06

5.3K 232 0
                                    

Arya pov

Teman2ku sudah pulang sejak sejam yang lalu.

Aku mondar mandir di ruang tamu sambil sesekali menatap keluar.

"lagi apa Ar ?" tanya mbak Lara.

"sebenarnya Hana ke mana sih mbak kok dari tadi belum pulang?" tanyaku balik.

"kan tadi mbak udah bilang, Hana pergi beli ayam penyet permintaan Kezia dianterin Daniel." mbak Lara kembali mengucapkan ucapannya tadi.

"kenapa harus sama Daniel mbak ?" tanyaku lagi.

"tadi mobil lagi dibawa mang adi jadi kebetulan ada Daniel nawarin nganterin, yaudah Hana pergi sama Daniel." jelas mbak Lara lagi.

"huh .. " ucapku masih kesal.

"yaudah mbak kedalam dulu. Mandilah dulu Ar sambil nunggu Hana." saran mbak Lara sambil berlalu.

Mbak Lara ada benarnya juga, lebih baik aku mandi dulu, karena sejak kepulanganku dari bandung aku belum membersihkan diri.

Pukul 7 malam aku sudah selesai mandi.
Aku kembali turun ke ruang tamu.
Belum juga kulihat tanda-tanda Hana pulang.

Kulirik ponsel yang ada ditanganku Hana juga tak memberi kabar.
Sempat terpikirkanku untuk menelpon Hana, tapi ah bisa besar kepala dia jika aku menanyakan keberadaannya.

Semakin lama aku semakin tak sabar. Kuputuskan untuk menelpon Hana, namun belum sempat kupencet tombol hijau dilayar ponselku suara mobil memasuki pekarangan terdengar.

Kuurungkan niatku, lalu aku memilih duduk sambil memainkan ponselku. Aku tak mau terlihat sedang menunggunya.

Hana membuka pintu rumah dan memberi salam.

Tak ada jawaban.

Hana berjalan masuk.

"Dari mana ?" tanyaku dingin.

Kulihat langkahnya terhenti karna pertanyaanku.

"beli ayam penyet buat Kezia." jawabnya dengan suara pelan, namun bisa kutangkap dia takut.

"buat Kezia?" aku bertanya dengan tertawa mengejek.

Hana menganggukkan kepalanya lalu tertunduk.

"kau tau Jam segini Kezia sudah selesai makan malam, bahkan sekarang dia sudah tidur." bentakku marah.

Hana hanya terdiam tertunduk.

"kenapa ? Kau sengaja pergi karna tak senang dengan teman2ku." tuduhku padanya.

"bukan Ar, aku tak bermaksud." ucap Hana menatapku sekilas seakan meyakinkanku.

Tapi tetap saja aku tak percaya.

"atau kau sengaja ingin berduaan dengan Daniel." tuduhku lagi.

Ia menatapku tak percaya. Tatapan apa itu, mengapa dia menunjukkan tatapan seperti itu padaku.

"aku sangat mencintaimu Arya." ucapnya dengan nada kecewa lalu pergi menuju dapur meletakkan ayam penyet yang dibawanya tadi.

Setelah itu dia berjalan menghiraukanku yang terdiam menuju kamar.

------------------------

Hana pov

Aku tak percaya Arya mengucapkan kalimat itu.

Sekarang aku mengerti tak sedikitpun Arya percaya pada perasaanku.

Aku kecewa.

Aku berjalan kearah dapur meletakkan ayam pesanan Kezia.

Iya aku salah karna tak memberi kabar. Tapi karna ponselku kehabisan daya.
Aku juga tak berniat pulang semalam ini.

Aku berjalan menuju kamar tak memperdulikan Arya terdiam atas ucapanku.

Aku masuk ke dalam kamar. Ku duduk didepan kaca.

Tiba2 sebulir air mataku jatuh, buru2 kuhapus dan aku beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

Aku tak ingin Arya tau aku menangisinya.
Saat aku masuk kamar mandi kudengar pintu kamar terbuka, kupercepat gerakanku menutup pintu kamar mandi.

Lebih baik aku berendam untuk melepaskan semua kesedihanku. Aku menghirup aroma terapi yang sengaja kutuangkan lebih banyak untuk membantuku menetralkan perasaanku.

Ntah sudah berapa lama aku berendam.

Aku tak sadar, aku tertidur.

Kurasakan tubuhku menggigil.

Aku yakin bibirku pasti tampak membiram.

Aku sangat kedinginan. Rasanya kakiku kaku untuk melangkah.

Kupaksakan melangkah. Kuraih bathrobeku , kupakai dengan cepat.

Aku keluar dari kamar mandi.

Seketika kulihat Arya memandangku khawatir.

Hahaha aku pasti berhalusinasi karna terlalu kedinginan.

Aku berjalan cepat keatas tempat tidur.

Kutarik selimut hingga menutup wajahku.

"Han." panggil Arya.

Aku tak sanggup untuk menjawabnya.

Kurasakan semua tubuhku dingin.

"Hana." panggil Arya lagi.

Karna aku tak kunjung menjawab Arya membuka paksa selimut dari wajahku.

"tolong Ar, aku kedinginan." pintaku lemah.

Akhirnya dia menutup kembali tubuhku dengan selimut.

Beberapa saat kemudian dia keluar.

Aku mendengus lalu kembali kurasakan kedinginan pada seluruh tubuhku.

Tak berapa lama Arya keluar, kudengar pintu kamar kembali terbuka lalu ditutup pelan.

"Han, minumlah dulu ini." ucap Arya membuka selimutku dan menyodorkan teh.

Aku tak sempat memikirkan hal apapun, aku hanya ingin dingin ini segera pergi.

"pelan-pelan Han." ucap Arya lagi. Aku tak menjawab.

Setelah selesai minum aku kembali berbaring lalu kutarik selimutku kembali.

Arya meletakkan gelas di nakas sebelahku, lalu pelan -pelan kurasakan Arya mulai membaringkan tubuhnya disampingku.

Setelah itu aku tak mendengar aktivitas apapun. Akupun larut dalam tidurku.

-------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang