11

13 7 0
                                    

Noala terbangun dengan keadaan segar, wajahnya tampak lebih ceria. Matanya kembali terpejam sejenak berusaha mengumpulkan nyawanya.

Suara dering ponselnya membuat Noala membuka mata. Dilihat di sana tertera nama Reno yang menelpon menggunakan no biasa, bukan media sosial. Noala baru ingat kalau ia mematikan data salulernya, lagi pula wi-fi dirumahnya tak ia sambungkan. Pasti Reno khawatir, dan dapat dipastikan pula Noala sudah menghubungi Andy untuk menanyakan kabar dirinya, Reno memang senekat itu.

Noala menggerak'kan tangan putihnya, jari lentiknya menggerak'kan layar ponsel.

Bold (tebal) = Reno
Italic (miring) = Noala

"Assalamualaikum, Ala. Gimana udah mendingan? " Suara Reno terdengar mendayu dan lembut, memanjakan telinga Noala.

"Waalaikum salam, gue sehat Ren, nggak apa-apa" Hening beberapa saat, kedua pasangan itu sedang merenungi sesuatu.

"Hufffftt" Terdengar helaan napas disana, entah lega atau kecewa.

"Jangan lagi ya, Al. Jangan" Suaranya di sana terdengar memberat.

"Iya" Balas Noala lirih.

"Jangan lagi bikin gue khawatir, jangan sembunyiin apapun,Al. Asal lo tau gue ngerasa gagal jadi laki-laki kalo lo sendiri nanggung beban sendirian, gua ngerasa gagal jadi pria kalo lo nangis, terlebih gue nggak tau" Napas Noala memburu, dijauhkannya ponselnya dari telinga, berusaha menahan isakan.

"Nggak usah nangis, nggak apa-apa, ada gue. Semuanya akan baik-baik aja"

Disana Reno menutup matanya pedih, tak kuasa mendengar isakan dari gadis yang dicintainya.

"Nangis, Al. Nangis yang keras, tapi kalo lo lagi sama gue. Biar gue bisa ngasih pelukan buat lo, disaat lo ngerasa sendiri. Gue udah pernah bilang, jangan nangis sendirian karna itu cuma nambah beban" Tangis Noala mereda, kembali ia dekatkan ponselnya.

"Ren, maaf" Lirihnya.

"Nggak apa-apa. Lo cuma perlu tau, kalo gue akan selalu ada. Jangan buat gue ngerasa nggak dianggap dengan lo nyembunyiin sesuatu"

Noala memlngangguk walau ia tahu Reno tak bisa melihatnya.

"Lo nggak perlu janji untuk selalu nganggap gue, karna gue juga manusia, punya kesalahan yang mungkin suatu saat nanti sulit lo maaf'kan" Reno kembali memejamkan matanya, membayangkan jika suatu saat nanti ada masalah besar yang menimpa keduanya dan Noala yang memilih pergi karena terlanjur kecewa. Ia tak bisa.

Noala disana terkekeh "Lo becandanya gak lucu, kecewa apaan coba. Gue tau,Ren lo pasti ngejaga apa yang udah gue percayakan sama lo. Udah ah mau mandi bau, nanti lo pingsan lagi nyium bau gue, bau iler hihihi" Noala memutuskan sambungannya sepihak sembari tersenyum lebar dan beranjak untuk membuka pintu kamarnya, Anita menawarkan untuk menyiapkan peralatan sekoalh Noala. Oh iya, Noala lupa, biasanya ia menyiapkannya malam hari setelah belajar atau mengerjakan tugas, untung saja prnya sidah ia kerjakan tempo hari.

Disana Reno kembali tersenyum, merebahkan dirinya dengan memandang langit-langit kamarnya dengan mata terpejam. "Andai lo tau, gue nggak becanda" Lirihnya.

***

Noala menuruni tangga dengan kalem, tersenyum lebar saat melihat Andy dan Anita telah berkumpul di meja makan.

Anita tersenyum lembut, sedangkan tangan Andy terulur untuk menarik tangan Noala mendekat, Noala tersenyum saat merasakan ciuman manis di keningnya.

RENOALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang