13

4.7K 203 1
                                    

Arya pov

Banyak sekali pekerjaan yang harus kukerjakan hari ini sehingga menyita waktuku.

Kulihat jam tanganku, sudah pukul setengah 7. Hana pasti belum makan.

Kutancap gas menuju RS. Untung jalan lumayan senggang. Tak sampai setengah jam aku sudah berada di rumah sakit.

Aku menuju ruangan Hana setengah berlari.
Kubuka pintu ruangan Hana.
Kulihat dia baru tersadar dari lamunannya.
Dia memandangku lalu tersenyum.

"kau sudah makan?" tanyaku sambil mendekatinya.

"aku menunggumu." ucapnya dengan senyum masih melekat.

"huh bodoh, bagaimana jika aku tidak datang hari ini apa kau mau tambah sakit?" ujarku canggung menanggapi ucapannya.

"aku percaya kau akan datang." ucapnya yakin.

"hh. Baik lah sekarang ayo kau harus makan." ucapku menyudahi kecanggungan ini.

"kalau begini terus, aku akan gendut. Dan kau akan melirik wanita lebih cantik." ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya setelah selesai makan.

Aku memaksanya untuk menghabiskan semua makanannya.

Aku terkekeh mendengar ucapannya.

"mengurus wanita satu sepertimu saja susah apalagi lebih, aku tak berniat menambah deritaku. " candaku.

"aku tak percaya ucapanmu Ar." ucapnya masih kesal.

"terserahmu mau percaya atau tidak. Lihat lah sekarang menghadapi wanita dihadapanku yang sedang kesal ini saja aku hampir frustasi apalagi ada banyak wanita sepertimu. Kurasa cukup satu." ucapku seraya meyakinkannya.

Dia tersenyum mendengar ucapanku.

"apa kau sudah makan Ar?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"terakhir aku makan tadi kira-kira pukul 5 sore." ucapku sambil berfikir kapan terakhir makan.

"kau juga harus menjaga kesehatanmu Ar, aku tak mau setelah aku sembuh malah harus merawatmu." aku mendengarnya hampir tertawa namun kutahan.

"itu lebih baik. Agar kau merasakan bagaimana repotnya membagi waktu antara menjagamu dan bekerja." ucapku, kulihat perubahan wajah Hana.

Aku tak bermaksud membuatnya sedih, aku hanya ingin bercanda dengannya namun aku tak menyangka Hana menanggapi dengan serius.

Diraihnya tanganku yang berada disampingnya lalu digenggamnya. Dia berbaring menghadapku.

"maaf Ar, aku merepotkanmu." ucapnya sambil mempererat genggamannya.

Aku tak berniat menarik tanganku, aku merasa nyaman.

"aku ngantuk Ar, bolehkah biar seperti ini dulu" ia meminta ijinku, aku mengganggukkan kepala.

Kulihat perlahan Hana tertidur.
Kupandang wajah Hana. Hari ini dia tampak lebih membaik. Aku tersenyum melihatnya.

------------------------

Aku terbangun mendengar ponselku berdering.

Aku tersadar tanganku masih digenggam Hana.

Pelan-pelan kutarik tanganku agar tak membangunkan Hana.

Kuangkat telponku sambil menjauh dari Hana.

"Halo Ler, ada apa pagi-pagi seperti ini kau menghubungiku." ucapku.

"apa kau tak baca grup Arya, semua teman-teman pada nanyak Hana dirawat di mana."

"kenapa harus kau beritahu Leri, kalian tak perlu repot-repot Hana sudah mulai sembuh." komentarku.

"mereka terlanjur tau Ar, apa salahnya tinggal mengatakan." ucap valeri.

"oke, oke aku akan membalas grup."ucapku lalu menutup telponnya.

Setelah membalas chat di grup SMAku aku kembali masuk.

"dari mana Ar?" tanya Hana, ternyata dia sudah bangun.

"menjawab telpon Valeri." jawabku.

"oh.." ucapnya lalu kembali terdiam.

"kau mau makan Han, biar setelah itu aku pulang dan ke kantor." ucapku.

Hana menggangguk setuju.

Baru saja Hana selesai makan pintu kamar diketuk seseorang.

"silahkan masuk." seru Hana.

Tampak Daniel menampakkan wajahnya.

"hai Han, hai Ar." sapanya.

Aku menggerutu akan kedatangan Daniel. Ini salah satu yang kuhindari ketika Kabar Hana sakit masuk di grup.

"gimana kabarmu Han?" tanyanya lalu duduk di seberangku.

"sudah lebih baik Daniel. Kau tak perlu khawatir." jawab Hana.

"syukurlah kalau begitu." ucap Daniel.

"kau tak kerja Ar ?" sambung Arya bertanya sambil melihatku masih duduk disamping Hana.

"oh iya, pulang lah Ar tadi bilangnya mau pulang dulu dan kekantor." Jelas Hana.

"tenang aja Ar, istrimu aman bersamaku." ucapnya meyakinkanku namun aku tak yakin.

"kau belum minum obat Han."elakku.

"biar aku yang akan memberikannya Ar." tawar Daniel.

"iya Ar, biar Daniel aja. Kau bisa pulang sekarang. " ucap Hana.

Aku kesal. "oke aku pulang dulu, titip istriku Dan. " ucapku beranjak.

Buru-buru aku pergi dan dalam pikiranku akan segera kembali ke rumah sakit.

Enak saja aku membiarkan Hana berduaan dengan Daniel.

---------------------------------------

To be with You (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang