23 || Untuk sementara

40.6K 2K 447
                                    

Bagas mengusap pipi Keyra pelan. Tangan nya terulur untuk menangkup kedua pipi Keyra yang semakin lama semakin berisi. Ditatapnya wajah Keyra lekat-lekat. Tanpa sadar, Bagas pun mendekatkan wajahnya lalu mengecup kening Keyra lembut.

Keyra terpejam. Menikmati apa yang sedang di lakukan Bagas terhadapnya.

"Key." panggil Bagas pelan.

Keyra terdiam.

"Aku mau ngomong suatu hal sama kamu." ucap Bagas yang terdengar serius.

"Apa?." tanya Keyra pelan.

"Aku.. Aku mau ke luar negri." ucap Bagas akhirnya.

Keyra mengerutkan keningnya bingung lalu menatap Bagas dengan pandangan bertanya.

"Buat apa?." tanya Keyra tidak mengerti.

"Ada satu hal yang harus aku urus." jawab Bagas.

"Tapi apa?." tanya Keyra lagi.

"Kamu gak perlu tau. Yang penting, aku bakal terus memenuhi kebutuhan kamu dan calon anak kita nanti." ucap Bagas terdengar ragu.

"Untuk berapa lama?." tanya Keyra sembari tersenyum.

Bagas menggelengkan kepalanya.

"Aku juga gak tau." jelas Bagas lagi.

Keyra menggigit bibir bawahnya bingung. Sebenarnya, ia tidak mau Bagas kemana-mana. Tapi.. Sudahlah. Mungkin ada satu hal yang mengharuskan Bagas untuk pergi.

"Oke. Gapapa." jawab Keyra akhirnya.

***

Disinilah Bagas berada sekarang, dengan Agatha yang selalu setia berada di sisinya.

Mereka tengah berada di Kanada. Negara yang Agatha pilih untuk hidup berdua bersama Bagas.

Kejadian itu sudah berlangsung selama tujuh bulan lamanya. Tepatnya, saat ia meminta ijin kepada Keyra untuk menyelesaikan urusan nya di luar negeri.

Tujuh bulan mereka-- Bagas dan Keyra --tidak saling menghubungi. Lebih tepatnya lagi, Bagas yang dengan sengaja mengganti nomer ponsel nya dengan yang baru.

Jauh dalam lubuk hatinya, ia ingin melihat perkembangan anaknya. Tapi, menurutnya Agatha jauh lebih penting dari semuanya. Soal kebutuhan Keyra. Bagas masih setia dengan mengirimkan sejumlah uang yang bisa di bilang tidak sedikit kepada Keyra.

"Sayang, aku mau jalan-jalan." ucapan Agatha membuyarkan lamunan Bagas.

Bagas menoleh, menatap Agatha yang masih dengan setia berada di sampingnya.

"Kemana?." tanya Bagas singkat.

"Kemana aja, terserah kamu." jawab Agatha dengan menampilkan senyum terbaiknya.

Bagas tersenyum mendengarnya, tangan nya terulur untuk mengusap kepala Agatha pelan.

"Oke, sekarang kita siap-siap dulu ya." ujar Bagas lagi.

Ketika Bagas hendak bangkit dari duduknya. Tiba-tiba Agatha mencekal pergelangan tangan Bagas dengan kuat-kuat.

Bagas pun menguburkan niatnya untuk bangkit dari duduknya lalu kembali menatap Agatha dengan kebingungan yang tertera dengan jelas di sorot matanya.

"Soal.." ucap Agatha menggantung.

"Soal apa?." ucap Bagas menanggapi.

"Soal pernikahan kita bulan depan. Kamu beneran kan?." tanya Agatha takut-takut.

Bagas menghela nafasnya dengan gusar. Tangannya langsung mengusap wajahnya dengan kasar.

"Apa kita gak bisa nunggu anakku lahir terlebih dahulu?." tanya Bagas hati-hati.

Agatha mengerucutkan bibirnya keatas. Tangan pun sudah terlipat di depan dada.

"Kenapa emangnya bagas?. Astagaaa anak kamu itu lahir dua bulan lagi. Pasti lama banget kan? Aku gak mau?!." protes Agatha tidak terima.

"Tapi--"

"Gak ada tapi Bagas." tegas Agatha lalu melenggang pergi dari hadapan nya.

***

Sedikit sedikit dulu aja ya.. Biar part nya agak banyak.. Hehe..

Btw, ini mau end loh. Sok request end nya mau apa?.

Bye...

Marrying With A Lecturer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang