusan terdengar, dunia Wonwoo seakan semakin runtuh.

Hening.

Tidak ada kalimat yang terlontar selain suara kecupan dan desahan yang mengisi seluruh kekosongan.

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang