PUISI: ZEE

207 9 2
                                    

Di pulau itu, Zee. Tak ada kenangan seperti denting angin dan gemeretak kaca, sayup hening yang memamah ingatan ke lubukmu. Suara yang masih sama kudengar, suaramu itu

Dedaunan menggugurkan diri menciumi pipi tanah, reranting yang tersisa dan ditanggalkan kering daun, menguncupkan hijau-hijau kenangan

Aku serupa dandelion dan Kau adalah angin yang menggoyangkan tubuhku di bukit tempat kita memadu rindu; menggoyah, mengempas
Aku terbang

Suaramu yang lembut membuat palapa hatiku, membuat sukmaku terbang menyapa rembulan
dengan mudahnya kau hempas aku sedalam inti bumi

Untuk apa kita memandang langit yang sama jika tanpa perasaan yang sama pula?
Kita berbeda Zee, bukan hanya beda rasa. Kita pun beda dimensi.
Aku di dunia nyata sedang kau hanya fatamorgana

mungkinkah jika aku bermimpi Zee?
Salahkah ku menanti? Akan hadirmu yang terasa sangat mustahil. Kita hanyalah, bukan adalah

Lalu,
Kutemukan
Semesta membaca namamu
Didadaku

Bumi Gerbang Salam, 24 mei 2019

#30hariramadhanbercerita
#GTmenulis
#literasiindonesia

RATU BUCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang