02

6.9K 275 1
                                    

Hana pov

Kutatap kembali ponselku, belum ada balasan juga.

Kuletakkan kembali ponselku, kuperhatikan bayanganku di dalam kaca.

"aku sangat merindukannya."cicitku lemah.

"aunty, ayo buruan." panggil Kezia dengan semangat.

"iya aunty datang." seruku mengambil tas tanganku terburu-buru, lalu berjalan menemui Kezia.

Kezia tampak cantik dengan stelannya.

"ayo." ucapku sambil tersenyum.

Ia langsung berjalan semangat mendahuluiku.

Setelah sampai didepan pintu Kezia berhenti tersadar tidak ada mobil yang akan kami gunakan.

"aunty kita naik apa ?" tanyanya seketika.

Suara klakson berbunyi tepat setelah pertanyaan Kezia selesai.

Senyumnya kembali merekah.

"mama naik apa pulangnya nanti aunty ?" tanya Kezia ditengah perjalanan.

"mang Adi nanti jemput mama key setelah antar kita." jawabku, dan di sambut dengan anggukkan Kezia.

Setengah jam kemudian kami sampai.
"Key, ayo turun." ucapku membangunkan Kezia.

Kezia mengucek-ngucek matanya, Lalu kutuntun dia keluar .

"makasih ya mang, nanti pulangnya saya kabari." ucapku ketika hendak turun.

"sama2 nyonya, nanti kabarin saya saja kalau mau pulang. "

"iya mang, hati2 di jalan ." pamitku dan Kezia.

Kami berjalan mengitari gedung mall ini mencari tempat yang Kezia maksud.

"Aunty itu Liana." seru Kezia ketika menangkap keberadaan temannya.

"iya, ayo kita ke sana ." ucapku, namun Kezia berlari tak sabaran.

"hati-hati Key." seruku.

Tak henti hentinya Kezia dan Liana berceloteh dengan riang sambil melihat pertunjukkan dihadapan kami, sesekali aku tersenyum mendengar ucapan mereka.

Seseorang menepuk pundakku. "hei han." sapanya.

Aku menoleh ke arah sumber suara.

"Daniel." seruku sambil tersenyum , dia membalas senyumanku.

Daniel adalah sahabat Arya ketika masa SMA.

Yaya aku dan Arya mulai berkenalan semenjak SMA itu sebabnya aku mengenal Daniel.

"sama siapa di sini ? " tanyaku kemudian.

"tuh, nemani mbak Ica lagi bawa Gwenia."
Jawabnya menunjuk mbak ica yang sedang bersama putrinya.

"oh, aku sama Kezia." jelasku tanpa ditanya Daniel.

Dia menganggukkan kepala mengerti.

"Oh ya Han besok Arya pulang dari Bandung ya ? " tanya Daniel.

"kok kamu tau ?" selidikku.

"besok Arya ngundang sekelas buat pesta kecil2an. Kabar pernikahan kalian kan mendadak, jadi temen2 pada minta pesta setelah kalian menikah jadinya Arya menyetujui besok pestanya setelah Arya sampai." papar Daniel.

" oh ya ?" ujarku terkejut. Aku dan Arya memang tidak sekelas ketika SMA.

"kamu gk tau ?"tanya Daniel ikut terkejut.

Aku menggelengkan kepala.

"iya sih, ini rencana mendadak. Mungkin nanti Arya akan mengabarimu Han." ucap Daniel menenangkanku.

"iya."ucapku lemah.

Tak terasa hari mulai gelap. Acara pertunjukan hari ini selesai.

"kezia senang?" tanyaku meski raut wajah Kezia menunjukkan senyum bahagia.

"iya aunty."
Kezia mengangguk antusias .

"Sebentar ya biar Aunty hubungi mang adi menjemput kita." ucapku sambil mengambil telpon genggamku.

Tersadar telponku tertinggal

"ya ampun Key, aunty lupa membawa telpon genggam aunty. Kita pulang naik taksi aja ya." ucapku

"iya aunty gk pa2." sambutnya tetap tersenyum.

Ditengah perjalanan menuju pintu keluar kami berpapasan kembali dengan Daniel.

"hei Dan," sapaku.

"hai. Kalian pulang naik apa?" tanya Daniel.

"naik taksi aja, aku lupa bawa handphone jadi gk bisa ngehubungi mang adi buat jemput." jawabku.

"oh, kalau gitu biar aku antar kalau gitu." serunya.

"gk , gk usah Dan. Kami naik taksi aja ."
Tolakku.

"kenapa?" tanya bingung.

"gk enak ngerepotin kamu nanti."

"yaelah Hana, kamu kayak baru kenal aja. Lagian jalan kerumah kita itu searah Han. Yok ."ajaknya sambil tersenyum.

Akhirnya kami mengikuti langkah Daniel.

Sesampainya didepan rumah "makasih ya Dan, udah nganterin kita." ucapku sebelum turun.

"iya sama2. Kamu beneran gk mau dibantuin ini." kata Daniel sambil melihat Kezia yang tertidur dipangkuanku.

"gk pa2, aku bisa mengendongnya." sahutku sambil tersenyum lalu keluar.

"hati2 ya Dan, sekali lagi makasih." ucapku setelah turun.

"Oke, aku pamit ya." pamitnya lalu pergi.

Aku memasuki rumah.

Mas Hari yang melintas di ruang tamu melihatku kesusahan menggendong Kezia langsung berjalan kearahku dan mengambil kendali Menggendong Kezia.

"Makasih ya Han, kamu sudah direpotin putriku hari ini." ucapnya

"Gk pa2 mas, aku juga senang kok." sahutku.

"yasudah kamu istirahatlah biar mas yang membawa Kezia." ucapnya lalu kubalas anggukan.

Kumasuki kamar kami, iya kamarku bersama suamiku Arya.

Kutatap sedih kesekelilingku.

Aku teringat kembali pesan yang kukirim, apakah arya telah membalasnya.

Segera kuraih hanphone dari atas meja yang tadi tak sengaja tertinggal.

Kulihat dengan seksama.

"Arya membalasnya dan tunggu, dari tadi dia mencoba menelponku" ucapku sambil tersenyum.

Ada terbersit rasa bahagia disenyumku.

"kenapa harus tertinggal sih kamu tadi" ucapku menggerutu .

Setelah itu langsung kubuka pesan dari Arya.

ARYA
*Tidak Usah. Valeri yang akan menjemputku.*

Seketika senyumku yang tadi tampak menghilang.

Aku sadar Valeri adalah sahabat Arya dari kecil.

Dalam hal apapun pasti Arya lebih mengandalkan Valeri.

Hubungan Arya dengan wanita itu sangat dekat terlebih mereka rekan 1 kantor.

Terlebih ketika pesta pernikahanku kulihat Valeri terisak sambil memeluk suamiku. Dengan sabar Arya menenangkan Valeri dan meyakinkan bahwa Arya akan selalu jika Valeri butuhkan.
Hatiku teriris mengingat kejadian itu.
Saat ini kembali kuhadapi Arya lebih memilih Valeri dibandingkan aku.

Kubaringkan badanku tanpa membalas pesan Arya.
Aku tertidur didalam kesedihanku.

---------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang