Kelanjutan dari bab ketiga bagian sebelumnya, setelah Kagura menyuruhku untuk membeli bahan makanan untuk sarapan kami berempat, Aku dan Aoi-san lalu pergi ke mini market terdekat untuk membeli bahan makanan. Sepanjang perjalanan, aku dan Aoi-san tidak bicara sama sekali.
Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu ingin membicarakan apa. Aoi-san juga sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Karena dia berkali-kali melihatku padaku, tapi tidak pernah berhasil untuk mengatakan apa-apa. Mungkin sebaiknya aku yang mulai bicara duluan.
Tapi topik apa yang harus kubicarakan ? aku tidak pandai membuat bahan pembicaraan. Atau aku bertanya saja ya soal sarapan yang akan dibuat nanti di rumah ? Kurasa topik pembicaraan itu cukup tepat untuk dibicarakan saat ini. Ya, sebaiknya itu saja.
Tapi saat aku ingin menanyakannya kepada Aoi-san, tiba-tiba Aoi-san juga menghadap padaku untuk menanyakan sesuatu juga.
“Ano, Aoi-san !”
“Fuyuki-kun !”
“Ya, kenapa Aoi-san ?”
“Tidak, kau saja duluan ! kau tadi ingin mengatakan apa ?”
“Tidak apa ! kau saja yang duluan, Aoi-san !”
“Pembicaraanku tidak terlalu penting kok. Kau saja yan duluan, Fuyuki-kun ! kau ingin menanyakan apa ?”
“Bukan apa-apa. Aku hanya ingin bertanya sarapan apa yang sebaiknya kubuat nanti di rumahku ?”
“Apa tadi kau tidak menanyakannya kepada Mizuka-san dan Midori-san ?”
“Jika aku sudah menanyakannya, sekarang aku tidak perlu bertanya, Aoi-san ! Karena sekarang kau sedang ada bersamaku, jadi aku bertanya padamu.”
“Huh ! dasar ceroboh ! seharusnya kau tanyakan dulu pada Mizuka-san dan Midori-san !”
“Aku tahu aku telah ceroboh. Jadi menurutmu aku harus membuat apa, Aoi-san ?”
“Kenapa kau bertanya padaku ?”
“Mungkin saja tadi malam kalian membicarakan tentang sarapan apa yang ingin kalian makan atau makanan apa yang sedang kalian ingin makan ?”
“Memangnya kau kira, kami sebagai perempuan akan membicarakan soal makanan apa ?”
“Bukan begitu maksudku. Yang aku maksud, mungkin saja semalam, kalian merencanakan ingin membuat makanan apa untuk sarapan kalian ?”
“Kami tidak membicarakan hal seperti itu !”
“Kalau begitu sebaiknya aku membuat apa ya ?”
Aoi-san lalu terdiam sebentar. Setelah agak lama terdiam, dia lalu mengatakan sesuatu.
“Bagaimana kalau nasi kari ?”
“Eh !? Kenapa nasi kari ?”
“Yah, hanya pendapatku sendiri sih. Dan lagi, aku sudah lama tidak makan nasi kari. Lagipula aku ingin mencoba nasi kari buatanmu, Fuyuki-kun !”
“Apa kau yakin !? aku tidak yakin kau akan menyukainya nanti.”
“Mana kita tahu kalau tidak di coba ?”
“Baiklah kalau begitu. Berarti kita perlu membeli bahan-bahan untuk membuat nasi kari.”
“Apa kau tahu bahan-bahannya ?”
“Yah, kurang lebih !”
“Baguslah !”
“Oh iya ! tadi kau ingin mengatakan apa, Aoi-san ?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Live for Life
Dla nastolatkówCerita Live for Life berpusat pada Odayaka Fuyuki yang menjadi tokoh utama laki-laki sekaligus pencerita. Live for Life menceritakan kehidupan Fuyuki sejak dia kehilangan orang tuanya sampai dia menikah dan cerita orang-orang yang ada disekitarnya...