16; chaos is getting real

3.4K 574 164
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lega.

Diantara semua kekacauan yang tiba-tiba terjadi di gedung teater malam itu; darah yang bersimbah di area panggung, harpa yang jatuh saling bertumpukan, pun dengan teriakan yang membahana di seluruh auditorium, masih ada hal yang setidaknya membuat Wonwoo bernapas lega. Ruangan sudah kosong hanya dengan hitungan detik, menyisakan Wonwoo, Emily, si pemilik gedungㅡChoi Seungcheol, Joshua, beberapa pemain harpa lainnya dan tubuh satu orang yang kritis.

Junhui sudah hilang entah ke mana.

Dan satu-satunya alasan mengapa Joshua masih berdiri terpaku ialah karena keterkejutan atas peristiwa yang terjadi barusan.

"Aku tidak tahu harus bagaimana, Em. Dokyeom selamat, tapi temannya tidak."

Wonwoo menemukan sosok Dokyeom yang tengah memegangi leher kawannya yang tengah sekarat. Goresan memanjang dan dalam itu menjadi pertanda bahwa kemungkinan teman Dokyeom bisa selamat hanya tipis belaka. Dokyeom menangis, lagipula apa yang bisa ia perbuat selain itu? Pertolongan medis tak akan datang dalam satu kali kedipan mata. Di tengah-tengah penampilan yang harusnya berjalan lancar, tiba-tiba kelopak mata Dokyeom terasa seperti basah dan ia baru menyadari bahwa itu darah temannya ketika rekan di sebelahnya ambruk menimbulkan keriuhan.

Dokyeom berteriak histeris, tangannya yang berwarna merah menunjuk rekan-rekannya yang lain supaya bertindak cepat untuk menyelamatkan nyawa temannya yang tengah terkapar. Choi Seungcheol yang masih memegangi keningnya turut andil dalam penanganan tanpa peduli jas mahalnya terkena noda darah. Pelipisnya berdarah hingga mengotori kerah kemeja putih yang ia kenakan tapi itu sama sekali tidak masalah, yang ada di otaknya hanya kepanikan luar biasa.

"Ambulans akan datang, aku sudah membersihkan area jalan keluar. Dokyeom, kau bisa membopongnya lewat pintu belakang dan aku akan keluar untuk menenangkan keadaan." Kata Choi Seungcheol, bahkan dalam keadaan segenting ini pun aura kepemimpinannya masih terlihat jelas.

"Aku tidak bisa membawanya, Pak! Senar itu melenting tepat mengenai lehernya dan akulah orang pertama yang terkena cipratan darahnya. Kakiku tak sanggup untuk berdiri sekarang!"

Joshua kemudian berlari menghampiri kawannya di atas panggung, napasnya terengah-engah. "Aku bisa membawanya keluar bersama pemain harpa lainnya. Obati dulu luka di pelipismu, Tuan, baru kau bisa keluar dan menenangkan keadaan."

"Joshua, katakan ini tidak nyata, kan?"

Dokyeom sungguh tak mampu berdiri dengan kedua kakinya sehingga Wonwoo juga harus turun langsung ke lokasi kejadian. Joshua sudah pergi membawa tubuh korban dengan cekatan melalui pintu belakang, sedangkan sisa pemain harpa lainnya menuju ruang istirahat untuk menenangkan pikiran pasca insiden.

"Tuan, bisakah aku membawa Dokyeom agar dia lebih tenang?" Wonwoo berujar pada Choi Seungcheol, dia juga memberi kode pada Emily supaya gadis itu menghentikan aksi Dokyeom yang berteriak. "Dan yaㅡini," lantas Wonwoo juga mengeluarkan sapu tangan berwarna gelap dari dalam saku celana bahannya. "Pelipismu berdarah, aku tak membawa kotak obat-obatan masuk ke auditorium. Saranku lebih baik kau tak perlu ke luar untuk memberi penjelasan karena ini murni sebuah kecelakaan."

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang