Aresha mengerjapkan matanya kemudian memilih untuk duduk di tempat tidur. Sebenarnya Aresha penasaran siapa yang datang, tetapi ia tidak mungkin keluar saat ini.
Sementara itu, Dehaan membuka pintunya mendapati Hana di sana. Dehaan mengangkat alisnya, kemudian sedikit bergeser ke luar. Dehaan tidak sepenuhnya membuka pintu, ia tidak bisa memastikan Aresha tidak akan keluar dari kamarnya. Dehaan mengangkat alisnya.
"Kenapa?" tanya Dehaan.
"Gue mau minjem buku Biologi, boleh?" tanya Hana, kemudian tersenyum. Dehaan berfikir sebentar, kemudian mengangguk.
"Boleh." Dehaan melihat sebentar ke dalam, ia melihat hoodie Aresha di atas sofa, dan juga ponsel cewek itu di atas meja.
Sepertinya ia tidak usah menawarkan Hana masuk. jika tidak, bisa terbongkar semuanya. "Tunggu di sini ya," kata Dehaan, menutup pintu.
Dehaan berjalan masuk ke kamarnya kemudian mengambil buku Biologinya.
"Siapa?" tanya Aresha.
"Hana, mau minjem buku Biologi katanya," jawab Dehaan.
Aresha mendengus mendengar itu, dan memilih untuk memakan pizzanya saja. Cewek itu benar-benar tidak suka pada Hana sepertinya dan alasannya itu karena Hana sepertinya benar-benar menyukai Dehaan. Aresha tidak suka itu.
"Sha, lo kenapa?" tanya Dehaan melihat Aresha yang makan dengan kesal.
"Bilang aja lo nggak ada bukunya, kenapa sih?!" Aresha menendang selimut "Gue nggak suka sama dia."
Dehaan duduk di sebelah Aresha kemudian mencubit pipi cewek itu membuat Aresha mengaduh, "Lo kan sukanya sama gue, Sha," ucap Dehaan, mencubit pipi cewek itu.
"Maksudnya, gue nggak suka dia yang deket-deketin lo gitu," kata Aresha kesal, "Atau lo juga suka sama dia ya?! Terus kalian mau pacaran, habis itu ...."
"Ini cuma buku, nggak ada hubungannya sama perasaan, Sha," ucap Dehaan menyela omongan Aresha yang berlebihan, lalu segera keluar dan memberikan bukunya pada Hana.
"Makasih ya, Dehaan," ucap Hana, mengambil buku Biologi dari tangan Dehaan.
"Iya." Dehaan menjawab. Dehaan segera masuk bahkan sebelum Hana pergi dari depan apartemennya.
Sementara Hana berfikir, kalau Aresha dan Dehaan itu tetanggaan pasti Dehaan tahu dimana apartemen Aresha.
Ia memencet bel pintu lagi. Dehaan membuka pintu, dan mengangkat alisnya bertanya. "Lo sama Aresha kan tetanggaan, gue mau nanya apartemen Aresha yang mana ya?" tanya Hana.
Dehaan terdiam. Ia berusaha memikirkan ribuan alasannya untuk pertanyaan ini. "Kayaknya dia lagi nggak ada di apartemennya deh," kata Dehaan, diam-diam resah karena Hana sepertinya tidak mau pergi dan masih ingin bertanya lagi.
"Nggak apa-apa, gue cuma mau tau yang mana apartemennya, itu aja kok," kata Hana dengan tenang, berlawanan dengan Dehaan sekarang, cowok itu kebingungan mau menjawab apa.
Lagipula kenapa Hana penasaran sekali dengan itu?
"Dia nggak mau orang lain tau dimana apartemennya," ucap Dehaan sembarangan. Berharap Hana tidak bertanya lagi dan segera pergi dari hadapannya.
Cewek itu mendenguskan tawanya, "Orang lain? Gue kan temennya," kata Hana. Teman? Aresha bahkan berulang kali kesal dengan apapun yang berhubungan dengan Hana, khususnya saat Hana mendekati Dehaan.
"Teman itu orang lain juga," ucap Dehaan mengedikan bahunya.
"Lo kan juga temennya, kenapa lo boleh tau?" tanya Hana penasaran. Dehaan menghela napas.
"Dia pacar gue dan juga tetangga gue, mau dia nggak kasih tau sekalipun gue juga bakalan tau dia tinggal di mana," jawab Dehaan kemudian tersenyum. Hana mengangguk paham.
Diam-diam Dehaan bersumpah jika Hana masih bertanya lagi, ia akan masuk ke dalam dan membanting pintunya.
Dan benar, sepertinya Hana ingin bertanya lagi, namun baru saja Dehaan hendak menjalankan rencananya yaitu membanting pintu, tiba-tiba suara pintu yang di tutup keras mengalihkan perhatian mereka. Aresha melakukannya.
"Ada orang di apartemen lo?" tanya Hana penasaran.
"I ... itu si Tio! Iya, Tio. Gue masuk dulu ya. takutnya dia ngancurin barang- barang gue lagi," kata Dehaan dengan gugup, segera masuk dan menutup pintu.
Hana mengerjapkan matanya bingung, ia tidak yakin yang di dalam apartemennya Dehaan adalah Tio. Karena jika benar itu Tio, mengapa Dehaan terlihat panik sekali. Hana menghela napas kemudian memilih untuk pulang.
Cewek itu berjalan sembari melihat masing-masing pintu apartemen yang ia lewati. Penasaran dimana Aresha tinggal, kemudian ia memasuki lift, dan terkejut mendapati Tio di sana, hendak keluar dari lift.
"Hana! Lo ada di sini? Ngapain?" tanya Tio, keluar dari lift.
"Minjem buku Dehaan." Hana menjawab.
"Ooh, yaudah gue duluan ya," kata Tio lalu berjalan melaluinya, Hana bergegas masuk ke dalam lift.
Tunggu. Jika itu adalah Tio, lalu siapa orang yang ada di apartemennya Dehaan tadi? Jika itu teman cowok, Dehaan tak mungkin sampai berbohong begitu.
Jangan-jangan, yang Hana pikirkan selama ini benar?! Dehaan tinggal bersama Aresha! Ya. Hana tidak tahu saja kalau itu seratus persen benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Live With A BadBoy 2✔️ [sudah terbit]
Novela Juvenil[sudah diterbitkan oleh Momentous Publisher tanggal 25 Maret 2021] [Beberapa Part sudah dihapus] Penulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu...