Jika kalian membaca ini, rapatkanlah selimut kalian. 'Kan kuhantarkan kisah klasik tentang mimpi, ambisi, dan merelakan.
Tentang mereka.
Si gadis dengan mimpinya.
Dalam langkah tersaruk, ia berusaha menggapai mimpi yang tergantung di ujung dunia. Halang merintang, menjegal kakinya yang terpincang. Lelahnya meminta berhenti, tapi sadarnya memahami bahwa tak ada lagi tempat untuknya selain ujung dunia, di mana mimpi telah menunggunya. Bermimpi atau tidak bereksistensi, begitu katanya.
Si pemarah dengan ambisinya.
Berada di tengah kesempurnaan tak lantas membuatnya bersedia beramah-tamah pada kehidupan. Amarah kekal di dalam dadanya. Mengakar, siap membakar dirinya hingga habis. Melawan yang tak berkekuatan tetap melempar ambisinya mendekati niskala. Namun si pemarah enggan meredup dengan mudah untuk memberi jalan. Minggir atau mati, begitu katanya.
Si tulus yang akhirnya harus merelakan.
Sekalipun hidup tak mengenal adil padanya, ia tetap ingin berharap sekalipun tiada mungkin harap itu berubah menjadi nyata. Ia ingin percaya jikalau takdir sudi berbaik hati padanya, sekalipun di penghujung segalanya direnggut paksa. Tak mengapa, biar kulepas, begitu katanya.
Mungkin tiada hebat seperti Romeo dan Juliet. Ketiganya dipertemukan, berkelindan bagai mata rantai yang saling terhubung. Mencipta seutas takdir dalam harmoni kehidupan remaja. Sebentuk harap yang berporos sebuah rasa. Sebuah kisah yang dipupus tragedi.
Ketika si tulus bermimpi, akankah ia mampu merela?
Ketika si gadis berambisi, akankah ia bisa mewujudkan mimpi?
Ketika si pemarah merela, apakah ia akhirnya mengenyahkan ambisi?
Kemarilah. 'Kan kupersembahkan sebentuk kisah untuk menghantarmu bertemu sang gelap yang kekal, begitu katanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Side story-nya Meteor langsung bisa dicek di profil aku ya! Happy reading💕
