"Kamu langsung ke ruangan Kakak ya, Kakak langsung ke ruang pertemuan soalnya." Ujar Kak Namjoon saat kami sudah sampai di lobby perusahaannya.
Memastikan aku mengangguk, dia tersenyum lalu mengacak-acak rambutku. Setelahnya dia terlihat buru-buru menaiki lift sebelah kiri. Dan aku pun mulai berjalan ke lift sebelah kanan, menuju ke ruangan Kak Namjoon.
Perusahaan Kak Namjoon tidak terlalu besar, namun nyaman sekali. Bentuk interiornya saja sangat artistik. Perusahaan Kak Namjoon cukup sukses bila dilihat dari waktu pendiriannya. Kak Namjoon sangat berkerja keras dari semenjak dua tahun yang lalu untuk membangun perusahaan ini. Saat itu umurnya baru menginjak 21 tahun dan dia juga masih menjalankan studi gelar masternya.
Bahkan waktu itu mungkin menjadi tahun yang paling melelahkan bagi Kak Namjoon. Tidur kurang, pulang jarang, interaksi dengan kakak dan adiknya pun tidak sesering biasanya. Papa sudah mau membantu, dengan cara mempromosikan perusahaan Kak Namjoon pada rekan kerjanya. Tapi tentu saja Kak Namjoon menolak dengan alasan dia ingin merasakan sendiri suka dukanya membangun perusahaan. Applause for Namjoon!
Sama dengan bagian lobby dan seisi ruangan lainnya, ruangan Kak Namjoon sendiri juga memiliki interior yang benar-benar memukau. Bahkan walaupun Kak Namjoon seorang pebisnis, di dalam ruangannya masih ada beberapa pajangan dari karakter kaws. Aku tidak mengerti kenapa Kak Namjoon sangat menyukai karakter itu. Aku sempat bertanya tapi Kak Namjoon selalu menjawab "kamu tidak akan mengerti, Adik sayang." Jadi ya sudah, selama Kak Namjoon tidak pernah menggunakan uangku untuk para kawsnya itu, aku tidak mau mengusiknya.
Aku selalu betah berada di ruangan Kak Namjoon, walau pun aku jarang sekali main ke perusahaannya. Bahkan mungkin tidak banyak karyawan yang tahu kalau aku adik dari pemilik perusahaan yang mereka tempati untuk bekerja. Contohnya satu orang yang membuatku ingin membakarnya hidup-hidup saat ini. Siapa? Sekretaris baru Kak Namjoon!
Sebelumnya aku hanya tiduran sambil memainkan ponselku di sofa panjang yang terdapat dalam ruangan Kak Namjoon. Saat aku masuk pun aku tidak melihat sekretaris baru itu. Barulah lima belas menit aku tiduran dia masuk ke dalam ruangan dengan mata menatapku tajam.
"Heh! Kamu siapa?" Aku yang sedang asik dengan ponselku otomatis kaget mendengar suara cemprengnya yang sangat tiba-tiba.
"Mbak juga siapa masuk-masuk ruangan Kak Namjoon? Saya baru lihat Mbak di sini." Ujarku masih dengan nada suara yang biasa saja.
Dia menatapku tidak suka. "Seharusnya saya yang nanya begitu ke kamu! Saya sekretaris Pak Namjoon, jadi wajar saja saya keluar masuk ruangannya."
Aku hanya mengangguk-angguk mencibir dan kulihat dia semakin kesal. Aku terlalu paham soal Kak Namjoon, mendengar apa yang dikatakan wanita itu membuatku berpikir negatif kepadanya. Masalahnya adalah "Setahu saya sih Kak Namjoon tidak pernah suka ada orang yang memasuki ruangannya tanpa izinnya."
"Saya sekretarisnya, dan Pak Namjoon sudah percaya pada saya. Nah lalu denganmu? Bukannya kamu seenaknya juga masuk ruangan Pak Namjoon? Kamu siapanya Pak Namjoon?"
"Mbak kepo deh."
Wanita itu mendelik ke arahku. "Atau kamu termasuk salah satu mainannya Pak Namjoon? Lihat saja, kau masih SMA, pulang sekolah langsung main ke kantor Pak Namjoon. Heh, Dek! Sekolah dulu yang bener, jangan suka main sama om-om dulu. Astaga anak jaman sekarang!"
Aku geram, tentu saja. Aku dibilang mainan Kak Namjoon yang masih SMA. Dan secara tidak langsung dia mengatakan aku adalah anak tidak baik-baik. Hah, tahu apa dia tentangku? Oh dan dia bilang juga aku suka main dengan om-om? Plis deh, Kak Namjoon masih 23 tahun, om-om dari mananya anjir? Bahkan kalau pun semisal Kak Namjoon bukan kakakku dan aku berpacaran dengannya, itu masih belum bisa dikatakan aku berpacaran dengan om-om tau!
KAMU SEDANG MEMBACA
Family BTS
Fiksi PenggemarApa rasanya memiliki kakak laki-laki tujuh sekaligus? Dengan berbagai macam kelakuan yang membuat Seunji terkadang tidak habis pikir mengapa mamanya kuat sekali merawat ketujuh anak lelaki yang kelakuannya berbeda-beda itu. "Ya capek, bahkan saat J...