21; the hidden truth

3.6K 619 504
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Note: part ini sedikit lebih panjang.)


"Ada janji mendadak dengan teman kerjaku. Hansol bisa menyetir, jika kalian ingin pergi ke suatu tempat kabari aku lewat ponsel, jeep tak akan kubawa dan aku akan menginap."

Hoshi dan Jihoon berdiri bersebelahan di dekat pintu belakang yang setengah tertutup. Selepas membersihkan diri, mereka hendak memasak sesuatu untuk makan malam. Namun, kegiatan itu tak terealisasi karena Wonwoo memanggil mereka secara tiba-tiba. Hansol dan Emily tengah keluar membeli minuman, hanya tersisa Wonwoo dan kedua temannya yang masih berdiri mematung tidak paham.

Wonwoo membawa tas punggung berukuran sedang dan mengisinya dengan tali, satu botol air mineral, beberapa makanan ringan, hoodie dan pisau lipat. Malam memang belum terlalu larut tapi Wonwoo seolah sangat terburu-buru. Dia memakai sepatu jenis ascona suede wingtip boots warna cokelat yang dibelinya ketika peringatan resmi satu tahun bekerja menjadi pemandu museum.

"Temanku akan datang sebentar lagi. Jangan merasa asing, Jeonghan adalah seniorku di tempat kerja dan meja kerjanya ada di ruangan yang sama denganku," ujar Wonwoo sembari mengikat tali sepatu. Dia juga membetulkan letak topi dan sweater miliknya lantas memeluk Hoshi dan Jihoon bergantian.

"Kau yakin tak perlu ditemani?" tanya Jihoon, dia merasa aneh ketika Wonwoo berpamitan demikian.

Hoshi pun ikut berbicara, "Biasanya kau tak pernah berpisah dengan Nona Emily, Tuan."

Hanya segurat senyum tipis yang Wonwoo tampilkan sebagai balasan. Dia menyadari bahwa ini bukan hal yang paling benar, terutama tentang meninggalkan teman-temannya dan Emily bersama Jeonghan disaat dirinyalah sendiri yang harus melindungi mereka. Wonwoo merasa berkat yang diberikan oleh tiga dewa-dewi pada dirinya bukanlah tanpa alasan, dalam hal ini ia berperan menjadi pengatur keseimbangan dan pelindung bagi manusia spesial lainnya. Tapi tawaran Junhui terlalu riskan untuk ditolak dan diabaikan.

Jeonghan datang tepat di saat Wonwoo membuka pintu depan, ia ingat betul bagaimana nada antusias yang keluar dari mulut kawannya itu ketika Wonwoo meminta dirinya untuk datang menginap.

"Tolong jaga teman-temanku untuk satu malam di rumah."

"Hah? Memangnya kau akan ke mana?"

"Ada urusan, kau mau tidak?"

"Um... apa yang aku lakukan di sana nantinya? Mereka akan canggung ketikaㅡ"

"Oke, aku anggap kau setuju."

"Won... di sana... kau tahu maksudku."

"Tidurlah di kamarku, kau akan mati ketika aku menemukanmu masuk ke kamar Emily."

Sial memang, tapi Wonwoo tak punya pilihan lain. Karena kesal pada keputusannya sendiri, Wonwoo tak ingin ada basa-basi lagi setelahnya. Sambungan telepon ditutup dan Wonwoo yakin seratus persen pasti Jeonghan tengah menyembunyikan rasa antusiasnya dengan pura-pura terbata-bata ketika berbicara.

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang