"Walau tak seindah yang terlihatTak berjalan yang kuharap
Aku takkan kemana
Walau tak bersama sebagai dua orang
Saling mencinta
Biarkan aku mencinta dengan caraku
Dan kamu dengan caramu."
This ending is about:
Gunawan Baratadewa
Jenifer AkiaraAlso
The guilty pleasure
They ever had.•
GUNAWAN
Jakarta, January 2018.
Sejak SMA, gue nggak bisa menghilangkan kebiasaan yang satu ini nggak peduli sebanyak apa protes yang gue terima dari teman-teman gue. Alma yang paling sering protes pun sepertinya udah capek sendiri karena nggak pernah gue gubris. Habis gimana ya? Gangguin cewek setan satu ini sudah menjadi kesenangan tersendiri sih bagi gue. Jadi mau disuruh berhenti pun, paling hanya sehari atau dua hari saja. Kalau udah bosan, ya gue gangguin lagi deh manusia ini.
Kenapa orang-orang sampai protes?
Oh, jelas. Pasti karena mereka nggak tahan mendengar suara melengking seorang Jenifer Akiara, cewek titisan nenek lampir yang teriakannya lebih sumbang dari suara kaleng rengginang yang dilempar dari lantai dua. Apalagi setiap gue jahilin, makin nggak terkendali deh teriakannya si nenek lampir itu.
Seperti sekarang ini.
"GUNAWAN SETAN, MATI LO SAMA GUE!"
Ketika sebuah benda melayang menuju kepala gue, gue refleks menunduk untuk menghindar sembari tertawa. Intensitas bergulat kami bisa dibilang lebih sering daripada jadwal gue mencuci sepatu, membuat refleks gue terlatih cukup baik, sehingga untuk menghindari serangan mendadak seperti sepatu yang tiba-tiba melayang seperti ini sih udah jago. Insting gue beda-beda tipis sama vampir dalam film yang sering banget diputar di televisi. Siapa tuh namanya? Jekop? Sekop? Eh, kayaknya itu nama manusia serigalanya, deh?
Halah, masa bodoh lah sama si vampir.
Saat gue lengah dan tangan gue bisa diraih oleh Jennie, tawa gue justru semakin kencang. Jennie yang nggak senang akhirnya melayangkan sebuah jambakan. Harus gue akui kalau tenaga dia jauh lebih kuat dari cewek pada umumnya. Bahkan jauh lebih kuat dari Alma yang notabene-nya seorang atlet basket.