Day - 23

17.5K 2.6K 88
                                    

Layaknya seperti samudera yang tak teraba daratan, kadang kali hatinya terlalu sulit untuk ditebak rasa.
*****
Aequalis
Keping 23
*****

Sekali lagi, Rivera sulit menerima kenyataan tentang perubahan sikap Samudera yang semakin hangat. Hari-hari yang ia lalui terasa semakin aneh, bahkan tak jarang para relawan yang dikenali Rivera menyapa untuk sekedar menanyakan hubungannya dengan Samudera. Bahkan kata cie tak lagi asing ketika kadang kali ia bertemu Samudera hanya untuk berpapasan.

Rivera tidak bodoh, ia sendiri sudah mampu meraba hatinya, meski ia sendiri belum yakin. Perlakuan Samudera kepadanya, jelas lebih intens dibandingkan dengan sesama relawan. Yang ia tidak tahu adalah motif Samudera dibalik perubahan sikapnya.

Faktanya, ketika Samudera meminta waktu untuk sekedar mengobrol dengan Rivera usai makan malam, gadis itu kabur ke tendanya dan pura-pura tidur. Padahal, ada organisasi masyarakat dan berberapa artis yang baru yang datang, mengadakan api unggun, kegiatan kecil untuk membuat trauma masyarakat menghilang. Rivera menyesal karena melewatkan acara itu. Namun, logikanya lebih cepat menguasai. Ia tidak mau terbuai dengan perubahan sikap Samudera yang membuat suasana hatinya sendiri menjadi kacau. Dan hal itu terus berlangsung hingga pagi. Sebisa mungkin ia menghindari relawan PLN yang tanpa sengaja melintas di sekitar tendanya.

"Ada apa sih, Riv? Mondar-mandir di dalam tenda dari tadi? Kalau mau keluar, ya keluar aja. Aneh banget, deh!"

Rivera menautkan kedua tangan, sembari bola matanya bergerak gelisah. "Ehm... Relawan PLN sudah berangkat belum, ya?"

Ovi menjentikan jarinya, "Oh, jadi kamu lagi kucing-kucingan sama Pak Samudera? Ya ampun kayak anak abege aja ngambeknya!"

"Nggak kucing-kucingan. Aku hanya merasa... Aneh sama perubahan sikap dia dari hari ke hari."

Ovi memilih membuka makanan ringan yang baru saja dia ambil dari dapur umum. "Ya ampun Riv! Perlu aku getok kepala kamu pakai stampher nggak? Baik Bapak-bapak, Ibu-Ibu semua yang ada disini, relawan ataupun korban bencana, pasti menganggap kamu dan Pak Samudera itu pasangan."

Rivera mencibir. "Ya kali, pasangan hobinya ajak debat."

Ovi menggeleng tak habis pikir dengan pikiran polos sahabatnya. "Begini, ya. Efek jomblo dari lahir. Suka denial. Jangan salah, lho! Kalian itu pasangan debat yang sepadan! Nyesel aku nggak comblangin kamu sama perawat-perawat kece tempat kerja kita dulu! Jadi o'on masalah hati."

Rivera masih saja mengelak. "Ya namanya pasangan mana bisa asal comot! Produce 101 tiap season aja selalu cari yang paling baik buat debut!"

Ovi memasukan berberapa potong snack ringan dalam mulutnya. Sedangkan raut wajahnya, terlihat sangat santai. "Nih, ya. Aku bocorin, banyak banget yang nggak sengaja lihat kamu lagi berduaan sama Pak Samudera. Nggak jarang ada yang tanya aku tentang hubungan kalian. Daripada timbul fitnah yang melanggar norma, aku iyain aja kalian pacaran bentar lagi mau tunangan."

Tentu saja darah Rivera langsung berpacu menuju kepala. Apalagi Ovi mengatakannya tanpa raut bersalah. Ini bahaya! Bagaimana jika Samudera tahu dan berpikiran tidak-tidak? Kemana keberanian Rivera yang tidak gentar menghadapi apapun?

"Ovi! Ngeselin banget, sih! Itu malah lebih parah tahu!"

Namun, Ovi mengangkat bahu, seakan kalimat bernada tinggi dari Rivera hanya angin lalu. "Ya daripada kamu dicap aneh-aneh, kan? Dimanapun kita, sekarang adalah tempat umum. Kota ini masih dalam masa pemulihan, apapun yang terjadi akan terlihat mencolok."

Benar juga. Batin Rivera akhirnya membenarkan. Namun, ia tetap tidak terima dengan gosip yang terlanjur menyebar. Ini semua karena perlakuan aneh Samudera padanya! Sekarang, ia hanya punya dua pilihan.  Terus menghindari Samudera sampai laki-laki itu kembali ke asalnya, atau memperjelas semua yang terjadi dan menjauh setelahnya.

AequalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang