Noala terusik dari tidurnya, sayup-sayup dapat didengar lagu romantis zaman dulu mengalun menyergap indra pendengarannya. Ia duduk dengan memegang kepala, kepalanya terasa berat.
Memposisikan dirinya senyaman mungkin Noala kembali meringis. Setelah solat subuh ia memang langsung tidur, wajahnya terlihat lelah.
"Papah mah bucin" Gerutunya sambil mengusrak rambutnya, berusaha meredakan pusing dengan memijat pelipisnya pelan.
"Noal,bangun nak. Udah pagi, sekolah Nak! " Anita mengetuk pelan pintu kamar anak semata wayangnya dengan ketukan lembut.
"Iya, Mah. Noal udah bangun, kalo Mamah mau masuk-masuk aja" Noala meringis lagi, kepalanya pusing badamnya lelah.
Mungkin terlalu sering rapat dan latihan dance membuatnya seperti ini, maklum guru kesayangan para murid akan pindah jadi kelompok dance ingin menalpilkan yang terbaik.
Bukan kegiatan yang over, hanya saja dirinya terlalu gampang sakit, rapuh.
"Sayang"
"Iya Mah? " Noala mengusap hidungnya sekilas, terasa ada yang mengalir disana.
"Darah" Gumamnya tanpa sadar, kesadarannya belum terkumpul ia menatap lama darah diujung jari telunjuknya, masih berusaha tersadar.
"NOALA DARAH! " Dan disaat itu pula kepalanya berdenging.
***
"Pah, Papah berangkat aja. Aku nggak apa-apa nanti telat loh" Noala menunduk dengan tangan masih menyumpal hidungnya dengan kapas agar darahnya keluar.
"Jangan ngedongak Noala, biarin darahnya keluar" Noala mengangguk.
Darahnya keluar cukup banyak, ini memang sering terjadi tapi dulu semasa SMPnya,kegiatan padat ditambah dengan stress membuat Noala mudah mimisan.
Ia ingat waktu itu, setelah rapas osis mendekati kenaikan kelas yang selalu diadakan kelas meeting.
Saat itu rapat osis memang sangat sering, membahas masalah lomba susunan acara dan pembagian panitia, ia kekelahan dan berujung dengan mimisan saat di sekolah.
Tak ada yang tahu, ia terlalu menyembunyikan. Noala yang kuat.
"Udah Papah bilang jangan terlalu lelah" Pandangan Andy sendu, menatap putrinya dengan khawatir.
Noala masih menunuduk "Cuma mimisan" Cicitnya.
"Papah berangkat" Diarihnya tubuh Noala untuk dipeluk singkat.
"Nanti makan, Mamah yang anterin. Besok jangan sekolah dulu" Noala mengangguk mendengar suara lembut itu.
Terdengar pintu dibuka "Jangan sakit ya, Noal" Andy lalu melangkah pergi setelah menutup kembali pintu kamar Noala.
***
"Mukanya santai si, selow aja! Sans! " Oki merangkul Reno riang, Reno berdecak lalu melepas rangkulan Oki.
"Diem! " Oki terdiam tak jadi menyuarakan pendapatnya.
"Ren! " Reno menoleh menatap dalam diam Mala yanh sedang berdiri di depannya dengan napas tak teratur, gadis itu baru saja berlari.
"Napas dulu! " Saran Oki yang mendapat acungan jempol dari Mala, Mala memegang lututnya sembari mengatur napas.
"Nanti jam berapa? " Reno melihat sekilas arlogi mahalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENOALA
RandomTentang kita yang tampak baik baik saja Namun siapa sangka diammu membawa duka untuk kita membawa tawa terhanyut dalam lubangan rasa kecewa, terhantam luka dan terjebak dalam rasa percaya. [START] 02/04/20199060