"Yang lama terpendam
Akhirnya terucap
Sekalipun di waktu yang salah
Sekalipun kepada hati yang telah
Beranjak
Tak apa
Biar kuikuti langkahnya beranjak
Menjauh
Semakin jauh
Sampai akhirnya terlupakan."
This ending is about:
Aldin Romero
Aiko CasimiraAlso
The words they left unsaid
The feeling they let go.•
ALDIN
Jakarta, February 2017.
Walaupun lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, hidup gue nyaris terasa normal—seperti cowok seusia gue pada umumnya.
Punya kedua orang tua yang menyayangi gue sekalipun mereka sebenarnya hanya Tante dan Om baik hati yang bersedia merawat gue sejak orang tua kandung gue meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Punya satu adik cowok yang agak berisik dan manja, namun nggak pernah keberatan untuk membagi kasih sayang orang tuanya dengan gue.
Dan satu lagi, punya seseorang yang selalu ada untuk gue. Seseorang yang sudah gue anggap seperti adik lainnya.
Sempurna? Tadinya gue pikir begitu.
Gue bahkan nggak pernah meratapi kepergian orang tua kandung yang belum pernah gue lihat wujud aslinya. Mama bilang, mereka sudah bahagia di atas sana. Abaikan mereka yang berusaha membuat gue bersedih. Karena kalau gue bersedih, orang tua gue pasti ikut sedih. Gue harus menjalani hidup dengan baik dan senantiasa berperilaku baik supaya hidup gue bisa tetap sesempurna yang gue pikir.
Inilah yang selalu gue sebut sebagai salah satu zona aman.
Tetapi Bang Jonathan bilang, bukan hidup namanya kalau selalu sempurna. Melainkan Tuhan. Cepat atau lambat, gue akan menemukan kerikil atau bahkan batu karang besar yang akan memaksa gue keluar dari zona aman yang selama ini gue tempati.
Setelah bilang begitu, bokong Bang Jonathan langsung menjadi sasaran tendangan Meteor—adik gue.
"Enak aja! Pokoknya nggak ada yang boleh sakitin Aldin!"